13. Jangan pergi

334 49 7
                                    

Happy Readyng...

Vote and komen..

Typo diman-mana.

Sayang kalian banyak-banyak..
.
.
.
🌺🌺🌺

Vano hanya menatap lurus kedepan, dia tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi padanya.

Shera Arina
Lahir: 25 Agustus 1985
Wafat: 28 April 2021

Tulisan diatas batu nisan. Terpampang jelas nama mama Vano, hati Vano serasa diremas saat membaca tulisan itu.

Kemarin setelah Vania ditelvon oleh bundanya yang menyuruh Vania dan Vano untuk pergi ke rumah sakit, karena keadaan Arina kritis. Mereka langsung pergi ke rumah sakit dengan motor Vano, Vania mengabaikan motornya dia lebih memilih berangkat bersama Vano.

Namun siapa sangka saat sampai dirumah sakit mereka melihat seluruh keluarganya berada di UGD. Vania melihat bundanya sedang menangis.

Vano yang melihat papanya diam disamping brankar mamanya. Disitulah Vano mengerti apa yang terjadi.

"Van, lebih baik kamu pulang" Kata Adit yang sedari tadi melihat Vano sama sekali tidak menangis dia hanya termenung melihat makam mamanya.

Adit juga merasa kehilangan atas kematian Arina, namun dia berusaha menutupi kesedihannya.

Vania, Bunda, dan ayahnya juga masih berada di area makam. Vania dan Kaila sama-sama terpukul atas kepergian Arina, Meskipun Vania tidak terlalu lama kenal dengan Arina namun dadanya terasa sesak.

"Udah bun, ikhlasin"Ucap Bara menenangkan istrinya.

"Nia.. Sebaiknya kamu ajak Vano pulang" Perintah Kaila masih dengan suara seraknya.

Meskipun Vania juga merasa kehilangan, tidak dipungkiri Vano disini yang merasa sangat terpukul. Dia tau sebagai seorang istri dia harus menemani suami disaat seperti ini.

Vania mendekat ke arah Vano yang duduk dengan tangan diatas batu nisan mamanya.

"Al, pulang ya" Bujuk Vania.

"Gue gak mau" Lirih Vano.

"Pulang all." Vania kembali membujuk. Tangannya mengelus bahu Vano.

"Gue gak mau, lo ngerti nggak sih" Ucap Vano lalu menepis tangan Vania kasar.

"Vano pulang! Dengerin istri kamu" Tegas Adit, walaupun dia tau anaknya itu tengah sedih namun dia tidak suka melihat perlakuan kasar Vano.

Vano tidak tau dia harus sedih atau merasa geram, dia lalu meninggalkan pemakaman tanpa sepatah apapun.

Vano langsung mengendarai motornya dengan kecepatan full. Vania yang merasa khawatir dengan kondisi Vano langsung mengejar Vano dengan sepeda motornya.

Benar saja Vano mengebut dijalan.
Hampir saja Vania ketinggalan jejak Vano, tapi dia berhasil menambah laju motornya dan menyusul motor Vano.

Vania merasa sedikit takut, Vano melajukan sepedanya ke arah menuju bukit, pikirannya mulai tidak tenang memikirkan Vano yang mungkin mau bunuh diri.

DEVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang