Bagian 02

6K 441 16
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca✨

Happy Reading❤

Malam ini Anggia hanya duduk sendirian di meja makan, ia memang selalu seperti ini setiap hari makan hanya sendirian dan ia akan makan setelah atau sebelum kedua kakaknya makan.

"Non, ini ayam kecapnya" ujar bi Marni menaruh mangkuk bersisi ayam kecap makanan favorit Anggia.

"Makasih Bibi" ujar Anggia di angguki bi Marni yang kembali ke dapur. Anggia mulai menyantap makanannya.

"Pindah" Anggia terkejut dengan suara Argan, Ia menoleh ternyata benar Argan dan Alina baru datang.

"Iya kak" ujar Anggia membawa piringnya ke dapur.

"Loh, sudah selesai non?" tanya bi Marni.

"Iya Bi, aku langsung ke kamar ya? Bibi aku boleh minta tolong?" tanya Anggia.

"Tolong apa non?" tanya bi Marni menatap Anggia dengan sayang, ia sudah menganggap Anggia seperti anaknya sendiri, ia tahu Anggia ini selalu di perlakukan tidak buruk ingin rasanya mengadu namun ancaman Tuan mudanya yang akan membuat Anggia lebih tersiksa dan itu berhasil membuatnya tak ingin mengadu.

"Aku mau susu, tolong antarkan ke kamar" ujar Anggia menunduk.

"Non, hanya itu? Bibi akan antarkan" ujar bi Marni.

"Terimakasih Bibi" Anggia langsung menjauh dari dapur.

"Bawa belanjaan gue ke kamar" ujar Alina menunjuk beberapa paperbag yang berisi belanjaanya sembelum pulang ia meminta Argan mengantarnya ke Mall.

"I-iya kak" Anggia pun menuruti kakaknya ia membawa paperbag itu namun karena terlalu banyak saat ia sudah sampai pertengahan satu paperbag itu jatuh ke bawah, membuat Alina berdiri dari duduknya mengambil dan menghampiri Anggia yang masih diam di tangga.

"BEGO, TOLOL BAWA GINIAN AJA GAK BISA!" Alina menoyor kening Anggia dengan kasar berulang kali.

"Maaf t-tadi terla-

"Brisik lo bawa ke kamar gue" sentak Alina.

"Iya kak" cicit Anggia ia melanjutkan langkahnya ke kamar Alina lalu menaruh barang barang Alina dengan perlahan di ranjang. Ia melirik lama satu bingkai besar di kamar Alina itu foto Alina dan Argan saling berpelukan, Anggia ingat itu hari kelulusan Alina saat SMP.

"Ngapain lo masih disini, mau nyuri?" sarkas Alina dengan tajam.

"Maa-

"MAAF TERUS, LO TAU GAK SIH? MAAF LO ITU GAK BERGUNA GUE BENCI LO BILANG MAAF,LO ITU NYEBELIN NGAPAIN SIH HARUS LO YANG HIDUP? BUKAN MAMA GUE AJA!" Anggia menggigit bibir bawahnya ia menunduk dalam-dalam.

"Mungkin ini takdir dia, dilahirkan untuk di siksa" sahut Argan dari ambang pintu.

"K-kenapa kalian benci aku?" tanya Anggia dengan pelan sangat pelan namun masih bisa di dengar.

"Kenapa? Lo masih nanya kenapa? LO ITU PERUSAK KEBAHAGIAAN ORANG, LO PEMBAWA SIAL, PEREBUT KASIH SAYANG LO ITU GAK LAYAK HIDUP" seru Alina mencengkram kuat rambut Anggia lalu mendorong gadis itu hingga terjatuh di hadapan Argan.

Diary Anggia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang