Votenya jangan lupa ya...
Sumbang komentar jugaSelamat membaca!
Jack menyeruput secangkir kopi hitam sembari mengetik sesuatu di laptop. Ia bangun pukul lima dini hari setelah tidur pukul satu. Keluar dari ruangan Yosi, Frengki mengajaknya untuk minum di ruangannya. Alhasil acara tidurnya kembali mundur.
Seseorang masuk ke ruangannya. Hampir ia memaki, namun segera menghela napas ketika tahu itu adalah Frengki.
“Gue cariin, udah kerja aja,” ucap Frengki.
“Kenapa?” tanya Jack.
“Pinjem kode akses gerbang barat yang disegel tahun lalu.”
“For what?” Kerutan timbul pada kening Jack.
“Mau ganti gembok. Udah karatan. Kalo dibuka paksa kena monitor, malah nanti semua alarm bunyi,” jelas Frengki.
“Tidak bisa. Aku harus meminta izin Nona Disa dulu,” balas Jack.
Frengki mengernyit. “Masih ga dibolehin, ya?”
“Dari dulu memang tidak boleh,” timpal Jack.
“Iya sih, tapi takutnya di belakang tembok dijadiin tempat mata-mata. Apalagi di situ udah hutan.”
“Cek menggunakan drone.”
“Oke deh.” Frengki akhirnya menyetujui.
“Tadi ketemu Yuris, wajahnya ditekut terus. Lagi bentrok sama Edgar kayaknya.” Frengki bersandar ke meja menghiraukan Jack yang duduk di dekatnya.
“Masalah uang khas bisa jadi,” lanjutnya.“Tugas lo kan ngawasin Edgar nih, tanya Yuris coba. Jangan nunggu Yuris yang ngadu. Mental junior macem Edgar dkk itu kalo ada senior yang ngadu pasti berasa tinggi mereka, tuh.”
“Noted,” singkat Jack berfokus pada laptop.
“Heran... padahal dulu junior-junior ga seangkuh kayak sekarang. Lo pasti ngerasain juga,” ungkap Frengki.
“Gudang sudah steril?” tanya Jack mengabaikan ucapan Frengki.
“Udah dari semalam. Hari ini pasti banyak yang nganggur kayak kemarin.”
Dering ponsel terdengar, Frengki merogoh saku celana rampelnya. Menempelkan benda pipih itu ke telinga.
“Langsung kasih gue aja, di ruangan Jack.”
Setelah mengucapkan kalimat itu, Frengki menutup panggilan.
“Gue suruh anak IT buat balikin file CCTV yang kehapus,” ucap Frengki.
Jack memandang Frengki, meminta penjelasan. Namun lelaki itu malah berjalan ke arah sofa dan menjatuhkan tubuh pada benda empuk tersebut.
“Numpang tidur sebentar, kepala gue masih pusing,” ungkap Frengki. “Kalo anak buah gue dateng, bangunin gue,” lanjutnya dengan mata yang sudah tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA : Fidelity
Action[Sequel RAYA] Kisahnya berlanjut... Diva mulai merasakan keraguan terhadap hubungannya dengan Alaska yang tengah berada di Jepang. Kuncinya adalah kepercayaan namun Diva hanyalah perempuan biasa dengan segala prasangkanya. Apa ia harus bersikap ego...