Bab 12

11.7K 1.7K 143
                                    

Sudah lewat seminggu Guntur semakin pusing dengan kehadiran Rani. Wanita itu menggunakan sandal ke mana-mana. Sandalnya berbeda-beda, ada yang khusus untuk ke kamar mandi dan cuci piring, untuk di rumah, untuk di kamar, dan di luar. Wanita itu juga membongkar isi kulkasnya, membersihkannya, dan menatanya. Menyemprotkan seluruh ruangan dengan obat anti nyamuk. Sikat gigi dan cuci rambut dengan air kemasan.

Namun, yang menarik perhatian Guntur wanita itu juga menggunakan air kemasan untuk kebutuhan Melani, mencuci botol-botol susunya. Hal itu juga yang membuat Guntur setiap hari memborong botol-botol besar Aqua. Tetapi, Guntur belum sebaik hati itu untuk memberikannya langsung pada Rani, jadi dia tetap meletakkannya di kedai.

Tetapi yang dia dengar dari Ika, Rani membayar semua belanjaannya. Bagaimana memberitahu Rani agar tak perlu membayar? Tapi Guntur tak bisa mengatakannya, dia tak ingin wanita itu besar kepala. Lagipula biar saja, biar wanita itu merasakan penderitaan apa pun yang disajikan di sini.

Meski sepertinya wanita itu baik-baik saja. Buktinya sekarang, Guntur mendapati Rani membersihkan rumput di perkarangan rumahnya, lengkap dengan sarung tangan dan topi.

Semakin ke sini Guntur semakin bisa melihat jika wanita itu penggila kebersihan. Atau sekadar menunjukkan kehidupannya jauh lebih berkelas daripada Guntur, entahlah.

Yang jelas semakin Rani terlihat menyesuaikan diri semakin sudut hati Guntur berdenyut panik. Para tetangganya mulai melihat Rani sebagai istri teladan, sementara Guntur berusaha keras mengabaikan fakta itu dan memperkokoh hatinya untuk tidak terlibat perasaan apa pun, sebab dia membenci wanita itu.

Apa dia memang kurang kejam? Seharusnya dia menyiksa Rani. Tetapi bukankah tujuan utama Guntur adalah agar Melani ada yang mengurusi, dan wanita itu melakukannya dengan baik. Namun, sekarang justru terlihat kurang cukup. Sialnya, Rani bahkan tak tampak tersiksa sama sekali.

Guntur mengalihkan perhatiannya dengan rahang mengetat saat becak mengangkat buah sawit datang.

Dari depan teras Rani yang mendengar suara-suara orang langsung membalikkan badan. Dua orang tengah menurunkan buah sawit di sana. Dan Guntur? Dia berdiri di sana sambil mengawasi. Tumben suaminya itu pulang lebih awal?

Tiap kali memikirkan kata suami ada denyut aneh di batin Rani. Yeah... suami yang tidak pernah menyentuhnya, oh sial... bukan berarti Rani berharap disentuh, tetapi ucapan Guntur sering kali tak sesuai dengan tindakannya. Guntur berkata seolah-olah dia bisa melakukan apa saja terhadap Rani, tapi pada prakteknya, pria itu seperti daun putri malu yang takut kuncup ketika disentuh.

Dan tentu saja, Guntur selalu menjaga jaraknya dari Rani.

Rani mendekat, dan Guntur tentu menyadari itu.

"Kenapa buah sawitnya dikumpulkan di sini?" tanya Rani dengan nada heran.

"Ya karena itu punya Bang Guntur, Kak Rani ini gimana?"

Astaga! Yang menjawab itu tentu saja Ika. Dan mengapa wanita itu mengikutinya??

"Ngapain kamu di sini?" tanya Rani heran.

"Ya aku lihat Kak Rani lari-lari. Kirain ada apa?"

Rani mendengus, kapan dia lari-lari?? Dia hanya berjalan cepat!

Guntur melirik dua wanita di sebelahnya, dan memilih berbalik menuju rumah sebelum Rani bertanya yang tidak-tidak.

Dan tentu saja, Rani langsung mengekori Guntur.

"Abang lihat, kan? Celetukkan Ika," bisik Rani. "Terus Abang tetap nggak mau cerita tentang Abang ke aku?"

Guntur malah sibuk melepas sepatu bot-nya dan masuk ke dalam rumah.

Jejak DustaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang