Bagian 18

5.7K 402 93
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca ✨

Happy Reading ❤️

Hari Minggu ini Anggia memilih olahraga di halaman rumahnya, ingin lari pagi di daerah komplek rasanya enggan.

Anggia mengikat rambutnya menjadi satu ia memperhatikan penampilan, ia memilih menggunakan pakaian seperti ini.

Toh ia juga sudah terbiasa jika ingin olahraga dirumah, di rasa sudah selesai ia mengambil ponsel dan airpod nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Toh ia juga sudah terbiasa jika ingin olahraga dirumah, di rasa sudah selesai ia mengambil ponsel dan airpod nya.

Ceklek

Anggia keluar dari kamarnya menuju kebawah, disana sudah ada Alina dan Argan.

"Pagi" sapa Anggia namun tak melihat keduanya ia hanya melanjutkan langkahnya menuju halaman belakang.

Diantara dua remaja ini, salah satunya mengepalkan tangan tak terima dengan hal tadi.

"Kak, tangan Kakak uratnya muncul kenapa?" tanya Alina menyentuh tangan Argan.

"Gapapa, udah sarapannya? Jadi hari ini main ke rumah Citra?" tanya Argan, Citra adalah teman Alina yang paling akrab ketimbang yang lain.

"Iya jadi, Kakak hari ini keluar?" tanya Alina.

"Gak, Temen-temen Kakak yang kesini" ujar Argan meneguk segelas susu.

"Oh, yaudah aku mau ganti baju dulu" ujar Alina di angguki Argan.

Anggia tersenyum manis menyambut pagi  yang cerah ini.

"Inget, mulai sekarang apapun yang lo lakuin selama jadi babu, Lo harus laporan sana gue" Anggia menoleh kebelakang ternyata Argan disana, pemuda itu tak menatap Anggia tapi menatap kolam renang, tangannya di masukan ke saku jeans selutut nya.

"Iya Kak, nanti aku lapor" ujar Anggia lalu memasangkan airpod ke telinganya dan mencari sinar matahari ia akan melakukan pemanasan disitu. Sedangkan Argan kembali ke kamarnya.

*
*
*

Anggia sudah menghabiskan waktu hampir satu jam pemasangan dan olahraga lainnya,

Anggia berjalan ke dapur untuk mengambil minum dan kembali lagi ke halaman belakang, Anggia duduk di tepi kolam hanya bisa bermain dengan kakinya, Anggia tak bisa berenang seperti kedua Kakaknya yang jago.

Ia merasakan panggilan masuk dari ponselnya, senyum tipis namun gugup terpancar di wajahnya, ternyata Kak Diaz.

Pemuda itu menelpon, Anggia harus bilang apa? Karena kemarin langsung mematikan panggilan video Diaz. Lebih baik ia mengangkat panggilannya saja dan akan cari alasan.

Diary Anggia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang