Bagian 22

4.7K 390 70
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca ✨

Happy Reading ❤

Tiga minggu lebih sudah Anggia lewati menjadi budak seorang Elzan Ardinata.
Selama hari-hari itu juga yang Anggia lakukan hanyalah bersabar melewati.

Seperti hari ini, siang yang panas Anggia di suruh datang ke Markas Varioz.

"Kak Argan, aku mau ke Markas Varioz" ujar Anggia oada Argan yang tengah meminum apa itu Anggia tak tahu.

"Hm" Argan hanya berdehem untuk menanggapi Anggia.

"Asalamualaikum" pamit Anggia.

Argan menatap punggung Anggia semakin jauh, ia benci situasi ini dimana Anggia sudah jarang di rumah dan itu karena Elzan.

"Hanya satu minggu lagi" gumam Argan dengan seringainya.

Anggia ke Markas Varioz di antar Mang Aman.

"Disini aja Mang, makasih ya" ujar Anggia.

"Nanti kalo mau pulang, Neng telpon Mamang aja" Anggia pun mengangguk dan membiarkan mobil Mang Aman semakin menjauh.

Tin.

Anggia menoleh ia tersenyum itu motor Diaz.

"Mau kemana neng? Biar abang antar" Anggia tertawa kecil, Diaz berhenti lepas helm nya.

"Kok berhenti disini?" tanya Diaz.

"Iya Kak, aku takut Mang Aman tau Markas Varioz" Diaz tersenyum ia mengacak gemas rambut Anggia.

"Ayo naik" Anggia pun mengangguk dan naik ke motor Diaz.

"Kakak rapih banget, habis jalan sama cewek ya?" tanya Anggia.

"Bukan habis jalan ini mau jalan sama cewek" ujar Diaz.

Motor Diaz berhenti di depan Markas Varioz.

Diaz menyerengit saat semua Anggota Varioz menaiki motor suport milik masing2.

"Mau kem-

"Akmal di serang Oskar" Mata Diaz membola sebelum ia bicara Elzan lebih dulu bicara.

"Kita samperin" Elzan pun memimpin anggotanya.

Varioz kini mengendarai motor dengan kecepatan tinggi tak peduli dengan kendaraan lain.

"Kakak jangan ngebut" Anggia memeluk Diaz erat. Diaz mengumpat ia lupa jika ia membonceng Anggia.

"Maaf, tapi kali ini gue harus ngebut pegangan yang erat" Anggia mengangguk Diaz pun menyusul Elzan.

*
*
*

"Tunggu disini ya? Jangan kemana-mana" ujar Diaz.

"Kenapa lo bawa goblok" ujar Aris.

"Iya kenapa gak ditinggal di Markas" sahut Oldaf.

"Bukan waktunya ribut gak jelas" ujar Elzan menatap Anggia berdecih.

"Wih dateng juga akhirnya" Elzan dan yang lain melihat sosok lelaki berperawakan tinggi. Dia adalah ketua Oskar yang sudah lama di kurung dalam jeruji besi.

Rumbel memang musuh Varioz namun Oskar adalah musuh dari segala musuh Varioz lainnya.

"Ternyata bebas juga lo" ujar Diaz.

"Gue dateng dan bebas untuk balas kalian" ujarnya.

"Gue kira bakal kapok setelah pertarungan malam itu" ujar Elzan bersedekap dada.

Diary Anggia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang