Bagian 36

3.6K 285 100
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca✨

Happy Reading❤

Anggia di izinkan pergi kesekolah dan kini mereka tengah sarapan.

"Nanti malam ingat, kita akan makan malam dengan keluarga sahabat Opa, jadi kalian harus ikut" ujar Opa.

"Iya Opa" jawab ketiga cucunya dengan serempak.

"Yaudah, Argan, Alina sama Anggia pamit" ujar Argan menyalimi tangan kedua paruh baya ini.

"Hati-hati mengendarai mobilnya" Argan mengangguk saja.

Mobil Argan sudah jauh dari rumahnya, saat ingin belok ke arah kanan tiba-tiba ada yang menghadang.

CITTT.

"Bangsat" umpat Argan, ia menoleh ke samping melihat Alina tak terluka dan kebelakang memastikan Anggia juga tidak terluka.

"Elzan sialan" umpat Alina, pemuda itu adalah Elzan yang menghadang mobil Argan.

"Cari mati lo?" sarkas Argan keluar dari mobilnya.

"Cari Gia lebih berpahala" ujar Elzan menyingkirkan Argan agar ia bisa membuka pintu belakang.

"Heh Anjing" ujar Argan berani sekali Elzan ini.

"Gi, bareng gue aja" ujar Elzan setelah berhasil membuka pintu mobil belakang, terlihat ada Anggia.

"Gue peringatin sekali lagi, sebelum gue beneran bikin lo sek-

"Gue cuma mau ngajak adik lo berangkat bareng, bukan ngajak ribut" ujar Elzan dengan nada santai.

"Gia, mau ya berangkat bareng gue?" Anggia nampak menimang, namun saat Elzan menyodorkan sesuatu dari saku hoodienya membuat Anggia menelan ludah padahal ia baru di kasih lihat sekilas.

"Kak, aku berangkat bareng Kak Ezan aja" ujar Anggia ia keluar dari mobil.

"Tap-

"Aku mau sama Kak Ezan aja kak" Argan mendengus keras sebelum akhirnya mengangguk.

"Adek lo aman sama gue" ujar Elzan hanya dibalas tatapan datar dari Argan. Elzan memang datar tapi Argan lebih dan Elzan memang dingin itu juga jika di bandingkan Argan maka Argan akan lebih dingin. Elzan mengeluarkan sifat datar dan dinginnya hanya untuk orang yang belum mengenalnya lebih jauh.

*
*
*

Anggia turun dari motor Elzan, Elzan melepas helmya ia turun dan memperhatikan leher Anggia beberapa bercak itu sudah memudar namun sedikit terlihat, Elzan membuang nafas panjang ia melepas sesuatu di lengannya.

"Loh kok dilepas? Keren tau kalo di-

"Pake" ujar Elzan menyerahkan syel yang ia ikat di lengannya.

"Pake? Ken-

Anggia menahan nafas saat Elzan menariknya dan membuatnya berjarak sangat dekat.

Elzan dengan gerakan lambat mulai memasang syel kebanggaanya ke leher Anggia, ia bisa menghirup harum rambut Anggia yang begitu menenangkan.

"Nah, kan gak keliatan" ujar Elzan karena leher Anggia sudah tertutup, Anggia melihay itu tersenyum manis.

"Oh buat nutupin itu, mm makasi Kak" ujar Anggia mencoba biasa saja padahal tadi ia sulit bernafas.

"Hm, jangan dilepas" ujar Elzan, Anggia pun mengangguk.

"Kak...mana?" Anggia mengulurkan tangannya, Elzan berdehem ia akan sedikit membuat Anggia kesal.

Diary Anggia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang