Pacaran, yuk!

90 9 6
                                    

Malam ini tiba, malam berlangsungnya acara milad ND Media.

Shagia menatap pantulan dirinya dari cermin rias yang terbentang di hadapannya. Seorang MUA memberikan sentuhan akhir untuk riasan elegant yang dia aplikasikan pada gadis itu.

Beberapa waktu lalu Devan menjemputnya lalu membawanya ke sebuah tempat yang mengubah penampilannya kian siap malam ini.

"Harus kayak gini ya, Mas?" di dalam mobil Shagia menanyakan perihal penampilannya pada Devan. Gaun cantik berwarna creme menambah kecantikannya. Rambutnya di tata dengan style sederhana namun anggun, dengan sebuah hiasan kecil di bagian belakang.

"Aku baru pertama kali ke perayaan seperti ini soalnya. Sebenarnya beberapa kali sempat sih ke acara seperti ini, tapi pakai dres biasa aja, malah seringnya pake pansuit."

Devan tersenyum, "Oma yang minta, yang dia tau kamu itu tunangannya Rafaan, dia harus selalu memastikan kamu mendapat yang terbaik." ujarnya.

Shagia tersenyum gamang mendengar penjelasan Devan, gadis itu mengalihkan pandangan keluar jendela mobil. Tangannya meremas bagian bawah gaun, hatinya gelisah saat ini, jika memang keluarga Rosita masih menganggap dia itu tunangan Rafaan kenapa bukan pria itu yang menjemputnya?

Atau jangan-jangan, Rafaan sedang bersama Tari saat ini. Bukankan Rafaan mengundang gadis itu secara khusus?

Mereka akhirnya tiba di gedung yang di pakai untuk acara malam ini. Shagia menggandeng Devan memasuki acara yang ternyata sudah di mulai itu.

Sebagian besar mereka yang hadir merupakan pengusaha-pengusaha kenalan Ros, juga kolega-kolega bisnisnya. Semua karyawan ND media hadir tanpa kecuali, termasuk para security dan petugas cleaning service sekalipun. Bukan hanya Tari ternyata, semua pekerja rekanannya hadir di acara malam ini.

Devan meraih tangan Shagia yang lepas dari gandengannya, "jangan di lepas, tetap pegang tangan Mas."

"Tapi, Mas. Bukankah aku harus menemani pak Bos?"

"Malam ini kamu bebas tugas, bukan cuma kamu kok. Semuanya."

Shagia mengangguk, sayang sekali Nenti tidak bisa hadir di acara malam ini, sahabatnya itu saat ini sedang berada di klinik menunggui adiknya yang tengah sakit.

Pria yang sedari tadi Shagia cari akhirnya berhasil dia temukan keberadaannya. Setelan jas dark grey dengan kemeja putih, melekat sempurna di tubuh Rafaan. Rambutnya tertata rapih, dia yang tengah berbincang dengan beberapa rekan tampak berbahagia, nampak dari senyum yang terkembang di sela-sela perbincangan. Tangannya mengapit sebuah gelas berleher panjang berisi minuman.

Seolah-olah ada panggilan jiwa, Rafaan kini menoleh pada gadis yang tengah mengamatinya. Dia melempar senyum, senyum yang terasa langsung sampai ke hati gadis itu , matanya berbinar melihat Shagia yang begitu cantik malam ini. Tapi dia harus teralihkan lagi saat seorang rekan mengajaknya melanjutkan perbincangan.

Semua perhatian kini teralihkan pada Ros yang membuka pidatonya. Wanita yang berusia enam puluhan itu tampak elegant dan begitu berwibawa dengan gaya bicara dan bahasanya. Tak ada orang yang tidak kagum melihat kharisma presdir ND Media itu.

"Satu lagi berita yang menggembirakan tahun ini, yang sebaiknya saya sampaikan malam ini. Cucu saya, Rafaan Dirgantara sudah menemukan belahan jiwanya." ungkap Ros dengan senyum bahagia.

Semua bertepuk tangan mendengar berita itu, mereka juga terkejut di buatnya. Lain halnya dengan Sonia dan Anita yang juga hadir di acara itu, mereka terlihat biasa saja, malah terkesan malas mendegarnya.

"Tapi, yang bersangkutan masih menjaga privasi hubungan mereka." Ros melempar pandang ke arah Rafaan, pria itu melengkungkan senyum mengiyakan perkataan neneknya, "saya sangat menghargai keputusan mereka, tapi dalam waktu dekat, keluarga kami akan segera mempublish pasangan berbahagia ini. Satu lagi, mereka sudah bertunangan." tambahnya.

Hei ShagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang