16. Mars

294 35 1
                                    

Cherry merasa ada tangan yang membelai rambutnya. Belaian-belaian kecil yang membuatnya terbangun dari tidur.

Cherry mengerjap-ngerjapkan matanya, matanya menangkap sosok wajah yang sangat tak asing.

"Daniel ngapain di sini? Jam kerja kamu kan udah habis."

"Mama Alea bilang kamu nangis waktu tidur. Kamu mimpi apa?" tanya Daniel dengan lembut, tanpa berhenti membelai rambut Cherry.

"Cherry sendirian, diikat di kursi, gelap, sakit," racau Cherry sambil mengerutkan dahinya. Tak lama, air mata Cherry mengalir.

Daniel segera mendekap Cherry dalam pelukannya, menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkan. Tubuh Cherry tetap gemetar, dan mulutnya tak berhenti meracau.

Daniel mengangkat tubuh Cherry dalam posisi Cherry yang terus memeluknya. Daniel membawanya keluar, menikmati angin sepoi-sepoi. Sesekali Daniel menepuk-nepuk punggung Cherry.

"Takut," racau Cherry.

"Ada gue Cherry, everything will be okay, kamu tidur aja," bisik Daniel pada Cherry.

Cherry mulai tenang setelah lebih dari satu jam Daniel menggendongnya dan membawanya menikmati semilir angin. Tubuh Daniel terasa pegal, kakinya seperti mati rasa. Tidak munafik, berat badan Cherry tidak seringan bayi. Dan dia cukup kewalahan.

Daniel segera memeluk Cherry erat saat dirasa pegangan Cherry mengendor.

"Udah tidur?" gumam Daniel.

Saat hendak membawa Cherry ke dalam rumah, Daniel melihat siluet orang yang sangat dikenalnya.

Daniel memilih membawa Cherry masuk ke dalam kamar, kemudian membaringkannya perlahan.

Saat Daniel hendak meninggalkan Cherry, ada yang menahan lengannya.

"Cherry gak mau ke Mars, nanti Cherry gak bisa ketemu Daniel lagi," racau Cherry kemudian kembali tertidur.

Daniel tersenyum kecil, mengecup singkat jari-jari kecil yang melingkari lengannya. Kemudian melepaskannya perlahan.

Dengan tergesa Daniel keluar dari rumah ini. Menemui siluet yang tadi dilihatnya. Matanya mencari ke setiap sudut di sekitar rumah ini. Tak lama, Daniel mengunci pandangannya pada sebuah punggung yang berjalan menjauhi rumah Cherry.

"Semua akan berakhir hari ini," gumam Daniel.

Daniel menaiki motornya, memutar pedal gas motornya hingga menimbulkan suara bising deruan motor.

Bunyinya yang nyaring membuat siluet tersebut membalikkan tubuhnya, ia merasakan sorot tajam dari Daniel.

Tak lama, Daniel melepas rem di tangannya. Motor besarnya melaju dengan kencang. Daniel tersulut emosi, ia bertanya-tanya mengapa orang itu mengintai di sekitar rumah Cherry.

BRAKKK

Daniel memutar arah motornya, hingga membuat dirinya sendiri jatuh terpental. Ia hanya tak bisa membunuh Rendy begitu saja.

"Gila lo ya?!" seru Rendy saat mengetahui bahwa Daniel hampir saja menabraknya.

"Lo ngapain di sini?!"

"Menurut lo?" cuek Rendy.

"Lo lihat sendiri kan! Gara-gara lo, Cherry sakit! Gara-gara pernyataan lo tadi pagi, dia sakit! Lo bilang mau ngelindungi dia?! Bacot doang lo!" Daniel melayangkan bogemannya pada pipi Rendy.

"Daniel, lo gak capek apa jadi sok suci terus? Lo tau sendiri semua masalah ini gara-gara tindakan lo dulu!" celoteh Rendy serasa mengusap pipinya yang berwarna kemerahan.

Big BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang