Special Part : Cemburu

4.2K 337 31
                                    


"Bang... Mita gimana kabarnya ya?"

"Gimana apanya?"

"Ya sekarang... udah tiga hari dia nggak ada VN aku."

Guntur langsung memutar bola matanya. "Baru tiga harinya... bukan lagi seminggu udah ke mana-mana pikiranmu."

"Oh! Cobalah besok aku telepon dia."

"Ngapainlah..."

"Ya tanya kabar aja Bang... Terakhir kali dia tanya dokter yang bagus di deket rumahnya. Ya aku sih nggak tahu ya. Tapi kalau mau ke kota Pekanbaru pasti ada, aku punya rekomendasi. Terus aku kirimin semua alamat tempat praktek dokter yang bintangnya bagus di google ke Mita." Rani langsung menepuk tangannya. "Jangan-jangan Mita udah hamil Bang?! Astaga, aku suruh dia ke Pekanbaru, ke bidan aja bisaa... nanti jalan jauh pula, orang itu jadi kenapa-kenapa. Ih... ponselku mana ya—"

Rani sudah ancang-ancang akan berlari, Guntur dengan sergap menangkap tangannya. "Nggak, kamu liat udah jam dua belas itu. Ganggu. Besok aja."

Dengan menipiskan bibir Rani kembali duduk dengan patuh.

Namun hanya sedetik, Rani kembali berceloteh. "Kalau Mita hamil di kampung siapa yang ngurusin ya Bang? Apalagi kalau sampai mual nggak bisa ngapa-ngapain..."

"Kan, ada suaminya."

"Eh... si Rolan kan kayak Abang, kerjanya ke sana kemari, mana mungkin seharian di rumah."

"Nondongnya kan ada..."

"Udah tua gitu, apa bisa bantuin Mita?"

Dahi Guntur ikut berkerut, tak lama dia berdecak. "Kamu suka kali mikir kejauhan..."

Pipi Rani mengembung. "Gimana nggak kepikiran Bang... aku hidup di sini aja berat—" bibir Rani langsung mengatup saat suaminya menoleh.

"Berat karena jauh dari kota loh Bang... itu aja... selebihnya seneng kali aku tinggal sama Abang... Nggak bisa aku jauh-jauh dari Abang."

Guntur mencebik. "Rayuanmu, maut kali."

Rani menyengir.

"Kalau Mita nggak ada telepon... ya baguslah. Artinya rumah tangganya baik-baik aja. Kalaupun dia udah hamil, nggak mungkin dia nggak heboh kasih tau kamu."

"Iya juga sih." Rani lantas memicing. "Jadi, maksud Abang aku suka heboh??"

"Memangnya nggak?"

Bibir Rani langsung manyun. "Jadi, Abang nggak suka...?"

"Aku nggak ada bilang gitu."

Rani menelengkan kepalanya, Guntur menyadari itu meski dia sengaja tidak menoleh. "Gusti udah mau tiga tahun loh Bang, apa kita punya anak lagi aja ya? Kalau aku hamil, terus ngidam kan permintaanku Abang turutin..."

"Nggak perlu kam hamil pun, udah banyak permintaanmu. Kalau cuma itunya niat kamu hamil."

Guntur tertawa tanpa suara ketika Rani memukul bahu telanjangnya yang memang lebih sering tak memakai baju.

Saat suaminya tersebut seperti tak merasakan apa pun, Rani memukulnya lebih keras. Seringai Guntur malah meninggi.

"Oh... belum terasa juga?"

"Nggak ada apa-apanya pukulanmu, kayak nepuk nyamuk."

Kepala Rani segera menunduk.

"Ya jangan pula digigit...!"

"Kan kayak gigitan nyamuk."

Guntur menggerutu gemas.

"Jadi, Abang nggak mau aku punya anak lagi??"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jejak DustaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang