"Apa-apaan ini?! Tidak ada, kah, guru yang becus di sekolahan ini?!"
Alea menggebrak meja dengan keras.
Ruang guru penuh dengan keluarga besar Hayley. Termasuk sang suami yang sedari tadi tergopoh-gopoh berusaha menenangkan istrinya.
"Saya, akan menuntut sekolah ini! Guru-gurunya juga!" Alea berteriak hingga wajahnya merah padam, bahkan jari telunjuknya dengan berani berdiri di depan wajah dewan guru.
Para guru juga bingung menanggapi demonstrasi keluarga besar siswi yang menjadikan tempat ini seolah ruang persidangan.
"Sudah, Ma. Gak enak sama murid-murid yang ngelihatin." Suami Alea menggapai ujung jari istrinya yang sibuk menunjuk-nunjuk satu per satu wajah cengo para guru.
"Papa apaan, sih?! Kalo mau yang enak, yah entar malem! Mau gak?!" seru Alea tanpa mengecilkan volume bicaranya.
"MAU MA!" Tanpa basa-basi, suami Alea menjawab dengan terburu-buru. "Alhamdulillah," lanjutnya.
Serentak semua laki-laki yang ada di ruangan ini turut mengucapkan hal yang sama, seolah ikut berbahagia dengan rejeki teman sejenisnya.
"Kalian-kalian semua! Akan ...." Alea menuding satu per satu kepala guru yang duduk mematung, kemudian menirukan gaya orang menggorok leher.
"Apa itu, Ma? Di khitan?"
Hening.
Semua pasang mata menatap sumber suara berasal. Suara yang berhasil merusak suasana tegang yang Alea ciptakan.
"Papa!" lirih Alea sambil menggertakkan gigi-giginya.
Kepala keluarga yang akrab di panggil Lei memundurkan kakinya satu langkah ke belakang. Perasaanya tiba-tiba tidak enak.
"The power of emak emak! Berubah!" Intrupsi Alea, dan di ikuti para ibu rumah tangga dari keluarga Hayley.
Dengan sigap, dua orang wanita memegang tangan suami Alea, dua wanita lain memegang kakinya, dan ibu mertua Alea yang memegang kepala putranya.
"Huaaa! Seraaang!"
Alea berlari ke arah suaminya, kemudian dengan gesit tangannya mengambil sebuah dompet dan kunci mobil dari saku celananya.
"Mission succes! Lepaskan suami saya, dan mari berlanja!"
Jiwa-jiwa miskin yang merasa terpanggil, dengan sigap berdiri. Kemudian mengikuti rombongan Alea pergi.
Pemilik dompet hanya bisa terduduk lesu sambil menatap pasrah duitnya yang beranjak pergi.
"Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi ... aku tenggelam, dalam lautan, luka dalam ...."
Tidak ada seorang pun yang menanggapi. Termasuk para guru yang mulai melakukan aktivitasnya seperti biasa, seolah kejadian beberapa menit tadi tidak terjadi.
***
Cherry duduk bersila di ranjang kamarnya. Wajahnya diterpa kipas angin jumbo yang biasanya dia bawa saat bersekolah.
Otaknya memutar ulang kejadian yang menjadi penyebab mamanya membuat keributan di ruang guru.
Yang Cherry ingat, dia kelelahan karena mengepang rambut manekin sebanyak dua puluh kali. Dan tiba-tiba semuanya gelap.
"Gue, yakin! Pasti, waktu itu gue pingsan karena capek! Syukurlah!"
Cherry merebahkan tubuhnya sambil sesekali cengengesan tidak jelas.
"Untung gue pingsan, jadi bisa rebah-rebahan di kasur tanpa di kasih PR," gumam Cherry, sambil menggelitik perutnya sendiri. Supaya tidak disebut gila karena terus cengar-cengir, biar disangka Cherry kegelian karena menggelitik perutnya sendiri.
Cherry melirik papanya yang berjalan lunglai ke arahnya.
"Kenapa sih, Pa?"
Lei melirik Cherry sebentar. "Habis kerampokkan," jawab Lei dengan lesu.
Cherry menghiraukan ucapan papanya yang seperti racauan.
Cherry merangkak mendekati papanya, kemudian tanggannya dia ulurkan ke arah sang papa. Lebih tepatnya ke arah ikat pinggang yang papanya kenakan.
Cherry menyelipkan tangannya di antara ikat pinggang itu dan si celana.
"Ketemu! Yang ini aman, Pa!"
Cherry mengangkat sebuah kartu kredit yang ditemukan di sela-sela ikat pinggang papanya.
"Cerdas!" Lei menepuk-nepuk puncak kepala Cherry pelan.
Cherry meringsutkan kepalanya ke perut sang papa, kemudian menjilati tangannya bak hewan peliharaan. Kebiasaan Lei dan putrinya yang bikin semua pembantunya geleng-geleng kepala, sekaligus tersenyum iri melihat kedekatan antara ayah dan anak itu.
"Cherry, papa udah nemuin baby sitter seperti yang kamu mau!"
Cherry menatap papanya dengan wajah yang berbinar-binar.
"Beneran, Pa?!"
Lei mengangguk. "Cowok ganteng yang miskin, dengan wajah ke bule-bulean, dan punya tubuh atletis. Dan juga ..., punya perut six pack."
Cherry yang mendengarnya menganga lebar, otaknya memutar lagu favoritnya tentang perut six pack.
"Namanya, Daniels Kai."
Cherry hanya memanggut-manggutkan kepalanya sebagai respon. Otaknya sibuk membayangkan betapa sempurnanya sosok baby sitter miliknya.
***
Jadi guys ... tekan bintang di pojok kiri bawah, karena itu gratis dan tidak merugikan sama sekali ^^
Menurut kalian gimana karakter Cherry?
Apa ada yang sama kaya Cherry? Punya obsesi besar tentang cogan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Babysitter
Romance[Cerita akan diupdate random, follow akun ini supaya dapat notifikasi updatenya ❤️] *** Apa yang terjadi jika maniak cogan bertemu dengan cogan sesungguhnya? Cherrylin Hayley. Gadis yang mengindap Syndrome Fatigue sejak lahir. Kondisi yang membuat C...