Sudah lewat seminggu dari satu bulan yang diancam Guntur. Dan bodohnya, Rani malah benar-benar menjual mobilnya, mempacking barang-barangnya dari seminggu yang lalu. Mencari tahu kiat mengurus bayi?? Sungguh, dia benar-benar tolol.
Sadarlah Rani... kali ini pria itu pasti akan membalaskan dendamnya, akan membuatmu mati perlahan. Larilah... tunggu apa lagi?! Tetapi Rani tak lari ke mana pun. Dia tak akan sanggup bersembunyi lagi.
Namun, jika kali ini Guntur tak benar-benar datang, bukankah itu bagus? Rani tak perlu mencari-cari cara untuk berbohong kepada Mama dan Abangnya. Perkara resign juga tak masalah, Rani bisa tetap mencari pekerjaan atau pulang ke Medan.
Hanya saja, Guntur membuat segalanya semakin mengganjal di hatinya. Apa terjadi sesuatu pada pria itu? Astaga Rani... harusnya kamu bahagia dia tak datang! Sentak batin Rani. Tapi bagaimana jika pria itu langsung menyebarkan foto bugilnya begitu saja? Rani menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak. Mungkinkah Guntur setega itu? Mungkin saja setelah apa yang kamu perbuat padanya, bisik sisi batinnya yang lain.
Hari ini Rani memaksakan diri keluar berolahraga pagi untuk menjernihkan pikirannya yang demikian kalut, dan dia akan menunggu sehari lagi sebelum kembali membongkar barang-barangnya. Hanya saja, hingga siang menjelang, Rani benar-benar suntuk karena tak tahu harus melakukan apa. Bermain ponsel, menonton TV, membaca buku, bahkan menjadi hal yang tak menarik lagi.
Rani tersentak dengan dada berdebar-debar, ketika bel apartemen berbunyi. Dia lalu memperhatikan pakaiannya, dia sudah mandi, dan bisa berganti pakaian dengan cepat jika benar yang datang adalah...
Jantung Rani berpacu sangat cepat, jangan yakin dulu, bentak sisi batinnya. Sepertinya Rani perlu membenturkan kepala ke dinding agar tak lagi memikirkan pria itu.
Bel kembali berbunyi, dengan napas terembus gugup Rani membuka pintu. Dan ternyata yang hadir di sana adalah kurir. Pengiriman dari Medan. Sudah pasti kiriman makanan dari mamanya. Rani langsung meletakkannya ke meja pantry.
Namun, kali itu bel kembali berbunyi. Apa ada yang salah dengan kurir tadi? Rani langsung kembali ke depan dan membuka pintu...
Kali itu, jantung Rani berhenti berdetak beberapa saat. Di-dia... hadir di sini, di hadapannya. Guntur.
“M-masuk,” ucap Rani kaku.
“Aku beri waktu sepuluh menit untuk siap-siap.”
Meski sudah menduga reaksi Guntur, namun mata Rani tetap membeliak.
Pria itu melangkah masuk. “Cepatlah!” serunya.
Sedikit menyadarkan Rani dari keterkejutan. Rani meremas lengannya sesaat sebelum menuju kamarnya.
Dengan gugup dan ujung jemari berdenyut-denyut, Rani mengganti pakaiannya, hanya mengenakan celana jins dan atasan rajut berlengan panjang. Ketika dia keluar, Guntur hanya meliriknya sekilas. Rani menggeret koper dan sebuah tas besar, lalu tas jinjing, dan tas selempang.
“Aku—sudah berniat mengakui perbuatanku kepada seluruh keluarga besarku. Juga... pada orang kampung.”
Guntur menatapnya lekat, lebih lama. “Tetap tak akan membebaskanmu dari hukumanmu kali ini,” ucapnya ketus kemudian mengalihkan pandangan.
“Aku tak bilang akan melarikan diri dari hukumanku,” sela Rani bersikeras. “Kamu lihat, kan?! Aku tetap di sini, aku tidak kabur ke mana-mana, aku—“
Namun, pria itu tetap membalik tubuh dengan cepat seperti tak mempedulikan ocehan Rani. “Cepatlah! Taksi menunggu di bawah.”
Untuk sesaat, Rani mengerucutkan bibirnya menahan dengusan, tak bisakah pria ini melihat niat baiknya sedikit saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Dusta
RomanceGuntur Pradana Ginting pernah menjadi korban salah tangkap. Dan itu disebabkan oleh anak dari kepala polisi di desanya yang mengaku telah diperkosa oleh Guntur. Guntur membenci wanita yang bernama Aulia Maharani itu. Sepuluh tahun berlalu ia ingin m...