32

9.6K 1.6K 911
                                    

Mendekati musim dingin, cuaca semakin tak menentu, hujan yang biasanya selalu mengguyur wilayah Uranus kini tak terlihat akan datang, mentari terus bersinar hangat sejak pagi menjemput, walaupun sinarnya tak mampu membuat para kaum manusia serigala menanggalkan mantel hangat yang melekat di tubuh mereka.

Suasana begitu tenang, damai dan nyaman seperti hari-hari biasanya, tak ada yang berbeda kecuali sedikit kesibukan di sekitar meja batu upacara, meja batu sakral yang telah menerima begitu banyak pengorbanan, saksi dari ribuan jiwa yang bersatu juga pembuktian sebuah tekad.

Gerhana bulan akan terjadi malam nanti, menjadi momen paling sakral setelah dua upacara lain yang dimiliki kawanan sebesar Uranus.

Ratusan bunga kamelia putih tengah disusun rapi, menghiasi setiap sudut tempat yang akan dijadikan lokasi perayaan, gerhana bulan total yang hanya terjadi seratus tahun sekali, perayaan yang begitu ditunggu dari generasi ke generasi bahkan para tetua pun berdebar tak sabar ingin menikmati kesunyian dan terpaan cahaya kemerahan dari bertemunya matahari dan bulan.

Satu hal lagi, persembahan..

Malam ini, berbarengan dengan sakralnya gerhana bulan, sebuah persembahan untuk seorang omega berharga akan diberikan oleh sosok alpha pemangsa muda  yang telah mengucap janji, kisah yang digunjingkan dari mulut ke mulut, desas-desus tentang persembahan istimewa ramai dibicarakan, semua bertanya hal macam apa yang diminta sang wisteria hingga dengan berani menolak persembahan hidup sebelumnya.

Hari ini Uranus penuh suka cita, riang dan tawa ditambah gemerincing lonceng dari kaki-kaki mungil para wolfie yang menari gembira.

"Jeno sudah mempersiapkan persembahannya?" Tanya Taeyong, menarik perhatian dari interaksi hangat kawanannya dan mulai membahas hal yang jauh lebih penting, walau mata tajamnya masih sibuk memperhatikan para alpha, omega dan beta yang berbaur mempersiapkan kebutuhan upacara.

Dua alpha dewasa yang dengan setia mengikuti langkah sang pemimpin saling melempar tatapan bertanya dan tak lama pemangsa bermantel semerah beetroot mulai membuka suara.

"Seharusnya dia sudah mendapatkan persembahan paling sempurna." Kata yang pemangsa dewasa.

"Jaehyun, kau yakin putra mu mampu menangkap bison hidup-hidup? Aku tahu dia salah satu alpha terkuat, bahkan mampu menelan kembali nyawanya yang sudah tersangkut di kerongkongan, tapi dia sendirian.. tanduk bison mungkin akan menusuknya."

Pemangsa bernama Jaehyun itu mengernyit bingung, ia menoleh dan menatap pemburu berambut sebahu di sebelahnya, "bison? Darimana kau tahu kalau Jeno akan memberikan bison untuk persembahan?"

"Renjun meminta bison sebagai persembahan."

Taeyong langsung menghentikan langkahnya, ia menatap meja batu upacara dengan sorot tak terbaca, "bison ya.. menarik."

"Aku tahu Jeno mampu dan lebih dari kuat untuk memburu bison, ya.. asal dia bisa menemukan kawanan bison di wilayah perburuan kita." Tambah Taeyong sebelum kembali melanjutkan langkah kakinya.

Jaehyun kembali menatap Yuta, matanya menyorot tajam kemudian ia mendengus pelan, "harga yang pantas untuk dibayar oleh Jeno."

Yuta terdiam, menatap dua sahabatnya yang telah melangkah pergi, entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang salah dalam permintaan Renjun. Sebagai ayah, Yuta tahu dan yakin bahwa perasaan omega kecilnya untuk Jeno lebih besar dari dunia yang sedang mereka pijak dan ia baru menyadari permintaan Renjun adalah suatu hal hampir mustahil karena bison tidak pernah ada di wilayah Uranus.







......








"Darimana kau?"

Jaemin membeku saat suara berat langsung menodongnya dengan sebuah pertanyaan. Omega itu menghela napas pelan kemudian menutup pintu rumahnya dengan raut wajah lelah, ia berbalik lalu menatap sang alpha yang sedang duduk bersila di depan perapian, matanya yang indah memperhatikan gerakan tangan alpha tampan yang sibuk memasukan kayu bakar ke dalam perapian walau jelas-jelas perapian itu telah terisi penuh.

ÎNTUNERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang