Rafaan dan Miko baru saja tiba di kantor, saat yang bersamaan mobil yang ditumpangi Langit dan Shagia tiba juga di ND media. Rafaan dan Miko terperangah saat melihat ajudan membukakan pintu dan orang yang mereka kenal keluar dari sana."Shagia?" Miko terheran-heran.
Rafaan dan Shagia saling melihat, pria itu lalu memberi isyarat pada asistennya agar segera masuk. Shagia bergegas tanpa pamit pada Langit ataupun ajudannya.
"Pagi, Pak!" Shagia sudah berada di ruangan. Tak seperti biasa bos-nya itu tak menjawab sambutannya, hanya Miko yang menjawab.
"Itu tadi Langit putranya Bu Asmara, kan?" tanya Miko pada gadis satu-satunya di ruangan itu.
"Iya, Pak!"
"Dia nganterin kamu?" tanya Miko dengan mimik terkejut, "Why?"
Pertanyaan Miko sama sekali tak dijawab gadis itu, Shagia hanya menundukkan wajah. Setelah Miko keluar ruangan, Rafaan memanggil Shagia mendekat.
"Sekarang jelaskan pada saya, sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan kemarin, sampai Langit ngejar-ngejar kamu?"
"Saya tidak melakukan apa-apa, Pak!"
"Coba ingat-ingat!"
"Saya cuma ganti es krimnya yang jatuh, hal itu juga yang buat saya telat masuk ruang rapat kemarin."
Rafaan melenguh "Saya tidak perduli ya, mau kamu dikejar-kejar Langit, mau kamu pacaran sama dia, saya sama sekali tidak perduli! Saya hanya tidak mau, apa yang Langit lakukan buat kamu sampai mengganggu kenyamanan kantor ini, dan mengganggu kinerja kamu!"
"Ya, Pak!"
"Kamu harus tau satu hal, Shagia! Asmara itu bukan orang sembarangan, dia akan lakukan apa saja untuk putra kesayangannya. Saya cuma bisa berpesan sama kamu, kamu harus hati-hati!"
Shagia meringis ngeri mendengar ucapan bosnya.
***
Pulang jam kantor Shagia masih berada di lobi, dia mengintip ke sekitar halaman kantor.
"Gi!" Tepakan Nenti dari belakang sontak mengagetkannya.
Gadis itu memegangi dada seolah tengah mengatur ritme jantungnya. "Jangan ngagetik deh, Nen! Aku beneran kaget."
"Kenapa sih? Ayo pulang!"
"Tunggu!" Shagia menarik lengan Nenti. Setelah memastikan Langit dan ajudannya tidak ada, Shagia baru berani keluar kantor.
Sampai berjalan di trotoar menuju halte, mereka masih aman. Tapi ketenangan Shagia tak bertahan lama, saat mobil tadi pagi menepi di dekatnya.
"Mas Devan?" tanya Nenti, Shagia malah meremas lengan Nenti erat. "Kenapa sih, Gi?"
"Selamat sore! Silahkan masuk Nona Shagia," kata ajudan tadi pagi.
***
Nenti hanya menatap bingung kepergian mobil-mobil yang mambawa sahabatnya, sampai suara klakson mengejutkannya.
"Kemana Shagia?" seru Rafaan dari dalam mobil.
"Dijemput orang-orang gede, Pak!"
Rafaan segera melajukan mobilnya meninggalkan Nenti dalam keheranan.
Shagia dipandu memasuki salah satu restauran mewah di ibukota. Suasana klasik romantis menjadi tema malam ini. Shagia ingat dia pernah mendatangi resto ini bersama Rafaan, Rafaan pernah memberitahunya kalau resto ini resto milik kakaknya, D&K resto.
Paling tidak dia bisa bernafas lega, dia merasa tenang karena Asmara dan Langit mengajaknya makan malam di resto ini. Jika ada yang mencurigakan dia akan meminta bantuan Rafaan. Resto ini sepertinya sudah di booking, tak ada satupun pengunjung malam ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hei Shagia
RomanceTerjebak perasaan pada dua orang pria dalam waktu bersamaan, Shagia terjebak dalam cinta dua bersaudara. Devan, karena perasaan yang muncul sejak pandangan pertama. Sementara Rafaan, karena suatu malam yang membuatnya terikat bersama pria itu.