13. Segitiga Siku-siku

496 52 10
                                    

Daniel sudah sadarkan diri, kini dia menyusuri lorong mencari keberadaan teman dekatnya. Tapi Daniel mulai ragu, apakah kata 'dekat' sesuai dengan situasi saat ini.

Seberapa jauh Rendy tau tentang latar belakang keluarganya.

Seberapa jauh Rendy menerobos masuk mengenal dunianya.

Dan seberapa jauh Rendy akan pergi setelah mengetahui kebenarannya.

Semua pertanyaan berkecamuk di kepala Daniel. Setiap langkahnya terasa memberatkan, situasi di dalam tubuh Daniel sangatlah kacau.

Daniel menghentikan langkahnya, menatap Rendy yang berdiri di ujung lorong. Keduanya saling melemparkan tatapan tajam dan tidak suka.

Daniel mengepalkan tangannya, berlari menghampiri Rendy, begitupun sebaliknya.

Bugh!

Daniel menghantamkan tinjunya pada wajah Rendy, dan Rendy mengarahkan tendangannya pada dada Daniel.

Keduanya sama-sama terdorong dan jatuh, Rendy menyeka darah dari sudut bibirnya sedangkan Daniel menyeka darah dari hidungnya. Keduanya kembali bertukar pandang, raut wajah mereka menjelaskan adanya amarah yang sedang ditahan.

Daniel menarik kerah baju Rendy. "Lo terlalu lancang, anjing!"

"Lo biadab! Bangsat!" Rendy menarik lengan Daniel hingga berhasil menghantamkan tubuh Daniel ke lantai.

Daniel balas menghantamkan kepalanya pada kepala Rendy, membuat Rendy terhuyung-huyung ke belakang.

"Gue juga tau, sialan!" seru Daniel, mengiyakan ucapan Rendy.

Terlihat dari jauh, dua guru killer sedang menghampiri mereka berdua. Daniel dan Rendy menatap sinis siswa-siswi yang sedaritadi mengamati mereka, kenapa orang selalu ikut campur dengan urusan orang lain.

"Mau main kejar-kejaran?"

Tawar Rendy, yang dijawab senyuman miring oleh Daniel. Kini keduanya berlarian ke sana ke mari, menghindari guru kolot yang sedang mengejarnya. Atau mungkin sengaja membantu para guru kehilangan perut buncitnya.

That was good thing, right?

Setelah beberapa waktu, mereka memutuskan untuk beristirahat di rooftop.

Daniel dan Rendy tergeletak, sesekali mengatur napasnya yang saling memburu.

Suasana hening menyelimuti, keduanya menatap langit yang tampak marah dan bergemuruh.

"Latar belakang gue emang gelap, tapi lo tau kan ..., gue selalu berusaha berubah." Daniel membuka topik pembicaraan.

"Hm, gue tau. Tapi gue juga tau, lo gak akan bisa berubah. Karena lo gak pernah bisa ngendaliin dia yang ada di dalam diri lo." Rendy memberi jeda, menimang-nimang lanjutan kalimat yang akan diucapkannya.

"Lo tau kan, dia udah mulai bangkit," lanjutnya.

"Hm."

Keheningan kembali menyeruak. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, hingga hujan perlahan mulai membasahi bumi.

"Gue akan rebut Cherry dari lo!"

Daniel tertegun mendengarnya, pandangannya beralih menatap Rendy.

"Bangsat juga lo!"

Keduanya tertawa renyah, tetapi sungguh di dalam hati mereka sedang kalut.

***

Daniel sedaritadi menunggu di luar ruang kesehatan, hingga dokter spesialis kejiwaan keluar dari ruang itu.

Ya. Cherry pada dasarnya tak pernah sakit secara fisik, psikisnya yang sakit hingga kini merusak fisiknya.

Dan itu semua karena dia yang ada dalam tubuh Daniels Kai. Di masa lalu, dan saat ini.

"Woy, jelek! Maafin gue, ya!"

"Apaan, sih?!"

"Ge-er banget lo! Siapa yang jelek? Lo kan cantik!"

Daniel mengusap rambut Cherry dengan gemas. Ada perasaan kalut di hatinya saat mengingat ucapan Rendy yang akan merebut gadis ini darinya.

Cherry mendengus kesal.

"Tapi lo beneran cantik."

Cherry merotasikan matanya, jengah dengan tingkah Daniel yang seolah tertarik dengan dirinya.

"Heh, anak pungut! Lo pasti gini karena ada maunya kan?! Mending lo pergi aja, sono! Gue mau hibernasi dulu!" Daniel membantu Cherry merebahkan tubuhnya.

"Padahal gue serius," gumam Daniel lirih hingga tak seorangpun akan mendengar ucapannya.

"Cherry, lo tadi kenapa pingsan?" tanya Daniel dengan hati-hati.

"Mungkin, gue terlalu capek," jawab Cherry seadanya.

"Jawab gue seyuyur-yuyurnya!"

"Itu udah seyuyur-yuyurnya! Gue gak inget kenapa, mungkin aja gue capek. Udah sering gue begini, gak usah khawatir."

Daniel tak menjawab, Ia sibuk mengamati wajah Cherry yang sungguh mulus tanpa noda. Pemilik wajah polos yang di masa lalu hampir kehilangan nyawanya, karena ulah dirinya. Daniel.

Jiwa murni yang terluka akibat ulahnya.

Daniel tersentak kaget, lamunannya buyar karena interupsi Cherry.

"Daniel tadi kemana? Kenapa lama?"

"Oh itu! Gue tadi habis berburu ubur-ubur di bikini bottom .... Susah banget nangkepnya!"

Cherry sungguh ingin membuat Daniel hilang dari hidupnya, karena dia membenci orang cringe. Tapi, tentu saja itu tak akan Cherry lakukan.

| Motto Hidup Cherry :
| Cegah kepunahan cogan!

Cherry selalu menanamkan mindset untuk selalu menyayangi cogan seperti saat mereka menyayangi itu kalian. Duit maksudnya.

Cherry melengos, membelakangi Daniel. Anggap saja tak kuasa melihat jidat Daniel yang terlalu shining, shimmering, splendid.

"Cherry!"

Rendy datang dengan senyuman cerahnya, menghampiri Cherry.

"Kenapa?"

Cherry sejenak sempat terkejut, pasalnya dia tidak pernah benar-benar akrab dengan Rendy. Dan kini Rendy menghampirinya saat sedang sakit.

"Mau nenen!"

"Dih! Kenapa minta ke gue?! Jangan macem-macem, ya!"

"Maksudnya mau minta susu, itu di meja lo ada kan ..., gue mau."

Rendy terkekeh melihat wajah Cherry yang merah padam. Saat Rendy hendak mendekatinya, Cherry terlonjak kaget. Ups ... apakah ada yang salah dengan langkah pertama Rendy untuk mendapatkan hati Cherry.

"Jangan mundur-mundur, gak akan gue apa-apain kok! Mana berani gue, pawang lo serem!" ucap Rendy sambil menunjuk Daniel yang bersedekap dan menatap tajam Rendy.

Cherry semakin menyembunyikan wajahnya dalam selimut, semakin tak paham dengan situasi saat ini.

"Ada yang mau gue sampein!"

Rendy melirik Daniel yang terlihat gugup.

***

Wuadoh! Ada cinta segitiga siku-siku nih!

Kalian tim siapa?

Si masa lalu
Vs
Kang minta nenen

Author🤡|

Sempatkan klik bintang sebentar ya,
I know you're good person guys.

Big BabysitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang