Bagian 13

5.3K 369 7
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca ✨

Happy Reading ❤️

Anggia merenggangkan otot-ototnya, rasanya seluruh tubuhnya sangat sakit di tambah ia tidur sampai pagi di lantai.

"Akhh" ia mengusap jidat dan pipinya serasa berdenyut.

Drtttttttt

Ponsel Anggia berbunyi ia mencari asal suara dan ternyata ponselnya ada di dalam tas, Ternyata itu panggilan dari Opa nya.

"Assalamualaikum, Opa" ujar Anggia.

"Waalaikumsalam, Anggia Opa ingin memberitahu jika bulan ini dan bulan esok Opa tak bisa datang ke Indonesia"

"Loh, kenapa Opa? Aku akan sangat merindukanmu" ujar Anggia dengan nada terdengar sedih.

"Disini perusahaan Opa sangat berkembang pesat. Kamu tau sendiri Opa tak punya anak Anggia selain cucu. Jika Opa meminta Argan datang kemari bagaimana Kamu dan Alina disana? Jika bertukar Opa atau Oma yang di sana akan berbeda lagi Anggia"

Anggia menghela nafas panjang, Opa nya benar tapi haruskah selama itu?.

"Anggia, jika kamu sangat merindukan kami Kamu bisa kesini dan orang kami yang akan menjemput mu"

Anggia tersenyum samar, mendengar sahutan Omanya.

"Baiklah tidak apa Oma, Opa. Kalian jangan terlalu larut di dunia kerja, Doa kan aku agar cepat lulus dan bisa membantu kalian" Anggia menggigit jempol nya.

"Iya sayang, mm bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja bukan? Argan dan Alina merawatmu dengan baik? Atau sebaliknya?"

"Mereka begitu baik merawatku, mereka sangat menyayangiku dan selalu melindungiku" Anggia memejamkan matanya sakit rasanya berbohong pada Omanya.

"Syukurlah, yasudah kau pasti belum mandi? Mandi lah dan sarapan. Ini Sabtu kau bisa bersenang-senang dengan Kakakmu"

*
*
*

Setelah mandi dan sudah berpakaian santai Anggia menatap dirinya di cermin. Wajahnya terdapat beberapa goresan, ada bekas tancapan kuku di rahangnya lalu sobekan di sisi bibirnya dan luka memar di jidatnya.

Dengan menarik dan membuang nafas ia mengambil foundation mulai memoleskan pada wajahnya lebih tepat untuk menutupi luka-lukanya.

Setelah selesai ia keluar dari kamar ingin membuat sarapan namun saat ia menutup kembali pintu kamarnya, pandangannya bertemu dengan Argan si pemilik tatapan tajam yang begitu menusuk dan mematikan.

"Pagi Kak" sapa Anggia lalu melanjutkan langkahnya menuruni tangga, Meninggalkan Argan yang terus menyoroti gerak-geriknya.

"Pagi Kak" sapa Alina yang baru keluar juga dari kamarnya.

"Pagi" balas Argan dengan senyum lembut ia meminta Alina mendekat dan mengecup kening Alina. Di bawah sana ada Anggia bisa melihat jelas seorang Argan begitu menyayangi adiknya yang bernama Alina yang menurutnya hanya Alina lah yang berstatus Adik. Dan dirinya bukanlah siapa-siapa hanya gadis yang di lahirkan tanpa tahu apa tujuannya bertahan hidup di antara kebencian sang Kakak.

Diary Anggia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang