Persaingan dua bersaudara

57 5 4
                                    

"Saya mau kamu rapihkan penampilan, ada Oma di ruangan saya!"

Shagia mendengus dalam hati, kebaperan yang tidak beralasan. Tentu saja yang baru Rafaan lakukan tadi, bukan karena bosnya itu peduli padanya, dia hanya mementingkan dirinya sendiri. Rutuknya dalam hati.

***
Nika memasuki ruangan Rafaan dengan tergesa, segera dia menjatuhkan bokong di sofa tepat di sebelah Rosita.

"Ke toiletnya sebentar?" selidik Ros heran.

"Nggak jadi ke toiletnya, Oma. Gara-gara ada drakor live streaming!" ucap Nika penuh euporia.

Ros yang tak mengerti bahasa anak sekarang hanya mengerutkan kening, apalagi sedari tadi cucu perempuan satu-satunya itu tersenyum-senyum sendiri dengan handphone.

"Oma mau lihat nggak drakornya?" Nika menunjukan hasil jepretan kamera handphonenya di toilet tadi pada Ros.

Sudut pandang yang epik, saat Rafaan membuka tali rambut Shagia, menyeka dahinya, lalu membantu merapihkan rambut pacar pura-puranya itu. Di dalam poto itu terlihat bagaimana dalamnya tatapan Shagia pada pria di hadapannya. Dalam dan terpaku karena kaget sebenarnya, tapi tentu saja berbeda bagi Ros dan Nika.

"Du du duh, berduaan di toilet ..." Ros kaget, tapi kaget yang membuat hatinya ikut berbunga-bunga.

"Bucin banget kak Rafaan kalau lagi jatuh cinta, sampe bantuin rapihin riasan pacarnya, karena mau ketemu Oma." Nika cekikikan.

Ros segera memberi kode pada Nika agar menghentikan cekikikannya, saat dua sedjoli yang tengah mereka ghibahi memasuki ruangan.

"Oma!" Shagia setengah membungkuk meraih tangan Ros lalu mencium punggung tangannya, dia juga menyapa Nika dengan cipika-cipiki.

Shagia duduk di sebelah Ros, di sofa three seater. Sementara Rafaan di sofa single yang menikung di sebelahnya.

"Kamu dari mana saja?" tanya Ros.

"Em,"

"Meeting sama bu Anne di Zoom, Oma!" Rafaan menyahuti.

Shagia ikut mengangguki, sementara Ros mangut-mangut. Wanita tua itu memerhatikan gadis di hadapannya dengan seksama, dahinya agak basah karena keringat.

"Kamu kok keringatan gitu?" selidik Ros, "Rafaan, tissu!" Ros menunjuk kotak tissu yang ada di end table di samping sofa yang cucunya duduki.

Ros mengambil beberapa lembar tissu yang Rafaan sodorkan, dia lalu menyeka dahi Shagia. Gadis itu mengambil alih tissu, karena merasa tidak enak, "Terimakasih, Oma."

"Kamu grogi ketemu Oma, atau kenapa? Keringetan dingin gini." Kali ini Ros menyentuhkan punggung tangannya pada dahi dan ceruk leher Shagia.

"Kak Shagia, wajahnya juga pucet gitu," cetus Nika khawatir.

"Kamu sakit?" tanya Ros.

Rafaan menyondongkan tubuhnya ke arah Shagia, meneliti apa benar yang di katakan nenek dan sepupunya itu.

Tangan Shagia nampak bergetar saat menyeka peluh di dahinya. Aneh, padahal tadi selama melakukan pekerjaan di toilet dia baik-baik saja, masih bisa tahan. Tapi setelah tubuhnya berhenti dari aktifitas, ia merasa kelelahan.

"Iya, kamu kok pucet? Sampe gemeteran gitu?" Akhirnya Rafaan menunjukkan kecemasan.

"Kamu suruh dia ngapain?" selidik Ros.

"Ng--"

"Nggak Oma, Rafaan nggak suruh  apa-apa kok. Kebetulan saja aku belum sarapan." Gadis itu segera menyela.

"Kamu ini bagaimana sih Rafaan? Kekasih kamu sampai belum sarapan?"  cehcar Ros.

"Shagia nggak bilang ke aku, kalau dia belum sarapan, Oma."

Hei ShagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang