18. As normal

225 26 2
                                    

Kehidupan Cherry kembali normal, ia kembali melakukan rutinitas sehari-harinya. Pergi bersekolah, ketemu ayang, dan hati senang.

"Cherry kamu mikirin apa?! Kamu gak nyimak apa yang ibu terangkan, ya?!"

Cherry terkejut, matanya melirik ke kanan dan ke kiri untuk meminta bantuan. Cherry dengan panik menoel lengan teman sebangkunya. Momen digep guru karena melamun adalah salah satu fenomena yang sangat traumatis bagi para murid.

"Puisi! Dia bahas puisi!" lirih temannya.

"Ibu bahas puisi ..., kan?" jawab Cherry ragu-ragu.

"Coba berikan contoh!"

DEG

"Mampus! Udah feeling sih gue bakal diginiin!" gerutu Cherry dalam hati. Entah mengapa, tapi selalu saja para guru bertindak seperti ini.

"Maju ke depan!"

Sebuah kalimat yang tiba-tiba melemaskan setiap inci otot dan sendi-sendi Cherry. Setiap terjadi momen seperti ini, selalu saja terlintas dalam pikiran Cherry 'andai gue tadi gak masuk sekolah'.

Cherry berdiri, merapikan seragamnya yang kusut karena duduk bersandar. Perlahan ia melangkahkan kakinya, melewati orang-orang yang terlihat lega karena bukan mereka yang ditegur. Sungguh, di momen seperti ini tidak ada yang namanya teman.

Cherry menarik napas dalam-dalam, menatap berpasang-pasang mata yang menatapnya. Tidak ada pilihan lain, Cherry harus menjawab semampunya.

Setiap pagi, siang, dan malam ...,
Mama selalu ada untuk kita,
Bersikap lembut,
Bagaikan malaikat tanpa sayap,

Hingga suatu ketika ...,
Aku menghilangkan Tupperware-nya,

"Maaf saya tidak bisa melanjutkan, karena kalimat selanjutnya mengandung kata-kata kasar. Silahkan bayangkan sendiri menurut imajinasi masing-masing, waktu dan tempat dipersilahkan!"

Cherry tersenyum lebar, puas dengan puisinya yang ia anggap SEMPURNA.

Seisi kelas seketika riuh bertepuk tangan. Bukankah artinya puisi yang Cherry karang bagus, tapi kenapa wajah gurunya terlihat menahan kesal?

"Cherry kamu keluar dari kelas saya!"

"Akhirnya! Terimakasih banyak bu! Tapi kenapa ya bu?" ucap Cherry antara polos atau bodoh. Tapi sungguh, Cherry ingin keluar dari kelas ini sedaritadi. Kangen ayang.

"KE LU AR!"

***


Cherry berjalan santai, sesekali melirik ke dalam kelas-kelas. Semua orang sibuk belajar, kecuali dirinya. Tak terasa ia sudah berada di depan pintu ruangan khusus anggota OSIS, tanpa mengetuk Cherry nyelonong masuk.

Akan segera diadakan kegiatan sekolah tahunan, oleh karena itu banyak anggota OSIS berada di ruangan ini. Termasuk Daniel.

"Cherry!"

Cherry mencari darimana sumber suara itu berasal, dan tentu saja pemilik suara sexy tersebut adalah Daniel. Cherry balas melambaikan tangan.

"Kamu ngapain di sini? Kamu bolos kelas?" tanya Daniel sambil menghampiri Cherry.

"Enggak, kok!"

Daniel menaikkan sebelah alisnya, curiga dengan jawaban Cherry.

"Tadi sama gurunya diizinin keluar kok! Beneran!"

Daniel tersenyum kecil. Seolah telah menjadi kebiasaan, tangan Daniel terulur mengusap rambut Cherry dengan lembut.

"Iya ..., gue percaya kok! Ya udah, gue lanjut ngurus laporan dulu ya," ucap Daniel.

Cherry tersenyum, kemudian mengangguk-anggukan kepalanya. Cherry terus memandangi Daniel, walaupun hanya punggung Daniel yang terlihat, tapi tetap so sexy.

"Hallo, Cherry! Makin cantik aja!"

"Hai, kak Haikal! Wah gila, udah lama banget kita gak ketemu!"

Lelaki yang Cherry panggil Haikal tertawa renyah, kemudian perlahan mendekati Cherry. Namun langkahnya terhenti saat tiba-tiba Daniel muncul menutupi tubuh Cherry yang mungil.

"Mau apa lo?!" ketus Daniel sambil memasang wajah songongnya.

"Ya elah, cuma nyapa doang! Silahturahmi!"

"Pergi gak lo?!"

"Cherry, ngapa pawang lo galak bener, dah?"

"Cepetan minggat¹!"

Cherry mengamati Haikal yang perlahan menjauh sambil menggerutu, kemudian menarik pundak Daniel hingga keduanya saling berhadapan.

"Kenapa gitu?! Dia baik kok sama Cherry!"

Daniel tertunduk pasrah saat Cherry mengomelinya. Sudah menjadi hukum alam jika cewek marah, ada baiknya untuk diam atau meminta maaf. Karena kalau tidak, sifatnya yang seperti reog akan muncul.

"Iya, maaf ya." Daniel menggenggam tangan Cherry.

"Tapi Daniel berlebihan banget, gimanapun juga Cherry yang berhak memutuskan sama siapa Cherry kelu-"

"Iya tuan putri, ulu ulu ..., cup cup, mending kita ke ruangan gue, yuk!" ucap Daniel sembari menepuk-nepuk puncak kepala Cherry.

"Hah?! Cuma kita berdua? ngapain?"

"Makan siang lah! Ngeres kan otak lo?"

"Cuma makan siang aja? Gak mau lebih? Misalnya kecup-kecup."

"Jangan pasrah gitu dong!" seru Daniel sambil menyentil dahi Cherry.

"Udah berapa kali gue ingetin?! Lo itu cewek! Dijaga harga diri lo, bukan malah nawarin diri kayak gini. Untung bilangnya ke gue, masih aman lo. Kalo orang lain udah dingap lo!" celoteh Daniel dengan kesal.

Dinilai sangat berbahaya berduaan bersama Cherry di dalam ruangan sepi, ia memilih mengajak Cherry pergi ke kantin yang penuh dengan keramaian.

Daniel tidak khawatir jika dirinya akan memangsa Cherry, karena itu tidak akan terjadi. Dia lebih khawatir jika Cherry tiba-tiba memperkosanya. Memikirkannya saja sudah membuat Daniel merinding.

"Kamu nanti cari tempat duduk dulu ya, gue mau buatin lo susu dulu." Daniel berpesan sambil menyerahkan tas kecil kepada Cherry. "Di tas itu ada obat, minyak telon, tisu, sama cemilan. Lo tau kan fungsinya? Olesin minyak telon kalo lo digigit nyamuk, tisu buat ngusap ingus lo, dan lo bisa nyemil kalo pesanan kita belum dateng. Au ah intinya gitu! Bisa kan?" lanjut Daniel.

Cherry mengangguk dengan pasti. Jangan lupa jika Daniel tetaplah babysitter yang merawat Cherry, dan semua alasan Daniel bersikap manis adalah karena pekerjaan itu. Sesaat Cherry tersenyum miris.

"Gue pergi dulu ya, da!" Daniel pergi sambil terus melambai kepada Cherry.

Cherry balas melambaikan tangannya. "Lumayan buat latihan nganter suami pergi dinas," celetuk Cherry diikuti kekehan kecil, membayangkannya saja sudah membuat Cherry bahagia.

Setelah Daniel hilang dari pandangannya, Cherry pergi melakukan apa yang diperintahkan pria itu. Mencari meja kosong untuk mereka.

Cherry celingukan ke sana dan kemari, namun tidak ada meja kosong yang terlihat olehnya.

"Cherry! Mau lanjutin ceritanya gak?"

Cherry tersentak kaget saat tiba-tiba ada lengan yang melingkari bahunya.

"Rendy?!"

***

¹Minggat adalah kosa kata bahasa Jawa yang berarti pergi.

Big BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang