Perang Saudara🐰

1.7K 167 52
                                    

HAPPY
READING
🐰

Tidur berasalan rumput hijau, di temani sunset yang indah. Itu yang sedang Keano rasakan.

Kalian pikir Keano bahagia? Oh tentu tidak.

Bahagia macam apa yang di dapat kalau baru saja jatuh tersungkur, kepala duluan yang mendarat pula. Sakit, perih, dan malu lebih terasa.

Ceritanya tadi, saat tengah berlatih bermain basket di halaman belakang rumahnya.

Memang, Keano dan Alana hari ini di undang oleh Saras, Mamanya Keano. Katanya akan ada pertemuan keluarga sekaligus makan malam bersama.

Keano tidak sengaja melempar bolanya terlalu kuat, sampai melambung tinggi melewati pagar pembatas. Lalu dengan ogah-ogahan Keano berniat untuk mengambilnya.

Saat keluar, ternyata bolanya melambung sampai ke taman komplek yang memang tak begitu jauh tempatnya. Niat hati ingin sok keren menyebrang sambil pura-pura melihat jam (padahal ga pake jam), Keano melangkah santai.

Baru dua langkah, suara klakson motor mengagetkannya. Membuat Keano panik dan langsung berlari. Naas, cowok itu tersandung kakinya sendiri. Ia limbung dan akhirnya jatuh tersungkur.

"Apes mulu gue," decaknya sambil bangkit berdiri.

Setelah membersihkan diri dari banyaknya rumput dan tanah yang menempel pada bajunya. Keano kembali mencari bola basket itu.

Terlihat.

Bola dengan warna merah bata itu ada di bawah sepatu seseorang.

Eh, tunggu. Sepatu?

Keano mengangkat kepalanya. Dan matanya langsung melotot mengetahui siapa pemilik sepatu pentofel hitam mengkilap itu.

"L-lo?"

Orang itu terkekeh. "Halo, lama ga ketemu. Apa kabar?"

🐰🐰🐰

"Ngapain lirik-lirik gue?! Ngadep sono!"
Keano berdecak, memalingkan wajah yang katanya tampan itu dari sang lawan bicara.

Bukannya marah atau tersinggung, si lawan bicara justru tertawa. Gemas, melihat cowok yang sudah lama tak ia jumpai ini.

"Suka-suka gue dong, mata-mata gue ini." balasnya sambil terkekeh.

Keano menggeram. Sengaja matanya yang minimalis a.k.a sipit itu dipaksa melotot, walaupun susah.

Tak ada seram-seramnya sama sekali sih, kalau kata Alana. Malah kayak bocil yang suka gangguin Alana sewaktu di warnet. Belagak paling keren padahal ingus masih meler.

"Udah, kalian ini. Deket berantem mulu, pas jauh kangen." kata Saras dengan dengusan lelah.

"Mana ada! Ga kangen tuh," ketus Keano. Menatap sengit.

"Iya in aja Ma. Nanti juga paling nangis lagi kalau Juan balik ke London,"
Papa Resta yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara.

Cowok yang di panggil Juan itu tertawa.

"Ututu... Adik kecil gue nangis ya kalo gue tinggal," ejeknya sambil mencubit gemas pipi berisi Keano. "Malu-maluin. Udah punya istri masih cengeng," lanjutnya.

"Ma, kalo masih cengeng gini, Istrinya Ano buat Juju aja ya!" sengaja Juan berucap tepat di telinga Keano. Membuat suami Alana itu terbakar emosi.

"Jauh-jauh lo, PEBINOR!"

Keano berlari, berdiri tepat di depan sang istri sambil merentangkan tangannya. "Bini gue!" katanya dengan mata menajam.

"Lho? Eh? Kamu siapa?" ucap Alana dengan wajah polosnya. Sengaja ingin mengerjai suami tengilnya ini.

"Al? Lo lupa sama gue? Serius? Lo lupa sama cowok ganteng sejahat raya ini? Lo lupa kalo kita pernah anu-anuan sampe lo hamil gini? Al..."
Wajah memelas Keano berbanding terbalik dengan ucapannya yang membuat darah Alana mendidih itu.

Plak!

"Inget! Ga jadi lupa gue. Ck, dasar omes." ketus Alana usai menampar pipi Keano.

Juan tertawa terpingkal-pingkal. Puas sekali melihat penderitaan adiknya itu.

Oh iya, soal Juan. Nama lengkapnya Aresta Juanda Favian. Abangnya Keano dan Keisha. Anak pertama dari pasangan Papa Resta dan Mama Saras. Disini ga pernah di tulis kalau Keano anak pertama kan? Hehe...

Juan lebih tua 2 tahun dari Keano. Cowok yang akrab di sapa Juju itu sekarang sedang melanjutkan pendidikan nya di luar negri, London. Mengambil jurusan Kedokteran seperti yang selalu ia impikan.

Ia cukup terkejut sewaktu mengetahui adik cowoknya ini menikah. Apalagi alasannya karna MBA (Married By Accident).

Jujur, ia merasa gagal menjadi seorang Abang. Walaupun ini diluar kendalinya. Tetap saja, ia merasa memiliki tanggung jawab atas kedua adiknya sebagai anak pertama.

"Mampus hahahaha," Juan menyeka air matanya. Perut cowok sampai sakit karna tertawa.

"Oh iya, Keisha mana?" tanya Juan. Baru menyadari kalau adik bungsunya itu tidak ada sejak ia menginjakkan kakinya dirumah ini.

"Biasalah," jawab Saras.

Jam-jam segini itu waktunya Keisha tidur. Dan kalau sudah tidur, anak itu seperti sedang latihan meninggoy. Sulit sekali dibangunkan. Nanti akan bangun sendiri kalau sudah mendekati magrib.

Kembali pada Keano. Cowok itu masih duduk diam di samping sang istri. Matanya masih menatap tajam pada Juan.

"Kamu kenapa No?" tanya Resta.

"Ga."

Juan tersenyum jahil, menatap Keano dengan alis naik-turun. Pertanda otaknya yang dua kali lebih pintar dari Keano itu baru saja mendapatkan ide cemerlang.

Dengan gaya sengak, ya sebelas dua belas dengan Keano. Juan menghampiri adiknya itu.
"No, bini lo cantik. Gue rebut boleh?"

Keano sontak melotot, lagi. Agak dipaksakan, walaupun rasanya mustahil mata minimalis itu mau terbuka lebih lebar.

Keano tiba-tiba berlari ke arah dapur. Membuat orang-orang di sana menatap heran. "Kenapa lagi tu orang?" tanya Alana.

Mendapatkan gelengan dari semuanya. Mereka juga tak tahu. Keano terlalu sulit untuk ditebak.

Membawa sehelai tisu dan sebuah tusuk sate. Keano berdiri tegap di atas sofa.

"DENGAN INI! SAYA, ARESTA KEANO FAVIAN. MENGIBARKAN BENDERA, MENYATAKAN PERANG SAUDARA PADA BANG JUJU! SEKIAN TERIMA GAJI!" ucapnya lantang.

Bendera yang terbuat dari tisu itu berkibar sebentar, sebelum akhirnya lepas karna kuatnya terpaan kipas.

-sekian-

Gaje? Bodo amat.

Wlee...
😝

KeanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang