Bagian 23

4.6K 377 135
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca ✨

Happy Reading ❤

Anggia tersenyum senang saat memasuki rumahnya, ia baru ingat jika esok adalah harj bahagia untuk Kakaknya dimana kakaknya akam bertambah usia.

"Sok cantik lo" Anggia tersentak mendengar suara Alina yang tiba-tiba.

"Kan yang cantik cuma Kakak" ujar Anggia mendekati Alina ingin membantu membawa beberapa paperbag.

"Bacot lo, bawa nih" Anggia mengangguk mengambil paperbag milik Alina.

"Bawa ke kamar gue" Anggia pun membawanya ke kamar Alina.

Ceklek

Anggia masuk kedalam kamar Alina, menaruh paperbag itu didekat nakas namun saat ia ingin berdiri lengannya menyenggol sesuatu membuat sesuatu itu terjatuh.

"Tripel A?" gumam Anggia membaca sampul buku kecil berwarna merah muda.

Tangan Anggia bergerak dengan sendirinya membuka buku itu, lembaran pertama membuatnya tersenyum manis.

Argan, Alina dan Anggia.

Namanya tercantum di buku ini, benarkah Anggia di tulisan ini adalah dirinya?. Anggia membuka asal lembaran lainnya ia melewat lembaran pertama dengan acak ia mulai membaca.

Untuk Kak Argan.

Argan Kakak gue, paling ganteng se Dunia. Gue sayang banget-banget sama dia.

Dia selalu ada dimana dan kapan pun gue butuh tanpa gue minta, Dia pahlawan gue.

Kak Argan juga sayang banget sama gue, dia selalu khawatir sama gue.

Anggia memejamkan matanya, boleh kah kali ini Anggia bilang jika ia iri? Sungguh ia ingin sekali berada di posisi Alina meski hanya seperkian detik.

Anggia.

Dia orang yang paling gue benci se Dunia, hadirnya dia adalah kesialan buat gue dan keluarga gue.

Gue benci nerima fakta kalo dia adik gue, jijik itu yang gue rasain saat deket dia.

Gue muak setiap hari liat dia ada di rumah ini, gue pengen cepet-cepet lulus sekolah dan pergi dari rumah ini, karena gue udah terlalu muak liat mukanya yang sok lugu itu.

Mata Anggia memanas, sebenci itu kah Alina padanya? Semenjijikan itu kah dirinya di mata Alina?.

"Heh, ngapain lo?" Anggia tegelonkak menaruh asal buku itu.

"Gak ngapa-ngapain" ujar Anggia keluar dari kamar Alina.

"Aneh" Alina menggedik bahunya acuh lalu menutup pintu kamar.

Sedangkan dikamar Anggia berada di kamar mandinya ia menatap dirinya di cermin memperhatikan dengan jelas wajahnya.

"Apa yang terlihat menjijikkan? Bisa kah aku ubah?" gumam Anggia dengan mata berkaca-kaca.

"Apa aku seburuk itu? Sampai Kak Alina sangat muak melihat ku?" Anggia menahan tangisnya, ia tak boleh menangis sudah cukup ia sangat lelah menangis seperti ini ia akan mencoba tidak menangis menerima semua cacian tentang penilaian dirinya dimata kedua kakaknya.

Diary Anggia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang