15. Just Tired

297 29 0
                                    

"Cherry udah pipis?" Kepala keluarga Hayley yang bertanya.

"Udah," jawab Cherry seadanya.

Cherry menatap jalanan sepi yang dilewatinya. Daniel sedang sibuk memberi pelatihan kepada juniornya, wajar karena lelaki tampan itu adalah ketua OSIS. Alhasil Cherry dijemput papanya.

"Tadi jongkok apa berdiri pipisnya?"

"Harus Cherry jawab, nih?"

"Tujuan diajukannya pertanyaan itu kan untuk dijawab."

"Nah masalahnya pertanyaan papa aneh! Orang kita baru ketemu, harusnya pertanyaannya tuh 'gimana sekolahnya', masa malah ditanya 'udah pipis apa belum'!"

Cherry melirik kesal ke arah papanya. Kemudian kembali mengamati jalanan dengan tenang.

"Yaudah, sekarang Cherry balik. Papa tadi pipisnya berdiri apa jongkok?"

"Berdiri."

Mulut Cherry sedikit ternganga mendengar jawaban cepat papanya. Topik ini cukup sensitif, namun dengan tak tahu malunya papa Cherry menjawab.

"Y-yaudah, jawaban Cherry samain aja." Cherry tergugup menjawabnya, pipinya yang putih perlahan memunculkan rona merah jambu.

"Gak bisa sama dong! Kan alatnya beda!"

"Eh?"

Tidak ada percakapan lain setelahnya. Keduanya sama-sama memilih menyudahi pembicaraan itu. Yang sekarang tersenyum, pasti paham maksudnya.

***

"Cherry tadi pingsan, Nak?" tanya mama Cherry, Alea.

Cherry mengerucutkan mulutnya sambil memeluk Alea dengan manja. "Hooh, tadi Cherry pingcan, cekalang pucing."

Alea balas memeluk Cherry dengan lembut, sembari menjawab, "Kamu sih, es teros!"

Cherry memutar bola matanya malas, pada dasarnya emak-emak itu sama. Ia beranjak melangkah pergi, memasuki kamarnya.

"Cherry tadi ada cowok datang ke sini, ganteng!"

"Siapa?"

Cherry menghentikan langkahnya, memutar tubuhnya menghadap Alea. Tertarik dengan topik yang dibahas.

"Dia bilang mau jadi babysitter kamu,  gratis!"

"Gak mau!"

"Tapi kan-"

"Gak mau! Cherry gak mau!"

Alea mendekati Cherry, mengusap rambut anak semata wayangnya untuk menenangkan. Pasalnya, tidak biasanya Cherry menolak para kaum ganteng.

"Dia emang ganteng, tinggi, dan sixpack. T-tapi dia aneh. Dia selalu bilang mau melindungi Cherry dari Daniel. Dia selalu jauhin Cherry dari Daniel."

Alea mengangguk-angguk, mendengarkan dengan serius ucapan Cherry.

"Dia selalu merhatiin Cherry dari jauh. Setiap Cherry sama Daniel, dia pasang wajah aneh."

Cherry menghela napas panjang, kemudian menyudahi celotehannya. Ia tak ingin memikirkan hal ini terlalu lama. "Cherry mau istirahat aja, Cherry capek."

"Mama punya solusi!"

Cherry menatap mamanya dengan serius. Ia sungguh ingin tau solusi apa yang dipikirkan mamanya, padahal belum lama Cherry berhenti bercerita.

"Comblangin mama sama tuh cowok!"

Cherry semakin malas melanjutkan percakapan ini. Sungguh, tidak ada yang bisa diharapkan dari otak kecil Alea.

"Mama nikah sama temen kamu, dia jadi suami kedua mama. Tapi, papa mau dipoligami gak ya?"

Cherry pergi meninggalkan Alea dan solusi konyolnya. Cherry melempar tasnya di kasur, kemudian merebahkan dirinya di atas kasur. Cherry hanya lelah.

Cherry diam merenung. Ia memikirkan betapa kompleksnya yang terjadi hari ini. Mulai dari ada yang mengatainya, pingsan, hingga pernyataan Rendy yang tiba-tiba ingin jadi babysitternya.

Jika dipikir-pikir lagi, kenapa Cherry tidak ingat alasan dia pingsan. Dia hanya merasa teringat dengan sesuatu dan itu membuatnya terkejut.

Drtt

Drtt

Drtt

Cherry menatap ponselnya yang bergetar, bibirnya membentuk senyuman kecil saat melihat nama Daniel terpampang jelas. Cherry mengangkat panggilan masuk dari Daniel.

"Udah di rumah apa belum?"

"Udah."

"Udah makan apa belum?"

"Belum."

"Mau dibawain apa?"

"Gak usah."

"..."

Selama tiga puluh menit tidak ada yang bersuara, padahal keduanya masih tersambung.

"Kenapa?" Suara Daniel terdengar lebih lembut dari sebelumnya.

"Cuma capek aja."

"Mau pergi ke Mars aja? Hidup di bumi kayaknya terlalu berat."

Keduanya tertawa kecil menanggapi celotehan konyol Daniel. Meskipun konyol, entah kenapa Cherry sangat suka sisi Daniel yang seperti ini.

"Yaudah, gue mau pulang dulu. Di samping ranjang kamu ada susu, di kulkas ada permen. Makan itu aja kalau bosen, jangan banyak-banyak ya makan permennya. Kalau masih bosen aja telepon gue, nanti gue ke sana. Selamat istirahat tuan putri, see you ...."

"See you ...."


Tut. Daniel mengakhiri panggilannya. Cherry segera mengambil susu yang Daniel maksud tadi, kemudian meminumnya sambil tidur terlentang. Bibirnya yang tersenyum lebar jelas menggambarkan bahwa Cherry sedang bahagia.

Cherry sangat sangat sangat menyukai Daniels Kai.

Big BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang