"ADA SEBUAH PENGUMUMAN PENTING YANG HARUS KALIAN DENGAR SIANG INI."
Semua orang saling melihat dan bergumam, mereka penasaran hal apakah yang membuat Rafaan sampai mengumpulkan beberapa karyawan.
Dari tempatnya Rafaan tak kesulitan menemukan keberadaan Shagia. Gadis itu melihatnya dengan tatapan siaga.
Apa jangan-jangan Rafaan akan mengumumkan hubungan mereka? Tidak! Batinnya terus bergejolak, sungguh dia belum siap semua mengetahui hubungan mereka.
"Jangan ..." lirihnya seraya menggeleng pelan berharap Rafaan mendengar lirihannya.
Tapi sepertinya Rafaan sudah bulat dengan tekadnya, dia mengabaikan larangan Shagia dan malah menyapu pandangan pada sekumpulan orang di hadapannya.
"MUNGKIN SUDAH SAATNYA KALIAN MENDENGAR KABAR INI. SAYA TIDAK MAU ADA KESALAHPAHAMAN LAGI DI KEMUDIAN HARI. SAYA INGIN MEMPERKENALKAN SESEORANG YANG SPESIAL DALAM HIDUP SAYA, YANG SELAMA INI ADA DI KANTOR INI BERSAMA KITA."
Sontak riuh memenuhi lobi, mereka tak sabar ingin segera mengetahui siapa orangnya.
Miko terkekeh pelan, dia mendekat pada telinga Shagia seraya berbisik, "Bucin akut tuh anak, selamat ya nyonya Rafaan."
Netra Shagia melebar, yang ada di pikirannya saat ini bagaimana dia bisa menerobos orang-orang yang berdesakan di hadapannya, lalu menarik Rafaan menjauh dari sini. Gadis itu mulai mencari celah berusaha meminta jalan, tapi semakin dia berusaha orang-orang itu malah semakin berhimpitan saat Rafaan mulai menyebutkan siapa orangnya.
"DIA JUGA ADA DI SINI ... DIA DI SANA!"
Semua mata tertuju pada telunjuk Rafaan yang mengarah pada seseorang.
Hati seorang gadis saat ini tengah bergenderang begitu keras. Apakah tidak salah? Rafaan menunjuknya?
Dia ...
Tari ...
Semua mata mengarah pada Tari karena hanya Tari yang terpaku di tempatnya, dia tak menyadari Shagia tepat di belakangnya.
"TARI!"
Saat Rafaan menyebut namanya, darahnya berdesir, membuat tubuhnya meremang. Semua mata kini tertuju pula ke arahnya.
"Maaf Tari, bisa beri jalan untuk gadis cantik yang di belakang?!"
Tari membalik tubuh perlahan, terkejut dia melihat siapa yang berada tepat di belakangnya.
**SHAGIA POV**
"Maaf Tari, bisa beri jalan untuk gadis cantik yang di belakang?!"
Gadis di hadapanku berbalik badan, ternyata dia adalah Tari. Tari menggeser tubuhnya melipir seperti yang lain.
Kedua kaki ini tak bisa bergerak, tatapan orang-orang di kantor ini bagai pasak yang menahan. Sekali saja Tuhan, aku ingin berkedip dan menghilang. Sayangnya semua itu mustahil.
Sementara si bos yang tampan rupawan itu, masih menjurus ke sini dengan tatapan penuh kemenangan dan kelegaan, huff ... mau gigit boleh nggak?
Menyadari semua ini tidak akan berakhir jika aku hanya diam, segera kuambil tindakan. Aku berjalan tergesa ke depan, memutari meja di mana dia berada, meggeser mic chip agar tak memperdengarkan perbincangan kami, "Sudah, kan? Ayo pergi, Pak!" kuberanikan menarik pergelangan tangannya.
"Belum selesai, Sayang, buat dulu pengakuan!"
Aku mengedar pandangan, lihatlah wajah-wajah itu mereka semua melihat ke sini, ya Tuhan. Aku beralih kembali pada pria di hadapanku, "Please ..." Aku memelas, dia hanya menanggapi dengan seulas senyum seolah tak ada tawar menawar. Baiklah, jurus terakhir, semoga berhasil, "Please, Sayang ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei Shagia
DragosteTerjebak perasaan pada dua orang pria dalam waktu bersamaan, Shagia terjebak dalam cinta dua bersaudara. Devan, karena perasaan yang muncul sejak pandangan pertama. Sementara Rafaan, karena suatu malam yang membuatnya terikat bersama pria itu.