Bab 7

11.6K 1.8K 104
                                    

Rani tersentak bangun dengan tubuh pegal-pegal saat ada yang menggedor pintu kamarnya. Ketika Rani berusaha merenggangkan otot-otot punggungnya, justru lehernya yang keram. 

“Sebentar!” serunya kesal, memangnya jam berapa sekarang? Rani meraba-raba meraih ponselnya.

Astagaa... masih jam enam?! Teriak batinnya. Pantas saja matahari belum menembus melalui celah ventilasi. Lalu kenapa Guntur membangunkannya? Apa pria itu sengaja membangunkannya pagi-pagi untuk memulai kerja rodi? Apa Guntur berniat memperlakukannya sebagai budak??

Pintu kembali terketuk keras. Rani dengan mendesah sebal beranjak turun dengan lemas. Dia mengibaskan kelambu dan membuka kunci pintu.

“Ada apa??” tanya Rani dengan dada naik turun menahan kesal, dan tak lama mengerjap karena rambut Guntur basah, dan dari wangi tubuhnya sudah jelas Guntur baru selesai mandi. “K-kenapa membangunkanku pagi-pagi sekali?”

“Cepat siap-siap.”

“Siap-siap untuk—“ begitu teringat percakapan mereka kemarin Rani langsung berkata. “K-kita akan menikah pagi ini juga??”

“Kita akan menikah setelah salat jum’at,” jawab Guntur.

Mata Rani langsung membeliak. “Jadi kenapa membangunkanku sekarang...” Astaga... batin Rani langsung menggerutu.

Bibir Guntur menipis. “Cepatlah mandi!” perintahnya. 

Bola mata Rani semakin melebar, dan sekarang Guntur bahkan menyuruhnya cepat-cepat mandi?? “Please... matahari aja baru muncul, dan acaranya masih siang kan? Aku masih punya banyak waktu untuk siap-siap. Enggak mesti sepagi ini juga...”

Bibir Guntur menipis, dahi Rani berkerut melihat pria itu memijat tengkuknya. “Orang-orang akan datang.” Dan seakan tak mempedulikan keheranan Rani, Guntur menambahi. “Segera bongkar isi kopermu dan rapikan kamar ini.”

Rani mengerjap-erjap, ikut merasa panik. “Orang-orang? Orang-orang siapa? Keluargamu??”

Guntur mengibaskan tangannya. “Sudahlah... cepat kerjakan yang kukatakan.”

Rani menggigit bibir bawahnya, sikap gelisah Guntur benar-benar membuat Rani bertambah panik dan segera kembali ke dalam kamar untuk membongkar isi kopernya. Melihat kesemrawutan keadaan kamar menambah kusut otak Rani. 

Keluarga Guntur? Atau sebentar lagi akan ada banyak orang yang akan datang ke rumah itu?? Bagaimana ini? Bagaimana cara Rani memperkenalkan diri? Lalu, baju apa yang harus dipakai Rani? Arghh...

Pikirkan itu nanti Rani... sekarang yang terpenting mandi dulu. Rani segera mengambil perlengkapan mandinya, dan ketika mencapai depan kamar mandi dengan pintu terbuka lebar, Rani kembali meringis. 

Mendapati Guntur yang juga menuju dapur Rani langsung berkata, “Apa... di kedaimu ada sarung tangan dan sikat?” 

Mendengar pertanyaan itu alis Guntur langsung menungkik. “Jangan buat drama lagi. Mandi saja langsung.”

Mulut Rani menganga tak habis pikir. “Aku berusaha menahan untuk semalam, tapi tidak untuk hari ini. Aku tidak sanggup. Lagipula aku tidak minta kamu yang membersihkan. Aku yang akan membersihkannya sendiri.”

“Bisakah kamu tidak melakukan itu sekarang?!”

Rani menantang dengan mengibaskan handuk ke badannya. “Tidak. Tidak bisa. Kalau tidak dibersihkan pagi ini juga, aku tidak akan mandi. Biar saja keluargamu malu.”

Rani sadar pria itu menggeram tapi dia masih bertahan dengan sikap menantang. Bukankah kebersihan kamar mandi juga bisa dinikmati oleh mereka berdua?

Jejak DustaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang