Bagian 53

4K 265 17
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca ✨



Happy Reading ❤️



Argan menunggu kedatangan Anggia di rumah, gadis itu belum datang di saat ia ingin mengeluarkan ponselnya pintu rumah terbuka dan menampilkan sosok yang di tunggunya.

"Ass-

"KENAPA LO DIEM AJA?!" sentak Argan tiba-tiba membuat Anggia terkejut.

"D-diem apa Kak?" tanya Anggia pelan justru membuat Argan tambah murka.

"KENAPA LO DIEM DI SAAT BAJINGAN ITU NYAKITIN LO?! KENAPA LO GAK BILANG GUA ANGGIA?!" seru Argan, Anggia tercengang dan jantung yang berdetak cepat. Dari mana Argan tau?.

"K-kak Arg

"Masuk, gue yang bakal bunuh bajingan itu" ujar Argan penuh penekanan. Anggia ingin kembali berbicara namun tatapan tajam Argan sangat mengintimidasi nya membuatnya ciut dan pergi ke kamarnya.

"Diaz, gue yang bakal nyabut nyawa lo hari in-

"Diaz gitu karena dia terlalu cinta sama Anggia" Argan menoleh ke asal suara ternyata itu Elzan dia ada di balik pintu.

"Gak usah ikut campur urusan gue!" Sarkas Argan.

"Diaz cinta sama Anggia, dia rela nahan sesuatu dalam dirinya yang gak mau sampai Anggia tau. Diaz gak sejahat dan gak selicik yang lo kira, dia begitu karena keadaan yang memaksa" Argan menetralkan emosinya ia tetap menunggu ucapan Elzan selanjutnya.

Elzan menjelaskan semuanya, sedangkan Argan menyimak dengan setiap tutur kata yang Elzan sampaikan, emosinya mendadak redup mengetahui kebenaran yang di sampaikan Elzan.

"K-kak Diaz.....sakit?" lirih Anggia yang ternyata mendengarkan kedua pemuda itu berbicara.

"Hiks, Kak Diaz cinta Anggia? T-tapi Anggia pikir Kak Diaz jahat" Anggia terduduk lemas di depan kamarnya, hatinya seperti di remas kuat. Kenapa Diaz tidak jujur padanya? Kenapa Diaz menyimpan sakitnya sendiri?.

Anggia memegangi dadanya dengan isakan yang semakin keras sedangkan satu tangannya ia gunakan untuk menutup mulut agar Argan dan Elzan tidak mendengar nya.

"Gia" Elzan terkejut mendapati Anggia terduduk di bawah dengan menangis.

"Lo ken-

"Kenapa? Kenapa Kakak gak bilang" lirih Anggia menatap Elzan dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.

"Gia, gue cuma gak mau ingkarin janji gue sama Diaz tadinya, gue terpaksa bilang karena Argan mau ngehajar Diaz" ujar Elzan ia duduk di sebelah Anggia membawa gadis itu kedelapannya.

"Diaz selama ini butuh lo GI, butuh cintanya ada di dekat dia, butuh penyemangat hidup, bukan cuma obat Gi" Anggia semakin terisak sakit membayangkan itu semua.

"Kak, Kakak sayang aku?" tanya Anggia dengan sesegukan, Elzan membalas dengan anggukan dan Anggia bisa merasakan itu.

"Ayo kita temuin Kak Diaz, jangan larang aku ketemu Kak Diaz sekarang. Aku mohon aku mau liat Kak Diaz" ujar Anggia, Elzan melihat jam melingkar sepertinya masih ada waktu untuk jenguk pasien.

"Pake jaket gue" Anggia mengangguk dengan Elzan yang memakaikan jaket untuk Anggia.

Anggia dan Elzan menuruni tangga terlihat ada Argan yang menatap keduanya, Anggia menunduk membuat Argan merasa bersalah karena tadi sempat membentak Anggia.

"Anggia" panggil Argan dengan lembut. Anggia mendongak melihat Argan merentangkan tangannya, Anggia berlari memeluk Argan.

"Maaf gue kelepasan bentak lo" ujar Argan mengusap bahu Anggia sayang.

"Mau ke rumah sakit kan? Sana gih berangkat nanti kemalaman" Anggia mengangguk dengan Argan mengusap sisa air mata di pipi Anggia.

"Jangan ngebut bawa kendaraannya" Elzan mengangguk.





#####


Elzan mengandeng tangan Anggia memasuki koridor rumah sakit.

Kak Diaz, maaf baru bisa kesini sekarang

Anggia menatap sekeliling rumah sakit, jadi selama ini Diaz bolak-balik kesini?.

"Maaf Mas, jam besuknya udah lewat 10 menit yang lalu, jadi besok lagi baru bisa di besuk" jelas suster yang baru keluar dari ruangan Diaz. Anggia menatap lesu raungan di depannya.

"Sini" Elzan membawa Diaz ke kaca yang transparan dimana ia bisa melihat Diaz didalam tengah apa.

"I-itu Kak Diaz?" tanya Anggia menatap tak percaya di depannya, Diaz semakin kurus bahkan rahangnya terlihat jelas, terlihat lingkaran hitam di bawah mata Diaz.

"Iya itu Diaz, makin cakep kan?" tanya Elzan, Anggia tak membalas ucapannya memilih mengamati perubahan di tubuh Diaz.

"Yas, gue bawa Gia, lo gak mau liat? Gua disini Yas mau nemuin lo" Anggia mengangguk ucapan Elzan ia mengigit bibir bawahnya.

"Lo tau? Dia lagi gak parah, kalo rasa sakitnya dia rasain lebih sakit biasanya bakal di bantu sama alat-alat itu" Elzan menunjuk alat alat yang ada di dalam sana, Anggia mengangguk mengerti.

"Besok Diaz ulang tahun, dia minta dia bisa ada di Markas Varioz untuk ngerayain bareng anak-anak" Anggia memejamkan matanya, sangat sederhana keinginan Diaz itu.

"Mau bantu ikut nyiapin semuanya?" Anggia mengangguk cepat membuat Elzan tersenyum.

"Mau peluk Kak Diaz" ujar Anggia menaruh tangannya di kaca, ia mengusap wajah Diaz dari kaca.

"Aku kangen pelukan hangat Kak Diaz, aku kangen suara lembut Kak Diaz, aku kangen ada di deket Kak Diaz, aku kangen segalanya tentang Kak Diaz" sambungnya ingin sekali ia memeluk seseorang yang berada di dalam dengan tak berdaya nya.

"Udah cukup, besok kita bakal sibuk jadi sekarang pulang yuk, istirahat" ujar Elzan, Anggia mengangguk padahal ia masih ingin memandangi Diaz.

"Yas, gue sama Gia balik ya? Gue bakal wujudin permintaan lo kemarin, gue bakal bikin Markas jadi istana buat lo besok" Elzan tersenyum tipis dan kembali mengandeng Anggia untuk keluar dari rumah sakit.

Di dalam sana Diaz membuka matanya entah mengapa ia merasa sudut matanya basah apa ia menangis? Apa yang membuatnya menangis?. Diaz menoleh ke kaca transparan itu cukup lama.

"Anggia, apa lo tau gue kangen sama lo?" lirihnya, Diaz mengambil hasil lukisan saat ditaman lukisan yang wajah Anggia yang tengah tersenyum, melihat lukisan itu Diaz merasa hangat bahkan ia ikut tersenyum.

"Cantik, Nggia gue mau liat lo senyum gini meski untuk terakhir kalinya" Diaz mengusap wajah Anggia dengan lembut.

"Maaf, kalo selama di deket gue, lo gak ngerasain bahagia" lirih Diaz.

Diaz memejamkan matanya merasakan sakit di perutnya semakin menjadi.

"Ya Allah, terimakasih karena udah kasih Diaz kesempatan untuk bertahan sampai detik ini, tapi....tolong bantu Diaz kembali bertahan seenggaknya sampai besok, sampai Diaz bisa lihat orang orang yang Diaz sayang ada di sekitar Diaz" gumam Diaz menatap langit malam dari jendela rumah sakit.
































See u part ❤️

Diary Anggia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang