Hari ini berlangsung menyenangkan meski kedatangan Seonwoo merusak suasana. Kamu jadi ingin sekali mencari lelaki itu dan mencabik-cabik mulutnya dengan brutal. Sayangnya kamu tidak bisa melakukan itu karena tentu kamu pasti akan kalah.
Nyeri di bagian pinggang dan lenganmu akibat berkelahi tadi baru terasa, ternyata rasanya lumayan juga. Si berengsek Seonwoo itu bahkan perempuan pun tega iapukuli. Namun, Heeseunglah yang lebih sakit. Dia dipukul berkali-kali dan ditendang dengan semena-mena. Saat kamu mengingat itu kembali, rasanya kamu selalu ingin marah.
Langit sore yang menggelap mulai memunculkan pendaran bintang di langit-langit malam. Sinar matahari keemasan perlahan redup dan cahayanya menghilang di balik bukit-bukit dan gunung-gunung.
Seperti biasa, setelah makan malam kamu mulai mengerjakan sisa-sisa tugasmu yang hampir selesai. Jika kamu mengerjakannya mulai dari sekarang, tugas-tugasmu akan tuntas hari ini. Kamu membuka laptop dan memeriksa kumpulan tugas satu-persatu kembali. Saat kamu asik mengerjakanya, tak tahunya Heeseung terlintas di kepalamu. Kamu menoleh ke jendela dan mengintip ke dalam kamar sebelah.
Heeseung, seperti biasa, pemuda itu duduk di meja belajarnya sambil membaca buku dan ditemani musik klasik yang sayup-sayup terdengar dari kamar.
Kamu tersenyum dan beralih kembali ke pekerjaanmu. Tugasmu selesai lebih cepat karena kamu ingin bertemu dengannya, kamu putuskan untuk merevisi semuanya besok pagi. Sebab, ada hal yang lebih penting untuk kamu lakukan yaitu melihat pujaan hatimu dari balkon sebelah.
Kamu berjalan keluar dan memanggilnya pelan. Heeseung yang mendengar suaramu segera keluar dari kamarnya dan menyapamu seperti biasa. Kamu terkekeh kecil dan acap menaiki pagar pembatas balkon.
"Jangan!" Heeseung melebarkan mata dan bersiap untuk menangkapmu kalau-kalau kamu terjatuh atau salah injak.
Kamu mendarat mulus di lantai balkon kamar itu lalu tertawa kecil karena tingkahmu.
"Sudah kubilang jangan melompat! Kalau kamu jatuh bagaimana?" omel Heeseung sambil geleng-geleng kepala.
"Tapi aku tidak jatuh kan? lagi pula aku sudah sering melakukannya," eyelmu.
"Tapi tetap saja-"
"Kamu udah baikan kan? lukamu sudah kamu obati?" kamu menyela lalu mendekat untuk melihat bekas luka di sudut mulutnya yang telah nampak membiru.
"Iya, sudah," jawab Heeseung mengangguk kecil.
"Bagaimana denganmu? Aku lihat kau juga dipukuli, Seonwoo benar-benar kurang ajar."
Raut wajahnya lekas berubah geram. kamu segera menggelengkan kepala.
"Aku baik-baik saja. kamulah yang lebih sakit. Lihat! sampai membekas begini!"
Kamu menyentuh sudut bibirnya yang terluka dan tidak sengaja membuat Heeseung meringis kesakitan.
"Oh maaf," ucapmu buru-buru. Kamu menarik tanganmu kembali. tak berani menyentuhnya lebih.
"Tidak apa-apa. Ada yang ingin kubicarakan padamu sebentar. Ayo masuk."
Heeseung membawamu ke kamar lalu duduk di tepi ranjangnya. Suasana di sana selalu teduh dan tenang. Lantunan musik klasik yang begitu menenangkan selalu berhasil membuatmu merasa nyaman jika berada di kamar ini ditambah bau-bau kayu tua dan buku-buku yang menguar dari rak-rak buku di belakang kalian.
"Apa judulnya?" tanyamu seraya melihat piringan hitam yang sedang berputar itu. Kali ini kamu benar-benar tertarik bertanya tanpa ada unsur basa-basi lagi karena simfoni yang diputar membuatmu penasaran.
"Itu? itu judulnya The Swan," jawab Heeseung singkat seperti biasa.
"Simfoninya bagus, aku suka," pujimu sambil mengamati gramofon itu dan menikmati lantunan musiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENHYPEN AS YOUR BOYFRIEND
RandomKamu hanya bisa melihat mereka di dalam layar? Hmmmm ..., bagaimana kalau kamu masuk ke dalam dunia ini untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang dekat dengan member ENHYPEN??? Meskipun tidak benar-benar nyata tapi setidaknya kamu bisa be...