9. Kesayangan Daniel

1K 107 15
                                    

Cherry tiba di ruang OSIS dengan posisi tetap berada di punggung Daniel.

"Turun!"

Cherry menolak dengan menggelengkan kepalanya. Daniel menarik napas dalam-dalam, sedikit kesal dengan sikap kekanakan Cherry.

"Turun!"

Cherry menggeleng lemah, kemudian menempelkan kepalanya pada tengkuk leher Daniel. "Gak mau, Daniel ...," rengek Cherry pelan.

"Gue mau ada diskusi, gak enak sama yang lain kalo gue rapat bawa anak perawan. Apalagi lo nyungsep di leher gue gini!"

"Ngomong sama gue?" Cherry memajukan wajahnya hingga berada tepat di sebelah pipi Daniel.

"Budeg lo?"

"Lah, siapa yang perawan?"

Daniel sempat menghentikan langkahnya, terkejut dengan jawaban singkat Cherry.

'Dia udah gak perawan?' terka Daniel dalam hati, kemudian melanjutkan langkahnya. Tidak tertarik dengan topik ini.

Daniel melangkah masuk untuk memulai diskusi, seluruh pasang mata menatap dirinya.

"Dia, siapa lo?"

"Monyet gua, masih bau minyak telon."

Cherry mengeratkan pelukannya ke leher Daniel, seolah akan mematahkan leher lelaki ini. Hanya sekitar tiga detik kemudian Cherry melonggarkannya kembali, dia bersungguh-sungguh pada mottonya tentang mencegah kepunahan cogan.

"Hai, Dan!"

Daniel mencari sumber suara itu berasal. Kemudian menarik senyumannya serta sedikit melembutkan suaranya. "Hai, Siska ...."

Daniel mengenal betul wanita yang baru saja menyapanya. Sekertaris OSIS sekaligus teman dekatnya. Cantik dan pintar, sesuai dengan kriteria Daniel.

Siska menatap Cherry yang terus bersandar di leher Daniel dengan intens.

"Dia Cherry, nyonya gue. Kasian, udah stadium empat!"

Cherry menggigit leher Daniel pelan, "Bentar lagi mati dong!"

"Jangan gigit-gigit leher gue Inem! Suka banget guenya, kan!"

Daniel tergelak tawa melihat Cherry yang semakin menyembunyikan wajah di tengkuk lehernya, Siska tersenyum kecil menatap dua sejoli dihadapannya. Dengan menatap lekat mata Daniel, Siska berucap, "Gadis ini, anak nakal."

Daniel hanya menanggapinya dengan senyuman kecil.

Diskusi berjalan selama satu jam, dan selama itu pula Cherry berada di punggung Daniel.

"Daniel ..., siapa cewek yang tadi nyapa lo?" tanya Cherry.

"Siska, temen gue. Kenapa?"

Perlahan Cherry turun dari punggung Daniel sambil bergumam, "Dari muka sama tangannya, lebih cantikkan kakinya."

***
Daniel ada kelas jam pertama, jadi Cherry ditelantarkan di lapangan basket.

"Siapapun, bapak-bapak, ibu-ibu, adek, kakak ... tolong sumbangannya. Saudara kita sedang membutuhkan bantuan."

Cherry berjalan mondar mandir sambil membawa kardus kosong ditangannya. Berkali-kali Cherry meneriakkan kalimat yang sama.

"Sedekahnya ngab! Siksa kubur perih! Inget kata pak ustad ..., bantulah temanmu yang sedang dalam kesulitan! Lo pada ngaji kagak?!"

Cherry terduduk lemas, wajahnya merah padam ditambah napas yang ngos-ngosan. Dadanya sedikit terasa sesak.

"Si cewek lemah?!"

Cherry mendongakkan kepalanya, menatap sumber suara itu berasal. Rendy, sahabat baby sitternya.

"Bokap sama nyokap lo bangkrut? Semiskin itu lo sampe minta sumbangan kek gini?" Dengan gaya slengekannya Rendy duduk di samping Cherry.

Tidak ada percakapan diantara keduanya, hanya saling menatap kemudian terbahak. Bahasa qolbu sedang tren akhir-akhir ini.

Dering chat masuk menengahi aktivitas mereka, sesaat setelah Rendy mengecek smartphonennya ia berdiri, kemudian mengulurkan tangannya ke arah Cherry. "Lapangannya mau dipakek basket, berdiri."

Cherry menatap tangan itu sejenak kemudian menggeleng. "G-gue lupa jalan balik ke kelas."

Rendy menghembuskan napas berat. "Gue anter, sekarang berdiri."

Lagi-lagi Cherry menggelengkan kepalanya pelan. "Gue punya tanggung jawab gede sekarang, gue gak bisa main-main lagi."

"Siapa yang main-main?!"

"Lo!"

Rendy meremas rambutnya gemas, tak paham dengan arah pembicaraan majikan temannya ini.

"Gini ya, mungkin lo lagi ada masalah. Tapi yang penting sekarang lo berdiri dulu ... Hidup emang susah Cher ..., lo harus kuat. Kalo capek, bunuh diri aja."

"Ndasmu!" sarkas Daniel yang tiba-tiba muncul sambil menampol kepala Rendy gemas.

"Nah ini, pawang lo dateng! Cefat fergi dari sini, gue gak kuath!"

Cherry berdiri tanpa disuruh, dia selalu menjadi anak baik dan penurut jika ada Daniel di sampingnya.

Daniel mengerinyit bingung melihat Cherry yang terlihat susah payah memeluk kardus dengan tulisan 'Peduli kasih.'

"Ini ...," tunjuk Daniel pada kardus itu. "Buat apa?" lanjutnya.

Cherry menyodorkan kardus itu pada Daniel. Dengan semangat Cherry menjawab, "Cherry lagi cari nafkah buat Daniel! Biar Daniel gak perlu liat harga waktu mau beli baju."

"Dapet berapa?"

"Dua ribu, dikasih Rendy tadi."

Daniel tergelak tawa, diraihnya kepala Cherry kemudian memeluknya dengan gemas.

"Masih bau minyak telon aja gaya banget mau nafkahin gue!"

***

Sempatkan sedikit waktu untuk klik bintang dan tulis komentar

Big BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang