34. Suka?

280 26 3
                                    

Happy readyng

Vote and komen disetiap paragraf.
.
.
.
🌺🌺🌺

"Mau kemana Bar?" Tanya Vania sedikit mendongak menatap wajah Akbar.

"Ke makam Radit mau?" Tawar Akbar kepada Vania yang masih menatapnya bingung.

Pulang sekolah Vania diajak Akbar untuk pergi ke suatu tempat, Vania tidak tau tujuannya namun dia hanya mengikuti kemana Akbar membawanya. Tentang Vano, dia pulang lebih dulu pasalnya ada urusan yang harus dia kerjakan.

"Mau" Pertanyaan Akbar mendapat anggukan antusias dari Vania.

Vania dan Akbar mulai meninggalkan halaman sekolah menuju pemakaman Radit. Dia mengedarkan pandangannya mencari makam kekasih hatinya itu.

"Raditt" Lirih Vania duduk disamping makam Radit, sedangkan Akbar dia berada disamping Vania.

"Makasih.. Meskipun kamu udah ninggalin aku... Tapi kamu kirim sahabat kamu untuk aku, dia sayang banget sama aku dit, dia udah kasih cinta yang sama kayak kamu buat aku" Lirih Vania berbicara kepada makan Radit.

"Yang tenang disana ya dit,, aku bahagia disini kamu juga harus bahagia disana, aku tau alam kita udah beda, tapi memory kamu masih nempel di pikiranku dit" Ucap Vania mengelus batu nisan bertuliskan nama Radit.

Akbar duduk mensejajarkan posisinya dengan Vania "Pulang dulu Van, nanti Vano nyariin" Kata Radit menepuk dua kali bahu Vania.

Vania mengangguk "Aku janji dit, aku bakal nemuin siapa orang yang nembak kamu, kamu percaya kan sama aku?" Tanya Vania yang pastinya tidak mendapat jawaban dari siapapun.

Akbar berdiri "Ayok Van" Ajaknya, Vania mencium singkat batu nisan itu lalu melenggang pergi mengikuti langkah Radit.

Vania mengernyitkan dahinya, jalan yang mereka lalui bukan jalan menuju apartemen "Bar, ini mau kemana?" Tanya Vania.

"Makan dulu" Jawab Akbar yang mendapat anggukan dari Vania.

"mie ayam dua porsi" Ucap Akbar ketika sudah sampai dipenjual kaki lima.

"Siap den, tunggu aja" kata penjual.mie ayam itu.

Vania duduk berhadapan dengan Akbar, suasana semakin malam membuat Vania sedikit kedinginan.

Akbar yang melihat Vania menggosok-gosokkan telapak tangannya itu langsung melepas jaketnya lalu dia menyampirkannya di pundah Vania. "Ehh gausah Bar" Tolak Vania.

"Gapapa pakai aja, daripada nanti lo sakit" perintah Akbar yang tidak mau mendapat penolakan.

"Van" Panggil Akbar dengan suara seraknya membuat Vania yang semula menatap ramainya jalan langsung fokus menunggu apa yang akan dikatakan Akbar.

"Lo beneran suka sama Vano?" Tanya Akbar yang nampak serius.

Vania tersenyum tipis "iya Bar, gue udah cinta sama Vano" Jawab Vania.

Akbar menghela napas berat "Lo yakin bukan Vano yang bunuh Radit?" Tanya Akbar menatap lekat Vania.

Senyum tipis di bibir Vania mulai memudar "gak terlalu sih, tapi kayaknya bukan Vano yang bunuh Radit" Ucap Vania penuh keyakinan.

DEVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang