05

16.5K 2.2K 1.4K
                                    

"Menurut mu, kemana Mark Hyung membawa Jaemin pergi?"

Renjun menghentikan kegiatannya membersihkan diri, ia menatap pantulan wajah cantiknya yang masih berhias bercak darah di permukaan air sungai.
"Aku tidak tahu.." Balas Renjun lalu kembali membersihkan bahu mulusnya.

"Kau mengetahui segalanya, Renjun. Tidak mungkin kau tidak tahu dimana Jaemin sekarang."

"Aku tidak mengetahui segalanya, Haechan. Buktinya aku tidak tahu kalau beberapa hari yang lalu kau mencari rempah bersama- siapa namanya?"

"Lucas Hyung."

"Ya, Lucas. Alpha pemburu itu, entah kenapa aku tidak bisa membacanya." Bisik Renjun pelan.

Haechan membulatkan matanya, "benarkah? Kau tidak bisa membacanya?"

"Ya."

"Jangan-jangan dia mate mu."

Gerakan Renjun terhenti, "kalau dia mate ku, apa salahnya? Tapi Haechan, selama ini ada orang-orang tertentu yang tidak bisa aku baca masa depannya,  orang tua ku, Mark Hyung, Ten imo dan sekarang Lucas Hyung."

Bibir Haechan terkatup rapat, kaki jenjangnya yang terendam di dalam air sungai bergerak pelan sebelum kembali memperhatikan Renjun yang masih menikmati aktivitas berendamnya.
"mungkin karena dia dari kawanan lain."

"Hmm mungkin saja iya."

Haechan mengusap kepala Renjun, membantu membersihkan darah di helaian lembut sang sahabat.
"Bagaimana hubungan mu dan Jeno? Aku melihat mu berbicara dengan alpha itu sore tadi."

"Dan aku juga melihat mu bertemu dengan Yesun sebelum kita kemari." Lanjut Haechan.

"Hubungan ku ya?"

Renjun terlihat berpikir, ia mendongak dan memperhatikan bulan biru yang bersinar terang tepat tengah malam.
"Seperti bintang di langit." Jawab Renjun.

Haechan ikut mendongak dan tidak menemukan satu pun bintang di langit malam, seolah titik-titik cahaya indah itu enggan menampakkan diri saat sang fenrir telah bangkit. Hati Haechan seperti dicubit saat sadar makna kata-kata Renjun.
"Tidak ada apapun.."

"Ya seperti itu."

"Apa maksud mu berkata seperti itu, omega?"

Haechan menoleh, menatap kegelapan di belakang mereka, omega itu terkejut saat aroma sandalwood mulai tercium indra penciumannya dan tak lama sosok bersurai gading keluar dari kegelapan.

"Jeno.." Desis Haechan.

Renjun tak bergeming, memilih melanjutkan aktivitasnya membersihkan diri, tidak mempedulikan kehadiran seorang alpha disaat ia tidak mengenakan apapun di dalam air. Haechan menghela napas, omega itu benar-benar tidak menyukai suasana dimana Renjun dan Jeno bertemu.

Haechan mengangkat kakinya dari dalam air lalu berdiri menghadap si alpha bersurai gading. "Yak! Jeno, aku tahu kita berteman dekat, tapi apa kau pikir kau pantas datang kemari saat Renjun masih membersihkan diri? Kau bukan alphanya yang bisa datang seenak hati mu!" Kata Haechan.

"Cepat selesaikan mandi mu, Renjun." Kata Jeno tanpa mempedulikan Haechan.

"Kau tidak mencari Jaemin?" Balas Renjun, tidak ingin menanggapi kata-kata Jeno.

"Aku bilang cepat selesaikan mandi mu!" Bentak Jeno saat ia melihat Renjun sibuk menggosok kulit lembutnya yang terekspos.

Renjun menatap kosong kegelapan di seberang sungai lalu tersenyum kecil, "bagaimana cara ku menyelesaikan mandi jika ada alpha asing? Walau aku omega, aku memiliki harga diri yang cukup untuk menolak perintah mu, alpha."

ÎNTUNERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang