Haechan tersenyum cerah melihat sosok tampan yang tiga hari belakangan tidak ia lihat batang hidungnya, alpha yang baru saja bergabung dengan kawanan namun langsung ditugaskan menjaga perbatasan setelah matahari terbenam, bahkan sebelum ia mengucapkan selamat bergabung.
"Lucas Hyung!" Haechan memekik senang, ia buru-buru menyambut sang alpha yang terlihat membawa seekor domba kecil.
Lucas tersenyum melihat Haechan mulai berlari mendekatinya, ia tahu omega itu pasti dilanda bosan karena tidak bisa berkeliling hutan seperti biasanya.
"Kenapa di luar? Kau mau kabur ya?" Tanya Lucas.Haechan mendengus kesal, "aku hanya duduk di kursi teras, walau aku suka berkeliling, aku masih memiliki rasa takut pada appa."
"Hyung lihat kan, matanya hampir keluar saat marah."
Tawa pelan Lucas berikan sebagai respon, pemburu muda itu tidak lagi heran dengan kata-kata Haechan yang seenaknya. Lucas menyodorkan domba kecil yang sempat ia tangkap di perjalanan pulang pada Haechan, "sepertinya domba ini terpisah dari kawanan, mungkin kau bisa mengolahnya menjadi bakkwa."
Haechan menatap domba pemberian Lucas dengan sorot ragu, "menurut appa, aku tidak pandai mengurus rumah, jadi ku pikir masakan ku juga tidak cukup enak."
Alis Lucas menyatu bingung, "tapi masakan mu adalah makanan terbaik yang pernah aku makan selama ini."
"Hyung bisa berbicara seperti itu karena lebih sering memakan daging segar di perbatasan, kan."
"Karena aku lebih sering memakan daging segar, bukankah seharusnya aku tidak menyukai masakan mu? Seharusnya aku merasa aneh, tapi makanan yang diolah tangan mu lebih enak daripada eomma mu."
Mendengar pujian Lucas, mata indah Haechan kembali berbinar antusias. "Benarkah? Hyung tidak bohong kan?"
Lucas mengangguk cepat, "khusus untuk perkataan Johnny samchon yang menyinggung keahlian mu mengurus rumah dan membuat mantel, tidak perlu kau dengarkan."
"Terima kasih Hyung!"
"Oh aku lupa.."
Haechan mengernyit saat sadar salah satu tangan Lucas masih bersembunyi di balik punggung, ia bertanya-tanya apa yang dibawa alpha tampan itu, Haechan akan sangat kesal jika yang disodorkan padanya adalah tumpukan daun liar.
"Karena musim dingin akan segera tiba, tidak banyak bunga yang mekar di hutan, jadi aku hanya bisa membawa sedikit untuk mu." Kata Lucas sambil menyodorkan seikat bunga Lupin berwarna ungu.
"Lupin itu sebuah penghormatan. Bunga yang hidup sepanjang musim kecuali musim dingin, jadi bisa menemukannya saat musim dingin hampir tiba adalah keberuntungan." Lanjut Lucas.
"B-bunga.. untuk ku?"
Lucas menggaruk pelipisnya canggung, sebenarnya ia ingin membuang bunga itu saat tiba di pintu masuk pemukiman, malu rasanya membawa bunga disaat statusnya adalah seorang pemburu, tapi entah kenapa ia tetap membawanya walau harus menerima ejekkan dari para wolfie yang sedang bermain, ia hanya berpikir Haechan harus mendapat buah tangan.
"Maaf aku tidak bisa menemukan lavender-"
"Terima kasih, Hyung."
Senyum cantik terbentuk di bibir merah Haechan, memperlihatkan deretan gigi rapi dan lengkungan penuh makna, matanya berbinar indah dengan pipi kemarahan yang menggemaskan, melihat keceriaan Haechan membuat Lucas lupa dengan rasa lelah yang ia rasakan.
"Ayo masuk! Aku akan meletakkan bunganya di vas setelah itu aku akan memasak domba ini untuk Lucas Hyung."
"Dimana eomma mu?" Tanya Lucas saat kakinya mulai menapaki lantai rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ÎNTUNERIC
FanfictionJejaknya terpilih, tercetak jelas di tanah basah berhias tetesan darah yang menjadi tanda bahwa pekatnya kegelapan tidak akan mampu menelan kuasanya. Kuasa atas dirinya. NoRen - MarkMin - LuChan ABO MPREG Konten Dewasa 14 Maret 2021 -