Darah menetes, bercampur dengan dinginnya air hujan dan kotornya tanah basah hutan. Aroma anyir tercium samar di pekatnya kegelapan malam, langkah kaki-kaki berkuku tajam meninggalkan jejak rapi khas seekor serigala.
Bulu hitamnya terlihat berkilau diterpa cahaya rembulan berwarna kebiruan yang menyorot samar di celah-celah pepohonan tinggi berdaun rimbun, seolah tak terganggu awan gelap.Geraman terdengar samar saat sepasang mata tajam berwarna kuning itu melihat sekelebat pergerakan dari balik pohon pinus raksasa di depannya.
"Ayah mu mencari."
Geraman serigala itu terdengar semakin jelas, tidak ada tanda-tanda kalau serigala berbulu hitam pekat itu menyukai kehadiran sesosok manusia berambut putih tulang.
Sosok manusia itu mendengus pelan, "cepat kembali karena aku harus mengunjungi mate ku."
Serigala hitam itu meletakkan rusa yang digigitnya ke tanah basah lalu melangkah mendekati si sosok manusia, mata tajam mereka yang berbeda warna beradu tatap, saling melempar sorot tidak ramah sebelum serigala berbulu hitam itu merubah wujudnya ke bentuk manusia.
"Jangan mengatur ku, Lee Jeno."
Sosok berambut putih tulang itu tertawa saat namanya diucapkan dengan nada tak mengenakan. Jeno menatap sosok di depannya dengan sorot mencemooh lalu menepuk bahu si laki-laki tampan berambut hitam legam.
"Mark, kau terkutuk. Jangan banyak bertingkah jika kau tidak ingin dilenyapkan."
Laki-laki tampan yang sebelumnya berada dalam wujud serigala hitam itu tertawa mengejek, "binatang yang melawan takdir seperti mu tidak pantas menasehati ku."
Mark menyingkirkan tangan Jeno di bahunya lalu mengambil rusa gemuk yang berhasil ditangkapnya malam itu, mata Mark kembali menatap Jeno tajam sebelum sosok berstatus alpha itu mulai melangkah meninggalkan Jeno.
Jeno mendengus sebelum bibirnya terangkat naik membentuk sebuah senyum sinis, ia membalikkan tubuhnya lalu memperhatikan punggung tegap Mark, "pemilihan alpha pemimpin akan dimulai sebentar lagi."
"Kau mungkin akan gagal karena ibu mu mengalirkan darah fenrir ke dalam darah mu."
"Tidak ada omega yang mau menjadi mate alpha berdarah fenrir, artinya kau tidak akan mating." Kata Jeno.
Mark menggeram marah, ia berbalik dan langsung menerjang tubuh Jeno. Mereka berguling di tanah basah saat rintik hujan kembali membasahi permukaan bumi.
"Mate dan mating adalah sesuatu yang sakral dan pengkhianat takdir seperti mu tidak pantas menyebutnya."
"Sekali lagi kau mengatakan hal buruk tentang ibu ku, maka omega yang kau jadikan mate dengan menentang takdir akan menangisi kematian mu."
Mata Mark dan Jeno kembali bertemu, beradu tatapan tajam sebelum ada sosok lain yang datang menghampiri mereka. Sosok itu terlihat masih begitu tampan, tubuhnya terlihat kokoh dan bersahaja.
"Mark, pulanglah.. ayah mu sudah menunggu dan kau Jeno! Kau juga harus kembali."
Mark melepaskan cengkeramannya pada leher Jeno lalu mengedipkan mata untuk mengembalikan kesadaran manusianya.
"Terima kasih samchon dan tolong urus anak mu karena aku muak mendengar bualan dari mulutnya."Sosok itu tersenyum penuh pengertian, ia mengangguk pelan dan membiarkan Mark pergi dengan rusa besar di tangannya.
.........
"Darimana saja kau?!"
Mark melempar rusa buruannya ke depan sang ayah lalu duduk di depan perapian, alpha tampan bersurai segelap malam itu menghela napas berat, memijat kepalanya yang terasa pening memikirkan berbagai hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ÎNTUNERIC
Fiksi PenggemarJejaknya terpilih, tercetak jelas di tanah basah berhias tetesan darah yang menjadi tanda bahwa pekatnya kegelapan tidak akan mampu menelan kuasanya. Kuasa atas dirinya. NoRen - MarkMin - LuChan ABO MPREG Konten Dewasa 14 Maret 2021 -