Bagian 20

5.5K 406 46
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca ✨

Happy Reading ❤

Diaz tersenyum melihat Anggia sudah tidak lagi menangis namun ia tahu rasa takut masih Anggia rasakan.

"Takut bibirnya jelek ya?" Diaz memperhatikan Anggia yang tak berhenti bercermin menggunakan kamera ponsel dirinya.

"Aku takut, Kak Argan liat luka di bibir aku" Anggia menyerahkan ponsel milik Diaz.

"Gue yang jelasin ke Argan" ujar Diaz mengusap kepala Anggia.

"Jangan Kak, jangan" Anggia menggeleng ia tak akan biarkan Diaz bicara apapun takut karena bisa saja Argan menghajar Diaz saat itu juga meski ini bukan salah Diaz.

"Kenapa? Takut di marahin? Ada gue biarin gue jela-

"Kak, tolong jangan ikut campur masal-

"Maaf, gak bermaksud cuma mau bantu" Anggia mendongak tak seharusnya ia bicara seperti itu, Diaz masih menatapnya dengan senyuman membuat Anggia benar-benar salah tak seharusnya bicara seperti itu.

"Gak usah dipikirin" Diaz mengusap pipi Anggia, Anggia merasa hatinya menghangat dengan perlakuan Diaz.

"Maaf" Anggia dan Diaz menoleh ke asal suara ternyata Elzan dan di belakangnya ada Akmal. Ucapan itu keluar dari mulut Elzan yang kini berjalan mendekati Anggia.

Anggia mencengkram jari-jari Diaz yang ada di sebelahnya.

"Gue cuma minta maaf, terserah mau maafin atau gak" Elzan bersedekap dada memperhatikan gerak-gerik Anggia.

"Gue gak yak-

"Yakin atau pun gak, kata maaf udah keluar dari mulut gue" ujar Elzan dengan menatap Diaz malas.

"Gampang banget minta maaf, dikira kejadian barusan hal biasa apa" Akmal jengah dengan suara itu. Ke empatnya menoleh ke arah pintu benar ada Rama disana.

"Lo kira gue gak tau?" Rama mendekat ke arah Anggia dan berdiri di sebelah Diaz.

"Gue liat bang, lo gak seharusnya git-

"Kalo lo tau, kenapa gak lo hajar bangsat" Akmal merasa otak Rama ini hilang sejak lahir.

"Gue taunya telat bang, pas kalian udah bugh-bugh an" ujar Rama.

"Anggia jangan maafin bang Elzan, dia itu jahat sama lo" Elzan menatap Rama membuat Rama tak merasa takut.

"Aku udah maafin" ucapan Anggia membuat Elzan menatap gadis itu lekat lebih tepatnya bibir lecet gadis itu akibat ulahnya.

Elzan mengambil sesuatu dalam saku, lalu memberikan pada Anggia.

"Buat berobat" Anggia menatap lama beberapa lembar uang di tangan Elzan.

"Terima kasih sudah mau minta maaf, tapi uang ini gak seharusnya kamu keluarkan" ujar Anggia menatap Elzan dengan senyuman,ia berdiri mengambil tasnya.

"Aku gak tau masalah apa yang kakak hadapin, tapi tolong jangan jadikan orang lain sebagai pelampiasan belum tentu yang lain bisa dengan mudah memberi maaf" setelah itu Anggia benar-benar pergi.

"Gue balik susul Anggia" ujar Rama namun tangannya lebih dulu di cekal Elzan.

"Bilang, pulang sekolah gue tunggu di Markas Varioz" ujar Elzan, Rama menatap Elzan dengan berdecih lalu menghempas begitu saja.

Diary Anggia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang