I'm backkk!!
Buat yang galau dichapter kemarin, lanjut baca chapter ini. Coba nanti komen, ga jadi overthinking apa makin overthinking.
Dukung terus cerita ini yaaa. Vote & komen kalian menjadi salah satu kuncinya. Terima kasih.
Happy reading!!
[ RAYA : Fidelity ]
Bab 25
+Membolos untuk terakhir kalinya dalam bulan ini, janji Aya dalam hati. Ia merasa tidak bisa meninggalkan markas begitu saja. Suasana di markas bukan lagi kacau, tapi mencekam. Sejak Diva diantar pulang, Aya merasa ada yang salah. Entah apa tapi batinnya gusar bukan main. Pagi itu Aya juga ingin memgumpat pada Meisya yang pulang tanpa berpamitan padanya.
Namun, itu tidak berlangsung lama karena bak anak itik yang kerjanya hanya mengikuti sang induk, Aya pun demikian. Entah bersama Max menjenguk Gasa, membantu Jack mencari beberapa berkas, atau mengikuti Frengky yang mencoba senjata. Seharian ini Aya seperti anak kecil yang hanya ingin bermain tanpa memikirkan banyak hal.
Sorenya ia diberi perintah untuk menjaga Gasa. Aya mematuhinya, toh hanya menjaga pria yang masih terbaring di atas ranjang dengan alat yang menempel di beberapa bagian tubuhnya. Sambil memakan camilan makaroni pedas yang ia beli diam-diam, ia menggulir laman instagram. Kakinya dengan santai ia letakkan di atas meja.
Aya melirik dengan matanya ketika mendengar suara pintu yang hendak dibuka. Ia memang diutus Max untuk mengunci pintu dari dalam agar tidak sembarangan orang bisa masuk. Jika pun ada maka hanya dokter spesialis dan perawat yang sudah Max percaya. Aya kembali melihat ponsel, melirik jam digital yang menunjukkan angka 15.47 di bagian atas. Jadwal kunjungan selanjutnya kalau tidak salah pukul setengah 5 sore, tentu kali ini bukan dokter maupun perawat. Ia mematikan ponsel dan bangkit mendekati pintu perlahan-lahan.
Aya mendekati monitor di sebelah pintu. Keningnya berkerut melihat orang yang tidak berkepentingan bisa memasuki rumah yang sengaja sudah sterilkan oleh Max. Ia masih terpaku, memperhatikan apa yang dilakukan sosok yang sebagian wajahnya ditutupi masker tersebut. Sosok itu menunduk menyelipkan sesuatu agar bisa masuk ke dalam ruangan yang mana membuat aya melirik ke bawah pintu.
Sebuah kertas kecil berhasil masuk ke dalam ruangan, Aya menengok ke arah monitor tapi sosok bermasker itu sudah menghilang. Aya beranjak mengambil ponselnya dan segera mengetik pesan untuk dikirim kepada Jack.
Aya :
Jam 4 bakal ada kunjungan perawat?Setelah menekan tombol kirim, Aya memperhatikan kertas itu kembali sambil menerka sebenarnya kertas apa itu. Apakah kertas berisi pesan rahasia? Atau sebuah kertas dengan kamera tersembunyi? Di dalam benda setipis kertas? Aya hampir terkekeh dengan tebakannya sendiri.
Jack :
Nope.
Jam kunjungan selanjutnya pukul 4.30
Ada sesuatu yang mencurigakan?Melihat pesannya sudah dibalas, segera Aya menjawabnya kembali.
Aya :
Iya.
Coba lihat cctv, ada orang yg masuk rumah tadi
Dia nyelipin kertas ke kamar,
gue ga tau dalemnya apa
Belum gue apa-apain.Aya :
Lagian yang lain kemana sih
Kok bisa biarin orang gajelas masuk?!Aya terus mengetikan pesan, tidak peduli dengan Jack yang kini sedang mengetik. Terlihat dari interface roomchat-nya yang menampilkan informasi tersebut.
Aya :
Jangan² yang lain dihabisin?!
Apa gue harus kelusr buat ngecek?!Jarinya terus mengetik apa saja yang terlintas di dalam pikirannya. Tanpa mengecek kembali, tanpa memikirkan bagaimana tata bahasanya, bahkan enggan mengoreksi kata yang salah ketik. Lalu layar ponselnya menghitam dan berganti dengan panggilan suara dari Jack. Aya berdecak kemudian menggesernya menuju tombol merah.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA : Fidelity
Action[Sequel RAYA] Kisahnya berlanjut... Diva mulai merasakan keraguan terhadap hubungannya dengan Alaska yang tengah berada di Jepang. Kuncinya adalah kepercayaan namun Diva hanyalah perempuan biasa dengan segala prasangkanya. Apa ia harus bersikap ego...