33

9.6K 1.6K 632
                                    

Keramaian yang sejak pagi berpusat di sekitar meja batu upacara kini menghening, suasana ceria seketika berubah, atmosfer cerah yang menyelimuti tak lagi terasa membuat satu persatu alpha yang berjaga mulai beranjak dari duduknya dan menatap sekitar dengan tatapan waspada.
Angin berhembus samar, menggoyangkan api yang membakar puluhan obor, menghantar aroma sandalwood yang begitu pekat dan menyengat hingga mampu menelan habis aroma feromon puluhan alpha di sekitar meja batu.

Taeyong berdiri, menatap awas pada satu titik dan tak lama ia menuruni undakan batu tempat jajaran kursi para petinggi kawanan diletakkan.

"Samchon.." Hendery berbisik saat Taeyong berdiri tepat disisinya.

"Ssstt.."

Mata Taeyong semakin memicing tajam, ia tidak bisa merasakan feromon lain selain sandalwood, bahkan feromon Mark seolah tenggelam ditelan kegelapan lain.

"Aura membunuh ini seperti milik Mark di malam upacara Jaemin."

"Jeno.."

Taeyong menoleh ke arah Jaehyun yang kini ikut beranjak dari kursinya, ia memperhatikan alpha pemangsa itu lalu beralih menatap Mark yang ternyata telah melakukan shift menjadi sosok fenrir segelap malam.

Beberapa saat suasana begitu hening, seluruh mata menatap awas pada satu titik gelap hingga suara langkah kaki mulai terdengar semakin jelas, menghentak tanah dengan keempat kakinya yang dipenuhi amarah.
Taeyong, Jaehyun bahkan Yuta dan para tetua tertegun menatap sesosok serigala berwarna abu-abu keperakan berlari melewati mereka dengan wajah bengis, langkahnya terburu bahkan geraman marahnya terdengar jelas.

"Jeno.." Desis Jaehyun dan Yuta bersamaan, sempat tak mengenali alpha tampan itu.

Seluruh anggota kawanan mulai menahan napas saat sosok serigala alpha bertubuh besar itu masih terus berlari melewati mereka begitu saja, tak lama mata mereka kembali terbelalak saat sosok fenrir melompat turun dari undakan batu, menghantam belasan keranjang bunga kamelia lalu berlari mengejar sang serigala abu-abu.

"Apa yang terjadi.." Jaehyun berbisik, hampir tak mengenali sang putra yang kini tampak jauh berbeda.

"Rumputnya terbakar." Kata Hendery memecah keheningan.

Taeyong menoleh, menatap sepanjang jalan yang diinjak Jeno, rerumputan terlihat menghitam, dedaunan dan ranting kering pun ikut hangus seolah baru saja terkena jilatan api.

"Hendery.."

"Ya samchon?"

"Segera berkeliling pemukiman bersama beberapa teman mu, bawa seluruh anggota kawanan yang masih berada di rumah kemari, tanpa terkecuali bahkan wolfie kecil mu."

Hendery menatap Taeyong serius sebelum akhirnya mengangguk patuh, ia segera melakukan shift kemudian berlari bersama tiga orang temannya, sesaat alpha tampan itu bertanya-tanya kemana perginya Lucas di situasi genting seperti sekarang

"Jaehyun dan Yuta, pergilah menjemput Renjun lalu bawa dia kemari, siapapun yang bersamanya seret kemari." Lanjut Taeyong.

"Bahkan jika itu omega kalian!"

Taeyong berbalik, menatap sosok Jaemin yang duduk gelisah di kursi kayunya, "seseorang menyembunyikan sesuatu yang besar saat ini dan aku akan membuatnya buka suara."

Jaehyun menoleh, menatap omega kecilnya yang terlihat gelisah, wajah ayunya tertunduk dalam dengan jemari saling bertaut gugup.
"Sebagai ayahnya kau berhak membuat Jaemin menjelaskan semua yang terjadi." Balas Jaehyun.

Setelah berkata demikian Jaehyun dan Yuta segera melakukan shift, tanpa pikir panjang dua alpha berbeda jenis itu berlari meninggalkan pusat keramaian, menghentak keempat kaki mereka menuju rumah sang omega wisteria.

ÎNTUNERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang