1. Karena Dia Cherry

3K 307 376
                                    

"Mama, udah makannya. Capek!" Cherry merengek sambil bersandar di ranjangnya.

Ranjang itu mempunyai sejarah tersendiri untuk Cherry, sejarah bahwa Cherry hampir tidak pernah meninggalkan tempat ini.

Mungkin 80% sepanjang umurnya saat  cari menghabiskan waktu dan kegiatannya di dalam kamarnya, khususnya di ranjang.

Cherry bersekolah di SMA Prestasi Bangsa, Cherry bukanlah tipe orang yang berusaha terlihat perfeksionis atau bahkan ingin dihormati dan disanjung. Cherry akan belajar saat dia mau, dan berhenti saat dia mau. Jadi membawa buku pelajaran tidaklah penting. Hanya sekedar mengisi absensi sudah cukup bagi Cherry

"Cherry sayang, ini baru enam sendok. Makan lagi, yah!" Alea menatap lesu wajah putrinya yang bercucuran keringat.

"Mama ... Cherry udah buka mulut enam kali, tutup mulut enam kali, nelen makanan enam kali, dan ngunyah sebanyak empat puluh lima kali!" ucap Cherry menggebu-gebu sambil mengusap keringatnya yang turun melewati sebelah mata kanannya.

Alea melongo melihat putrinya yang sedetail itu menghitung asupan makanan yang baru saja Alea suapkan.

''Anak ini memang sesuatu'' pikir Alea, mama Cherry.

Alea menatap putrinya khawatir. "Ya udah, mama bersih-bersih rumah dulu, yah! Kamu istirahat aja yang cukup." Alea menatap putrinya sendu, kemudian melenggang pergi setelah melihat putrinya menganggukkan kepala dengan lemah.

"Aduh ... capek banget, kenapa juga manusia harus makan, sih?!" Cherry menggerutu kesal setelah mamanya keluar dari kamar yang ditempatinya.

Cherry membuka laptop merah muda yang ada di pangkuannya. Kemudian kembali melanjutkan aktivitas kesukaanya, yaitu memasak online.

Ada beberapa hal yang tidak membuat Cherry cepat lelah, salah satunya adalah bermain masak-masakkan di game online.

"Gue penasaran, kenapa di game masak masakkan yang gue mainin gak ada game yang kayak mama sama papa mainin, yah?"

Cherry berpikir lima satu menit, tidak mau lama-lama. Karena hanya berpikir sesingkat itu sudah membuat satu bulir keringat muncul di dahi Cherry.

"Kata papa, sih, masak-masakkan yang papa mainin sama mama bisa buat Cherry punya adek. Tapi kenapa game punya Cherry gak bisa?!"

Cherry membanting laptop mungil yang ada di pangkuannya dengan kesal, tentu saja Cherry membantingnya di kasur. Sekesal apapun Cherry, untuk masalah uang otaknya masih lancar.

Cherry mengerutkan keningnya, hatinya benar-benar sakit karena tidak menemukan permainan yang papanya maksudkan.

"Apa salah gue? Gue gak pernah nunggak bayar tagihan wi-fi. Bahkan gue gak pernah absen buat main masak-masakkan! Tapi kenapa gue gak pernah dapetin adek sih?! Kenapa?!"

Cherry berteriak dengan pilu, menirukan apa yang dilakukan para aktor di sinetron yang sering dilihatnya.

Cherry berjalan mengendap-endap keluar kamar.

Kakinya sedikit berjinjit supaya tidak mengeluarkan suara bising.

"Gue curi aja situs game memasak punya papa. Siapa tau gamenya bisa bikinin suami buat gue!"

Walaupun Cherry berjalan mengendap-endap hingga berhasil tidak menimbulkan suara, tetapi mulut Cherry terus saja mengoceh dengan nyaring bak kaleng rombeng.

Sesekali Cherry mengusap keringat yang berbintik-bintik di sekitar dahi dan hidungnya.

"Hah ... hah ... capek." Cherry menegakkan punggunya yang membungkuk. Nafasnya saling bersahut-sahutan menandakan Cherry benar-benar berjuang keras untuk ke ruang kerja papanya.

Big BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang