Bab 13

12.9K 1.9K 146
                                    

Sudah tersedia ebook di Google Playbook y. Dan aku ngk pernah jual pdf. Yg artinya jika ada yg menawarkan beli pdf sdh pasti bajakan.

Dan seperti biasa versi buku lebih byk extra part. Akan open PO di awal Juli.

Terima kasih ❤

Jam empat pagi Rani bangun dan membuatkan teh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam empat pagi Rani bangun dan membuatkan teh. Dilirik Rani sekali lagi, ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup. 

Saat pintu terbuka, jantung Rani langsung bertalu lebih cepat. 

Guntur yang baru selesai mandi dan mendapati Rani berdiri di dekat meja makan langsung menaikkan alis.

“Diminum dulu Bang,” ucap Rani selembut mungkin.

Kontan saja dahi Guntur mengernyit curiga.

“Nggak kuracunin, kok!” seru Rani yang langsung menyesalinya karena harusnya dia bersikap lemah lembut. Akan tetapi, Guntur selalu sukses membuatnya kesal hanya dengan cara menatapnya.  

Rani berdeham, menarik napas, dan mengembuskannya. “Aku tahu ini belum ada apa-apanya untuk membalas perbuatanku di masa lalu—“

“Tapi kamu sengaja melakukannya karena menginginkan sesuatu di masa sekarang,” balas Guntur telak.

Rani mendesah, dan tertunduk lesu. “Aku benar-benar butuh uang tunai...”

Guntur melipat lengannya yang kekar di depan dada, menunggu berbagai macam alasan yang akan keluar dari mulut Rani.

“Sekalipun aku tidak mati kelaparan di sini, tapi rasanya aneh saja tidak memegang uang tunai. Lagi pula, apa Abang mau aku berutang terus-menerus di kedai??” Rani menaikkan alisnya tinggi-tinggi menunggu jawaban Guntur. 

“Kalau kamu mau mendapat uang. Kamu bisa bekerja.”

Bola mata Rani sedikit melebar, tanggapan Guntur tidak seperti yang dia harapkan. “Bekerja? Bekerja di mana? Menggantikan Ika di kedai?”

“Bukan,” sela Guntur. “Kebun. Sekarang sedang panen kacang tanah.”

“Lalu Melani?”

“Seperti yang biasa kamu lakukan, kan? Dititipkan ke Bi Sri.”

Bibir Rani langsung mengerucut mendengar jawaban Guntur. “Berapa gajinya?”

Guntur menahan seringai, saat menjawab. “20 ribu satu karung kecil.”

“Satu karung?” gumam Rani menimbang-nimbang. Tetapi memetik kacang kan tidak susah. Kalau dia bisa dapat lima karung artinya dia akan mendapat seratus ribu? “Hanya petik kacang saja kan?”

Guntur mengangguk.

“Oke!”

Guntur menaikkan alisnya. Guntur bisa melihat, Rani menganggap remeh pekerjaan itu. Berani taruhan belum sampai satu karung wanita itu pasti sudah mengeluh.

Jejak DustaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang