Anggia Amora

19.2K 735 11
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca✨

Happy Reading❤

Gadis cantik tengah duduk di kursi gantung yang ada di halaman rumahnya hanya di temani kucing kesayangannya.

"Kelly, aku sangat bosan" gumamnya mengusap bulu kucingnya.

"Aku ingin pergi ke sekolah seperti kakak-kakakku" gumamnya lagi, dari dulu ia selalu ingin bersekolah namun sang kakak selalu saja melarangnya dengan menyuruh dirinya sekolah di rumah, selama 16th gadis ini tak pernah merasakan kehidupan selayaknya anak remaja lainnya ia hanya akan keluar jika merasa bosan itu juga hanya di antar jemput supir, padahal ia ingin sekali kakaknya mengajaknya jalan-jalan meski hanya sekali saja tapi sayang itu hanya mimpi yang tak akan pernah terwujudkan.

"Non" panggil bi Marni asisten rumah tangga di rumahnya wanita paruh baya yang ia anggap sebagai ibunya. 

"Iya kenapa Bi?" tanyanyamenoleh dengan tersenyum.

"Mis. Layla sudah datang" gadis ini mengangguk, ini sudah jam nya ia belajar dengan guru private nya.

"Aku kesana" Bi Marni mengangguk meninggalkan Nonanya.

"Kelly, mari temani aku belajar" ujar Anggia, iya dia adalah Anggia Amora gadis cantik yang sangat baik hati selalu bertutur sopan dan berbicara dengan kelembutan. Anggia tak pernah mengerti kenapa kedua kakaknya membencinya selalu mengasari dan berkata dengan kata pedas, Anggia cukup sadar ketika kakaknya mengatainya pembawa sial karena Ibunda meninggal saat melahirkannya namun bukan hanya kedua kakaknya yang kehilangan Anggia pun sama bahkan Anggia belum sempat bertemu dengan Ibundanya belum sempat berterima kasih karena telah melahirkannya ke Dunia ini.

"Selamat siang Anggia" sapa Mis. Layla tersenyum manis pada Anggia.

"Siang Mis" balas Anggia.

"Hari ini kita belajar Bahasa jepang" ujar Mis. Layla ia mengeluarkan buku cetaknya.

"Mis, aku ingin bertanya" Mis. Layla menatap Anggia bertanya.

"Apa kau mengejar di sekolah?" tanya Anggia di balas anggukan.

"Bagaimana lingkungan sekolah? Apakah menyenangkan?" tanya Anggia dengan antusias.

"Menurutku sangat menyenangkan, karena selain mendapatkan banyak teman kita juga banyak belajar ten-

"Belajar bukan mengobrol" ucapan Mis. Layla terpotong saat suara berat yang tak lain adalah Argan Amora kakak laki-laki Anggia yang berusia 19 tahun tapi duduk di kelas 12 SMA. Dia dingin,acuh dan kasar dia juga bisa lembut dan jangan lupakan dia sangat menyayangi adik perempuannya namun itu bukan Anggia.

"Banyak tingkah" ujar Alina Amora kakak Anggia yang berusia 17 tahun duduk di kelas 11 SMA. Dia yang paling tak suka dengan kehadiran Anggia dan Alina adalah adik kesayangan Argan yang selalu Argan temani kemanapun Alina ingin pergi.

"Kak Argan, aku ingin sekolah bisakah? Aku sangat in-

"Maaf jika ini kurang mengenakan, Mis bisa pergi sekarang" ujar Alina dengan sopan.

"Tapi aku belum mul-

"Tak apa, Mis bilang saja pada Oma jika dia sudah ikut belajar hari ini lagian Oma akan kesini" ujar Argan menatap tajam Anggia yang menunduk takut. Anggia sebenarnya di perbolehkan sekolah oleh Omanya namun Argan dan Alina punya banyak cara agar Anggia bersekolah dirumah saja dengan alasan Anggia tak boleh kelelahan padahal itu hanya alibi agar Argan dan Alina tidak satu sekolah dengan Anggia, cukup di rumah saja Argan dan Alina muak melihat Anggia mereka tak mau jika di sekolah juga.

"Baiklah, Anggia aku pamit" ujar Mis. Layla ia tau jika Anggia sangat ingin bersekolah di sekolah sungguhan namun entahlah ia juga tak berhak ikut campur selain mengajari Anggia karena ia di tuntut oleh Oma ketiga remaja ini untuk mengajarkan Anggia beberapa pelajaran.

Setelah melihat Mis. Layla pergi Argan dengan cepat menarik tangan Anggia dengan kasar menuju kamarnya.

"GAK USAH BANYAK TINGKAH BISA?" sentak Argan dengan menatap Anggia nyalang, Anggia menunduk memejamkan matanya sudah bisa ia mendapat bentakan seperti ini.

"Nyusahin banget lo jadi orang, masih sukur lo bisa belajar meski di rumah" sarkas Alina.

"Kakak, maaf aku hanya bertanya" ujar Anggia pelan.

"Itu pertanyaan membosankan gadis bodoh" ujar Argan mendorong Anggia hingga membentur tembok.

"Apa ada orang? Oma datang" Alina menarik tangan Anggia.

"Kalo lo ngomong macem-macem ke Oma gue bakal ngasih pelajaran lebih lagi" ujar Alina menjambak rambut Anggia.

"Sana turun" ujar Argan dengan malas, Anggia tersenyum mengangguk.

"Iya Oma, aku turun" ujar Anggia menuruni tangga terlihat Oma dan Opa nya duduk di sofa.

"Kata Mis. Layla pelajaran hari ini selesai lebih cepat?" tanya Oma.

"Iy-

"Argan gak tega liat Anggia keliatan capek Oma, jadi Argan nyuruh selesai cepat" ujar Argan mengacak pelan rambut Anggia, Anggia menghela nafas ia senang kakaknya seperti ini meski jika di depan Oma dan Opa nya saja.
Anggia di besarkan oleh Oma dan Opanya dirumah ini namun tak lama karena saat usia Anggia 6 thun Oma dan Opa nya menjalani bisnis di luar negri dan menetap disana, mengharuskan Anggia di jaga oleh Bi Marni karena saat itu Adnan putranya, Papa dari ketiga cucunya tengah sakit-sakitan.

"Good Boy" ujar Opa menepuk bahu Argan.

"Opa apa kalian lama disini?" tanya Alina.

"Tidak, besok lusa juga kita pulang" ujar Opa merangkul Alina. Ketiga remaja ini adalah cucu dari keluarga terpandang semua kebutuhan dan kemauan selalu di wujudkan dengan cepat namun hanya satu yang kurang yaitu kasih sayang kedua orang tua, Ayahnya meninggal saat Argan berusia 10th Alina 8th dan Anggia 7th beliau meninggal karena serangan jantung.

"Oma, aku sangat ingin bersekolah" cicit Anggia, membuat Argan dan Alina menahan geram.

"Apa bosan sekolah dirumah?" tanya Opa di angguki Anggia.

"Apa ingin bersekolah dengan kak-

"Tidak, aku ingin masuk sekolah lain" potong Anggia dengan cepat.

"Kenapa tidak mau masuk di sekolah yang sama dengan kakak?" tanya Oma.

"Aku hanya tidak ingin, aku ingin di sekolah yang berbeda" ujar Anggia. Argan dan Alina sangat geram dengan Anggia.

"Baiklah, Opa akan menyekolahkan kamu besok di sekolah teman Opa" ujar Opa membuat Anggia senang bukan main.

"Makasih Opa kau terbaik, Oma juga" Anggia memeluk keduanya.

"Lihatlah gadis bodoh yang menyebalkan" gumam Alina pada Argan.

"Dia ingin bermain mungkin" balas Argan dengan tatapan benci tak pernah luntur untuk Anggia.

"Argan, Alina kalian harus menjaga adik kalian dengan sayang. Anggia masuklah ke kamar, istirahatlah" ujar Oma.

"Baiklah, Kelly ayo ke kamarku" ujar Anggia dengan patuh kucingnya mengikuti langkah Anggia.

"Meski tidak satu sekolah, kalian harus berangkat bersama" ujar Opa.

"Tidak masalah Opa, mungkin sudah waktunya juga Anggia menikmati masa remajanya" ujar Argan dengan senyum malas jika mengucapkan nama Anggia.

"Dia pasti sangat bosan sekolah dirumah, kasihan sekali adikku itu" sahut Alina.

"Kalian anak-anak yang baik" ujar Oma mengusap kedua kepala cucunya ini, Oma memang terlihat lebih menyayangi Anggia karena memang Anggia saat itu butuh sosok seorang ibu.



















TBC❤

Diary Anggia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang