28

11.1K 1.7K 1K
                                    

Pagi baru saja datang, ditemani gerimis ringan dan hembusan udara dingin, namun mata tajam Mark telah terbuka lebar saat suara sang omega memanggil namanya, seolah menghantam indra pendengaran si fenrir muda dan memaksanya untuk sadar. Tanpa merapikan diri, Mark segera beranjak dari tempat tidur kemudian berlari menuju ke sumber suara.

Sejenak tubuh Mark membeku saat ia melihat sang omega tengah duduk nyaman di kursi dapur sambil menggigit brutal sebuah paha karibu segar. Mark langsung mengambil langkah maju, ia perhatikan sang omega yang terlihat begitu kotor, mantel putih gadingnya dipenuhi noda lumpur dan darah setengah kering, bahkan wajah ayu nan lembut pendamping fenrir itu dihiasi bercak darah basah yang masih tercium amis.

"Jaemin.."

Omega seharum mawar itu menghentikan aktivitasnya menggerogoti daging lalu menoleh, memperlihatkan wajah ayunya yang dipenuhi darah lelehan segar, ia terdiam sesaat sambil menatap sang alpha dengan sorot ramah seperti tidak terjadi apa-apa, "ya, alpha?"

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Mark pelan.

"Makan." Jawab Jaemin.

Mark menaikkan alisnya, cukup kaget dengan jawaban sang omega, "kau makan seperti ini? Dalam wujud manusia?"

Jaemin langsung terdiam, ia menatap meja kayu yang dipenuhi potongan-potongan tubuh karibu, tulang belulang dan aliran darah, kemudian ia menatap tangannya yang menggenggam sebuah jantung segar berlumuran darah.

"B-bukankah Hyung yang memberikan karibu ini untuk ku makan?" Tanya Jaemin lirih, masih belum mengerti apa yang terjadi.

"Aku baru saja bangun, sayang dan kau tahu, aku tidak mungkin membiarkan mu makan dengan cara seperti ini dalam wujud manusia."

Tangan Jaemin terlihat gemetar sebelum akhirnya jantung segar yang ia genggam jatuh ke lantai. "Aku, aku tidak makan seperti ini.. a-aku tidak berburu."

"Jaemin.."

Jaemin buru-buru mengusap mulutnya dengan tangan bergetar, berniat membersihkan darah yang terkecap namun hal itu malah membuatnya rata hingga ke dagu. "Hyung, sungguh.. aku tidak berburu, aku tidak memakannya."

"Aku tidak seperti ini.." Kata Jaemin dengan suara bergetar takut.

Bibir Mark terkatup rapat saat mata tajamnya beradu tatap dengan mata indah sang omega, ia segera mendekat dan langsung mendekap Jaemin erat, fenrir muda itu dapat melihat sorot ketakutan di mata sang omega saat ia melayangkan teguran karena omega lembut itu kembali melakukan hal-hal yang tidak mencerminkan dirinya.

Mark tahu hal-hal di luar ekspektasinya mungkin saja terjadi selama kehamilan Jaemin, tapi melihat sang omega bertingkah brutal masih menjadi sengatan menyakitkan di hati Mark sebagai alphanya.

"Kenapa kau seperti ini lagi?"

Jaemin menggeleng pelan, ia menyembunyikan wajah ayunya di perut Mark sambil memeluk erat pinggang sang alpha.
"A-aku tidak merasa telah melakukannya.."

"Lalu bagaimana karibu sebesar itu bisa mati tercabik di atas meja dapur mu? Bagaimana kau menjelaskan kejadian ini? Lengkap dengan jantung yang kau genggam." Tanya Mark pelan, berhati-hati dengan tiap kata yang ia keluarkan untuk sang omega.

"Hyung, aku tidak tahu.. aku tidak ingin berburu, aku- Hyung tahu kan kalau aku tidak pernah menunjukkan sisi buas ku sejak kecil?"

"Ya, kau tidak, tapi anak mu iya." Jawab Mark.

Tubuh Jaemin menegang, ia langsung mendongak dan menatap sang alpha dengan sorot bingung. "Maksud Mark Hyung?"

Mark menghela napas pelan lalu mengusap noda darah di wajah sang omega, merapikan helaian hitam milik Jaemin lalu mendaratkan sebuah kecupan di kening. Alpha tampan itu menatap Jaemin sejenak sebelum akhirnya menurunkan tubuh kokohnya yang hanya dibalut pakaian katun longgar, mensejajarkan tingginya dengan Jaemin agar omega cantik itu tak kesulitan menatapnya.

ÎNTUNERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang