7. Dia tak ada di sini

936 101 62
                                    

"Aku tau ..., kau bukan milikku. Jika aku tidak bisa memiliki ragamu ..., biarkan aku memiliki nyawamu."

Seorang gadis mungil menggerang kesakitan ketika ada tangan besar yang menekan lehernya begitu keras. Tubuhnya dirantai di tengah ruangan gelap yang mengunci semua akal sehatnya. Dadanya sakit, kepalanya berdenyut seperti akan pecah, perlahan darah mengalir melewati hidungnya.

"A-aku akan tetap mencintaimu," lirih gadis itu sambil menatap manik coklat kekasihnya. "Selamat tingg-"

Cherry mencengkram bajunya hingga kusut, tubuhnya gemetar hebat. Ingatannya terus memutar memori-memori pahit yang menghantui dirinya selama ini. Dengan paksa Cherry memejamkan mata berusaha mengontrol pikirannya, mulutnya komat-kamit mengucap kata 'Dia tak ada di sini' berulang-ulang. Kedua tangannya ia tautkan untuk meredam gemetar yang terjadi di tubuhnya.

"Mbak!"

Cherry mendongakkan kepalanya sedikit saat tiba-tiba Daniel mengintrupsi dengan memanggil waiters. Daniel menggenggam kedua tangan Cherry sambil berucap lembut, "Kalo laper bilang, jangan cuma nangis."

Cherry tersenyum kecil saat Daniel mengira bahwa dirinya menangis karena kelaparan. Cherry menatap lembut wajah Daniel yang semakin mendekat saat membersihkan bulir-bulir air mata yang mulai menetes di pipinya.

Daniel sadar jika wajahnya sedang diperhatikan, sehingga ia berinisiatif untuk menyampaikan gurauan kecil. "Kata ibu-ibu pengajian, liatin cowok seintens itu dosa! Tapi karena gue ganteng, gak papa ... anggap aja itu rejeki," celoteh Daniel sambil tertawa renyah.

Cherry melebarkan senyumnya, wajahnya ia dekatkan ke arah Daniel sambil tertawa kecil. "Jadi boleh liat nih ..., dengan gini gue gak cari nafkah aja udah dapet banyak rejeki," gurau Cherry sambil menatap Daniel gemas.

Untuk sesaat, tanpa sadar Daniel berhasil mengalihkan perhatian Cherry dari rasa sakit akibat lubang hitam di masa lalu kelamnya. Walaupun Cherry sudah terbilang dewasa dia masih suka bermain-main layaknya anak kecil, untuk melupakan trauma pahit itu Cherry perlu bahagia walaupun kebahagiaan tersebut terkadang terlihat bodoh di mata orang lain.

Kini Cherry mengalihkan fokusnya ke arah waiters yang sedari tadi telah mengamati percakapan antara seorang nona muda dan babysitternya. "Mbak ada roti rasa cookie's gak?" tanya Cherry.

"Maaf, sudah habis, kak! Strawberry mau?"

"Kalo nanas?"

"Ada."

"Melon?"

"Ada."

"Mangga?"

"Ada."

"Eh, bentar ..., sebenernya di sini itu jual roti apa buah, sih?!"

Daniel memandang Cherry heran, kemudian buru-buru menarik pipi Cherry cukup keras. Alhasil Cherry mendesis kesakitan, sambil berusaha menutupi wajahnya yang terlihat konyol.

"Jangan ngawur! Pesen seadanya aja, gak usah khotbah!" ucap Daniel sembari melepas cubitannya.

Cherry menatap Daniel kesal, mulutnya ia katupkan sambil menggeletukkan giginya asal-asalan. "Seumur hidup ..., gak ada tuh pekerja di rumah gue yang berani megang wajah gue! Yang lo lakuin justru bikin pipi gue lebam kemerahan! Mau gak gajian, hah?!" seru Cherry sambil memelototkan matanya, berusaha mengintimidasi Daniel.

Saat Cherry mengira jika Daniel akan berwajah pucat pasi setelah mendengar gertakannya, justru kini yang Daniel lakukan berbalik dari yang Cherry pikirkan. Daniel balik memelototi Cherry sambil menjulurkan lidahnya, mulutnya yang tipis berucap, "Maafkan saya nona muda ... saya janji akan ngelakuin itu lagi next time!"

"Daniel!"

Gelak tawa Daniel pecah melihat Cherry yang meneriaki namanya dengan intonasi kesal. Baru kali ini Daniel melihat Cherry kesal padanya, biasanya yang Cherry lakukan hanya menggoda Daniel terus-terusan.

Cherry menundukkan wajahnya menatap lantai, sontak hal itu membuat Daniel menghentikan tawanya dan beralih mengusap rambut sang nona muda dengan lembut. "Iya ... Gue minta maaf, gak gue ulangin."

Cherry menarik napas dalam, dan menghembuskannya kasar. Matanya kini terfokus ke arah waiters yang masih setia mengamati interaksi dirinya dengan si babysitter tampan yang mungkin dikiranya adalah kekasih Cherry.

"Saya pesen savoury and spicy dish made of wet crackers," lontar Cherry.

"Ma-maaf?" cicit si waiters sebagai isyarat supaya Cherry mengulangi pesanannya.

"Saya pesen savoury and spicy dish made of wet crackers," Cherry mengulangi apa yang dia pesan sebelumnya jauh lebih lambat.

"M-maaf ..., sepertinya tidak ada menu tersebut di daftar menunya."

"Seblak."

"Hm?"

"Itu tadi artinya seblak, tapi karena seblak terlalu terkesan lokal jadi saya sebutnya savoury and spicy dish made of wet crackers. Biar lebih seperti American Style aja ..., elegan," jelas Cherry dengan polosnya.

"O-oh ..., g-gitu ya. Saya siapkan sebentar."

Cherry mengangguk pelan, kemudian memalingkan wajahnya menatap Daniel. Cherry baru sadar jika sedari tadi Daniel memasang ekpresi aneh ke arah Cherry, dengan alisnya yang mengerinyit, mulutnya dinaikkan sebelah, dan sorot matanya yang aneh membuat Cherry bergumam, "Ada apa dengan ekpresi anehnya itu?!"

***
Jangan lupa beri vote dan komen yaaaa ^^

Big BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang