36

10.5K 1.1K 498
                                    

Tiga hari, perputaran waktu yang seolah berjalan begitu lambat, detik demi detik yang biasa terabaikan kini terasa nyata, kental disetiap perputarannya.
Udara terasa membeku, suhu kian rendah dari hari ke hari dan hanya tersisa waktu untuk menantikan salju pertama turun. Walau udara membuat siapa saja menggertakkan gigi, namun hawa panas terasa menyengat saat pemimpin kawanan dan jajaran alpha petinggi berjalan membelah pemukiman menuju tempat penghakiman. Semua mata memperhatikan langkah para petinggi, jantung mereka berdebar seolah mereka akan ikut menerima hukuman.

'Ini bencana,  ini bencana..' suara-suara dari pikiran anggota kawanan yang mulutnya terkunci rapat dan  tubuhnya meremang khawatir.

Tiga hari, waktu yang berjalan begitu lambat dan menyesakkan namun juga terasa begitu cepat, huru-hara pro dan kontra terus berdengung di penjuru kawanan, tidak ada yang bisa dipercaya, bahkan para alpha petinggi. Keputusan yang ditunggu banyak pihak, yang dipertanyakan keadilan dan kebenarannya oleh ratusan anggota kawanan.

"Menurut mu dia akan selamat?"

"Aku tidak tahu, apa dia mendapat hukuman mati?"

"Tindakannya memang gegabah, tapi kawanan kita memang sudah kacau sejak lama, sejak kita berurusan dengan Mars."

"Mereka memang kawanan sial, bahkan namanya pun membawa masalah."

"Kau harus mengerti, kawanan sial itu tidak akan mengganggu kita dalam waktu yang lama jika para petinggi dan tetua tidak berniat memanfaatkan situasi. Ada sebab dan akibat, sekarang kita sedang menuai akibatnya." Katanya dengan suara mengecil di akhir kalimat.

"Tapi si fenrir itu harus mendapatkan pelajaran, paling tidak sekali seumur hidupnya."

"Seharusnya si pemangsa sombong itu juga mendapat hukuman, kan? Dia membuat perjanjian darah dengan betina iblis itu, selain para petinggi dia juga salah satu penyebabnya."

"Aku rasa kehilangan calon wolfie sudah sangat cukup untuk menampar wajah congkaknya."

Bisik-bisik terdengar jelas, mengabaikan lirikan tajam orang-orang yang mereka gunjingkan dan terus berbicara seolah lupa akan fakta bahwa pendengaran mereka begitu tajam.

Langkah kaki yang kian ramai memenuhi jalanan pemukiman, bergerak searah mengikuti langkah sang pemimpin kawanan sambil bertanya dalam hati, hal mengerikan apa lagi yang harus kembali mereka lihat.

Mereka pikir perundingan tentang hukuman bagi sang fenrir akan berjalan alot dan memakan waktu yang lama mengingat ia adalah wolfie satu-satunya sang pemimpin kawanan, tapi ternyata tiga hari adalah waktu yang cukup untuk membuat keputusan di tengah kebimbangan dan pro kontra.

Berbeda dengan suasana pemukiman yang ramai akan huru-hara para anggota yang ingin menyaksikan penghakiman paling menegangkan sepanjang mereka hidup, sosok lain dengan mantel hijau zamrud disebuah rumah beraroma teh kini sibuk mengelap sebilah pedang tajam, satin yang sejak tadi digunakan kini tak lagi indah, mulai terkikis dan robek akibat gesekan kasar dan berulang.

"Sampai kapan kau akan mengelapnya?"

"Sampai aku yakin kalau pedang ini sudah cukup berkilau untuk dialiri lelehan darah."

Alpha pemburu yang sedang duduk di sebuah kursi rotan itu mendengus kasar saat mendengar jawaban sang adik.
"Ayah mu yang akan memotongnya, bukan kau."

"Lalu, aku akan balas memotong tangannya."

Pemburu itu mendelik, "Jeno, dia ayah mu!"

Alpha tampan bermantel zamrud itu mendengus pelan lalu memasukkan pedangnya ke dalam sarung pedang berbahan mahoni dengan lapisan kulit buaya.
"Kau punya rencana?" Tanya Jeno pada sang kakak ipar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ÎNTUNERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang