Hening..
Pekatnya gelap masih terasa walau lentera masih menyala berjajar di dinding, tergantung rapi dengan api merah yang sama sekali tak bergoyang. Aroma berbagi tanaman obat tercium memenuhi ruangan, berpadu dengan anyir darah dan feromon lavender yang begitu samar. Sepasang jendela pun tertutup rapat, menghalau masuknya udara dingin juga menghambat pergantian udara, suhu hangat yang menyesakkan bagi siapapun di dalamnya, terutama bagi Lucas.
Mata bulat yang kini menyipit tajam itu terus menyorot ke arah tempat tidur, mengawasi tiap pergerakan sang ibu yang dengan tangan gemetar berusaha meminumkan sebotol darah milik Harpy yang sempat Mark berikan. Pemburu itu terus mengawasi, matanya bergulir memperhatikan ibu kandung sang omega karena hatinya digerogoti rasa khawatir, rasa takut akan rasa sakit yang mungkin akan kembali diterima sang belahan jiwa.
"Kau hampir melubangi punggung eomma mu, Lucas."
Sebuah suara berat menginterupsi kegiatan Lucas, membuyarkan atensi sang pemburu dari pengawasannya, hingga detik berikutnya alpha tampan itu menerima tepukan dan sebuah rangkulan di bahu tegap miliknya.
"Baba.."
"Hmm, maaf karena mama mu masih mengurus Renjun." Balasnya pelan.
"Tidak apa-apa, aku mengerti." Kata Lucas, ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi lalu melipat tangannya di depan dada.
"Jadi, bagaimana keadaan Haechan? Baba bertemu Appa mu di depan dan dia terlihat sangat kacau."
Lucas menghela napas, "Haechan belum membaik, tubuhnya dingin dan terus berkeringat.. tapi aku yakin dia akan baik-baik saja."
"Begini, Lucas. Kini Jeno adalah salah satu putra baba, jadi baba ingin meminta maaf atas kesalahannya, maaf telah melibatkan Haechan ke dalam masalah hingga ia terluka seperti ini." Lanjut Yuta tepat setelah ia menarik kursi untuk duduk di samping Lucas.
Lucas terdiam sejenak lalu menoleh ke arah sang ayah, "sedetik pun aku tidak pernah menyalahkan Jeno ataupun Mark."
Yuta mengatupkan bibirnya rapat sebelum menatap ke arah Haechan, "kenapa hubungan kalian begitu erat?"
"Hubungan kami bukan sekedar formalitas, baba. Masing-masing dari kami sudah berkorban banyak hal untuk satu sama lain dan kami saling mempercayai."
Lucas mengalihkan tatapannya dari sang ayah ke arah tempat tidur, memperhatikan wajah ayu milik sang belahan jiwa yang kini terlihat begitu menyedihkan.
"Dalam sebuah hubungan, kepercayaan adalah pondasi paling penting dan harus dibangun kokoh.""Dan sialnya pondasi kami bertiga dibangun terlalu kokoh." Lanjut Lucas diiringi dengusan keras.
"Hubungan yang cukup mengagumkan dan mengerikan di saat bersamaan, tapi baba akan mencoba untuk memahaminya."
"Baba tidak perlu memahami hubungan kami, karena apa? Karena baba sudah membangun pondasi itu dengan Appa, Taeyong samchon dan Jaehyun samchon. Kita tidak memiliki banyak perbedaan, tapi aku akui kalau cara kita menjalani hidup memang bertolak belakang."
"Baba, Appa, Jaehyun samchon akan mengikuti keputusan dan arahan dari Taeyong samchon dengan hati tenang penuh kepercayaan. Begitu juga kami.. aku dan Jeno mengikuti keputusan dan arahan Mark dengan kepercayaan juga ketenangan."
"Walau Mark bukan alpha yang mengatakan hal-hal baik, aku tetap mempercayainya, dan ya aku menghormati keputusan Jeno untuk mengurus Yesun tanpa campur tangan kawanan."
"Lucas.."
Sesaat Lucas mendengus pelan, "kalau dipikir-pikir, yang memulai ini semua juga kawanan, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ÎNTUNERIC
FanfictionJejaknya terpilih, tercetak jelas di tanah basah berhias tetesan darah yang menjadi tanda bahwa pekatnya kegelapan tidak akan mampu menelan kuasanya. Kuasa atas dirinya. NoRen - MarkMin - LuChan ABO MPREG Konten Dewasa 14 Maret 2021 -