Rafaan dan Miko baru tiba di kantor ketika mereka melihat Shagia yang baru saja tiba diantar oleh Devan. Keduanya sama terkejut.
"Kemarin sama Langit, sekarang sama kak Devan. Gua nggak salah liat kan, Bro?" Miko menepak bahu Rafaan tak percaya. Sementara Rafaan tak bersuara, dia masih terkesima dengan apa yang dia lihat. Devan?
Ruangan terasa hening, sejak masuk tadi Rafaan lebih banyak diam. Sesekali dia melirik asistennya yang terlihat lebih ceria pagi ini.
"Shagia, kemarilah!" seru Rafaan.
Gadis itu beranjak dari duduk menghampiri atasannya. "Ya, Pak!"
"Sejak kapan kamu mengenal Devan?" tanyanya tanpa basa-basi.
"Sejak tujuh bulan lalu," jawabnya
Rafaan menatap gadis di hadapannya dengan tatapan tajam, "Jangan bilang, kalau pria yang sedang dekat dengan kamu itu, Devan!"
Gadis itu menunduk, memilih tak menjawab. Rafaan memejamkan mata, jawabanya sudah jelas, "Saya ada urusan di luar!" Rafaan beranjak berdiri.
"Saya siap-siap!"
"Kamu nggak usah ikut, pergi ke ruangan Miko. Miko akan kasih kamu tugas!" Shagia mengangguki.
***
Rafaan menapakkan kakinya di area kitchen D&K resto. Di ambang pintu dia melihat Devan dari kejauhan. Saudara sepupunya itu tengah berkeliling dapur dengan seragam kebesarannya. Devan mengamati setiap meja-meja dari hidangan-hidangan yang berbeda, sesekali dia mengkritik chef bawahannya, baik itu tentang bahan baku, penampilan, bahkan tentang rasa. Kebersihan dapur pun sangat dia perhatikan. Saat tak sengaja melihat Rafaan, Devan menghampiri.
"Rafaan? Sejak kapan di sini?"
"Baru datang," ujar Rafaan, "Kak Devan, aku mau bicara."
"Ayo keruanganku."
***
Devan melepas apron yang senada dengan chef jacket yang di kenakannya. Dia dan Devan duduk di sofa yang ada di ruangan."Ada apa?" tanyanya setelah mereka sama-sama di posisi nyaman.
"Ini tentang... Shagia!"
Devan mengangguki dengan seksama. Rafaan menghela nafas mencoba merangkai kata permulaan, "Kak Devan dan Shagia, apa kalian kenal dekat?"
"Ya, kami sedang dekat," jawab Devan.
Rafaan melipat bibir sebelum dia mengatakan, "Aku dan Shagia, terpaksa mengaku sebagai sepasang kekasih karena Bu Asmara. Juga, karena oma yang salah faham."
"Shagia sudah bercerita."
Rafaan mangut-mangut, "Sepertinya dia terbiasa menceritakan segala hal pada Kak Devan." Rafaan berdecih.
"Selama mengenalnya dia seorang pencerita dan pendengar yang baik," aku Devan.
"Aku harap, kak Devan mendekati Shagia bukan karena..." Rafaan menatap kakak sepupunya serius setelah menggantung ucapannya. "Bukan karena wajahnya mirip dengan Kareen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei Shagia
Lãng mạnTerjebak perasaan pada dua orang pria dalam waktu bersamaan, Shagia terjebak dalam cinta dua bersaudara. Devan, karena perasaan yang muncul sejak pandangan pertama. Sementara Rafaan, karena suatu malam yang membuatnya terikat bersama pria itu.