Sebuah mobil convertible memasuki halaman rumah. Seorang pemuda berwajah oriental, rambut ikal berwarna coklat yang mengendarainya tampak menyunggingkan senyum mendapati Rafaan sudah berdiri dengan pakaian rapih di bagian depan rumahnya.
Miko keluar dari kendaraan dan segera mendekati Rafaan.
"Kejutan apa? Gua bela-belain pagi-pagi ke sini, ya. Awas aja kalau nggak bikin ternganga."
Rafaan menyeringai, dia memasukan kedua tangan pada saku celana lalu berjalan ke satu arah. Dengan gerakan kepala dia memberi isyarat Miko untuk mengikutinya.
Mereka sampai di garasi samping rumah Rafaan yang luas. Terlihat beberapa mobil berjajar rapih. Satu kendaraan yang tertutup mantel jadi tujuan Rafaan. Seorang asisten laki-laki dengan sigap mendekat ketika Rafaan memanggilnya.
"Buka, Pak."
Pria itu membukakan mantel mobil sesuai petunjuk. Seketika Miko ternganga melihatnya. Ternganga bukan karena mobil yang dia lihat ini mobil mewah keluaran terbaru, melainkan mobil klasik yang sulit sekali didapatkan pada masa ini. Mercedes Benz 280SE. Rafaan memang penyuka barang-barang klasik. Mungkin pengaruh neneknya yang mempunyai minat serupa.
"Gila, Bro! Keren banget!" pekiknya kagum.
"Gak sia-sia kan, penantian gua selama ini."
"Keren!" Miko dan Rafan mendekati mobil tua itu, untuk meneliti setiap detailnya yang menakjubkan.
***
"Selamat pagi, Pak. Selamat datang," sapa Shagia yang sudah berdiri sigap di dalam ruangan.
"Pagi. Bu Anne sudah kasih jadwal hari ini?"
"Sudah, Pak. Pukul sepuluh siang ini kita ada meeting di Megam Corp," jawab asprinya itu.
"Kamu temui Bu Anne, persiapkan semuanya. Kita berangkat jam sembilan, takut macet."
"Iya, Pak." Gadis itu bergegas.
Shagia sudah ada di ruangan Bu Anne, menyiapkan semua yang diperlukan.
"Shagia, minggu depan kita ada pekerjaan di Jogja untuk beberapa hari, Pak Rafaan sudah memberitahu?" tanya bu Anne.
"Belum." Gadis itu melongo, "Ke Jogja beberapa hari, berdua saja?"
"Tidak lah." Bu Anne tersenyum, "Mau berdua saja?" godanya.
"Nggak lah, Bu. Maksud saya, saya kira berdua saja, saya nggak mau kalau cuma berdua." Wajah gadis cantik itu tiba-tiba merona.
"Pak Miko ikut, Ibu juga ikut kok."
"Oh iya, syukurlah. Terus, kantor siapa yang handle, Bu?"
"Masih ada beberapa Staff Manager, ada Presdir kita juga."
"Siapa Ceo-nya? Saya kira Pak Rafaan pemimpin perusahaan ini."
"Ibu Rosita, neneknya Rafaan. Tapi dia jarang datang ke kantor, karena semua pekerjaan sudah di alihkan ke tangan Rafaan dengan bimbingan saya, sebelum dia benar-benar menggantikan posisi neneknya."
Shagia mangut-mangut mengerti.
***
Tepat jam sembilan Rafaan dan Shagia bersiap berangkat, Rafaan begitu antusias menuju mobil klasik miliknya. Sementara Shagia keheranan melihat Rafaan memasuki mobil yang menurutnya jadul itu.
"Malah bengong, ayo masuk," tegur Bos-nya itu.
"I-iya, Pak."
Empatpuluh menit mereka sampai di tempat tujuan. Setelah beristirahat sebentar, meeting akhirnya dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei Shagia
RomanceTerjebak perasaan pada dua orang pria dalam waktu bersamaan, Shagia terjebak dalam cinta dua bersaudara. Devan, karena perasaan yang muncul sejak pandangan pertama. Sementara Rafaan, karena suatu malam yang membuatnya terikat bersama pria itu.