01 Menuju Kastil Tua

850 87 2
                                    

Di bawah kesunyian kota yang mencekam, kamu mencoba meringkuk di dalam baju tipismu dengan hanya beralaskan kardus tipis yang kamu dapatkan dari bak sampah di dekat tempat berbaringmu sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di bawah kesunyian kota yang mencekam, kamu mencoba meringkuk di dalam baju tipismu dengan hanya beralaskan kardus tipis yang kamu dapatkan dari bak sampah di dekat tempat berbaringmu sekarang. Udara malam berhujan yang sangat dingin membuatmu hampir mati kedinginan dengan gigi yang terus bergemeletuk. Kamu berusaha terlelap di tengah air hujan yang merembes dari atap-atap rumah dan juga genangan air yang terus mengalir deras di jalanan.

Perut kosongmu tak henti berbunyi sepanjang hari dan kamu tak bisa tidur karena belum makan seharian. Sebenarnya kamu makan sedikit sekitar siang tadi, roti bekas yang dibuang ke bak sampah oleh seorang laki-laki tua gendut yang keluar dari toko makanan mungkin sudah tercerna di dalam perutmu dan tentu saja itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan harianmu.

Dengan tubuh kerdil dan kurus ini, kamu berusaha agar terus bertahan hidup menjadi gelandangan di kota yang penuh dengan hiruk pikuk. Ancaman sehari-hari yang kamu hadapi tidak hanya kelaparan saja, bencana alam seperti puting beliung dan badai sering menyebabkan banyak gelandangan mati di jalanan karena tidak punya tempat berlindung atau mencari makanan. Selain itu juga, kekerasan yang dilakukan oleh sesama gelandangan bisa menjadi ancaman besar, apalagi bila berhubungan dengan makanan ataupun hasil curian.

Kamu yang sudah bertahun-tahun menjadi gelandang sejak terakhir kali bencana alam terjadi masih berusaha tetap hidup meski harapanmu untuk hidup sudah pupus. Kamu tidak tahu di mana keluargamu berada dan apa kabar mereka sekarang, yang kamu lakukan hingga saat ini adalah mencoba menghabiskan seluruh hidupmu berkeliaran di jalanan tanpa tujuan dan berusaha mati seperti gelandangan lainnya. Ya, mungkin itu jalan yang terbaik di tengah penderitaan ini.

Air hujan yang terus merembes kini mengenai kardus tempat tidurmu, mengalir hingga menjadi banjir di bawah selasar dan kini perlahan-lahan naik lalu menyentuh tempat tidurmu. Kamu yang masih berusaha  tertidur mendengar suara gemercik air yang mendekat, sentuhan jari dengan pelan menyetuh bahumu.

Seorang lelaki memakai mantel hitam dan payung di tangan kirinya menatapmu dengan pandangan dingin saat kamu mencekikkan mata dan menatapnya.

Tanpa mengatakan apapun, laki-laki itu menarik tanganmu perlahan dan membawamu bergabung dalam lindungan payungnya. Iya melepaskan mantelnya dan menyelimuti tubuh ringkihmu supaya hangat. Tangan besarnya menangkup tanganmu dan membawamu berjalan bersamanya ke suatu tempat.

Kamu tak bisa memikirkan apapun di tengah kondisi itu, tubuhmu yang begitu lelah dan perutmu yang masih meronta meminta makanan membuatmu tidak bisa memikirkan apapun secara logis.

Jalanan yang penuh hujan kalian lalui dengan mengandalkan perlindungan payung besar lelaki itu.

Sebuah bangunan tua nan besar terpampang di depanmu saat lelaki itu membawamu masuk melalui pagar besi hitam berkarat. Ia menggoyangkan kenop pintu logam yang tergantung di pintu beberapa kali dan menyadari pintu itu terkunci dari dalam. Kamu masih memegang payung besar yang berat di kedua tanganmu sembari terus melihat laki-laki itu berusaha membuka pintu rumah besar ini.

ENHYPEN AS YOUR BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang