Bagian 47

3.7K 280 30
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca ✨

Happy Reading ❤️

Hari ini adalah hari ulangtahun sekolah yang Anggia tempati, SMA LAMBORIS yang ke-32 tahun. Kini Anggia berada di kelasnya mempersiapkan kembali penampilan yang akan ia bawakan di atas panggung untuk mewakili kelasnya.

"Nggi, semangat ya? Gila gue gak sabar denger lo nyanyi di atas panggung" ujar Fera.

"Jangan gugup" ujar Monika.

"Iya Nggi, santai aja bawain lagunya" sahut Rita.

"Btw, kelas 10 dulu kan? Urut, bener gak?" tanya Fero.

"Iya bener" ujar Anggia.

Anggia merasakan ponselnya berbunyi, dengan cepat ia membuka notifikasi ternyata dari Elsa.

Gw ada di rftp.
Ksni, gpl.

Anggia tak membalas pesan Elzan barusan, tapi ia akan kesana menyusul Kakak kelas menyebalkan nya itu.

"Aku ke depan dulu ya?" izin Anggia.

"Sok, Nggi...gitarnya disini aja, biar gue yang bawa" ujar Rama, Anggia mengangguk dan tidak lupa berterimakasih.

Anggia menyusuri koridor, senyuman mendadak luntur kala ia berpapasan dengan Diaz pemuda yang sudah seminggu lamanya tak ia lihat kehadirannya di sekolah.

Keduanya saling menatap, namun tatapan Diaz terlihat datar pada Anggia sedangkan Anggia dengan cepat melanjutkan langkahnya agar cepat menemui Elzan.

Elzan tengah menunggu Anggia, dan tak lama pintu rooftop terbuka menampilkan sosok gadis yang di tunggunya.

*
*
*

Ternyata Elzan hanya menyuruh Anggia duduk di sampingnya, menyuruh gadis itu berlatih lagi dan memberitahu jika Anggia tak boleh gugup jika maju nanti.

"Kak Ezan kok santai aja?" tanya Anggia.

"Gue harus heboh gitu?" ujar Elzan.

"Bukan gitu, kan Kakak juga maj-

"Bukan gue, tapi Diaz" ujar Elzan memotong ucapan Anggia.

"Kenapa gak Kak Ezan? Suara Kakak bagus" ujar Anggia menyayangkan sekali jika Elzan dan bernyanyi.

"Gue? Suara gue B aja, gak bagus....kenapa kalo Diaz yang nyanyi?" tanya Elzan.

"Gapapa, padahal aku suka Kak....maksud aku suara Kak Ezan" ujar Anggia, Elzan berdehem mengacak pelan rambut Anggia.

"Kak, kebiasaan banget deh" sungut Anggia.

"Sorry" Elzan kembali merapihkan rambut Anggia.

Keduanya memperhatikan keadaan di lapangan cukup riuh namun masih pertunjukan menari modern, belum musik makanya Anggia sedikit bersantai.

"Tipe pacar lo gimana?" tanya Elzan tiba-tiba.

"Gak ribet, jujur, ngutamain bukti ketimbang janji, yang penting juga Suka aku apa adanya hehe itu sih" Anggia menjawab itu ya memang tipe impiannya, hanya saja ada beberapa yang di ganti, perhatian lebih dan kasih sayang berlebihan juga karena benar yang katanya berlebihan itu resiko nya juga sama seperti yang ia alami sakitnya berlebihan.

Diary Anggia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang