"Maaf.. kamu siapa?"
Kalimat itu terbayang-bayang di kepalamu, menyusuk hingga ke relung hati. Kamu termangau selama mendengar penjelasan dokter yang berbicara perihal keadaan Sunghoon.
"Kemungkinan dia cuman mengalami amnesia ringan, beruntungnya tidak sampai cedera kepala berat, jadi mungkin pemulihannya pun cepat. Namun, Pak Sunghoon harus menjalani beberapa pemeriksaan dan terapi lagi untuk memantau kondisinya."
Kamu menghela napas lelah, "Baik Dok. Syukurlah, yang penting sekarang suami saya sudah siuman," ujarmu.
"Kalau begitu, saya permisi dulu," pamitnya.
Kamu membungkuk kepada dokter itu dan kembali ke kamar lagi untuk melihat keadaan Sunghoon.
"Nak, kamu masih ingat kami?" tanya ayah Sunghoon.
"Iya, masih kok," jawabnya pelan.
Kamu bergabung bersama mereka dan menyadari tatapan prihatin mertuamu. Iris hitam pemuda itu lalu beralih, air mukanya masih dengan guratan bingung dan asing.
Kamu duduk di kursi dan menariknya mendekat ke ranjang. Tangannya kamu genggam lembut sedangkan ia menunjukan semburat nanar di wajah dinginnya.
"Aku Park Seora. Kamu benar-benar tidak ingat aku?" tanyamu.
Ia mengerling sejenak lalu menggeleng lemah.
"Benakarkah? Aku adalah istrimu, Park Seora," ucapmu lagi.
Matanya perlahan melebar, mimik terkejutnya nampak jelas selagi ia menatap bergantian kedua orang tuanya lalu menatapmu kembali.
"Aku ... sudah menikah?" ucapnya tak percaya.
Sungguh memilukan bahwa ia tidak mengingat pernikahan kalian.
Seberapa jauh memori yang telah kamu lupakan Sunghoon?
"Seora, kamu istirahat saja dulu. Kamu pasti capek habis kerja kan?" ibu menyuruhmu untuk menenangkan diri, tapi kamu sudah kalut oleh perasaan yang berkecamuk di dalam hatimu.
"Aku istirahat di sini saja Bu, malam ini aku yang temani Sunghoon," katamu cepat. Matamu berkilat menatapnya dan ibu cuman bisa menghela napas.
"Ya sudah kalau begitu, kami juga tidak bisa berlama-lama di sini," imbuh ayah Sunghoon.
"Nak, kami pergi dulu ya. Ada Seora yang nemanin," pesan ibu padanya.
Sunghoon menyengguk lemah saat ayahnya membelai bahunya pelan.
Kamu mengantar kedua mertuamu sampai depan pintu kamar inap dan menatap kepergian mereka yang perlahan menjauhi pintu.
Kepergian kedua orang tua itu mendatangkan atmosfer senyap di dalam ruangan. Saat berjalan masuk kembali, Sunghoon terciduk sedang mencuri-curi pandang padamu. Kamu menelengkan kepala, sedikit keheranan melihat tingkahnya. Kenapa dia jadi gugup saat bersitatap denganmu?
"Sunghoon," panggilmu.
"Ya?" jawabnya kikuk.
Kamu menyadari sikapnya jadi sungkan, sama seperti Sunghoon yang baru kamu temui saat kalian masih baru kenal. Ya, kamu ingat. Ekspresi kikuk dan dingin itu adalah pertama kali gambaran Sunghoon yang kamu ingat saat bertemu dengannya.
Mungkin karena tidak mengingat apa pun tentangmu, perasaan yang sudah ada di hatinya pun juga ikut hilang. Apa dia benar-benar tidak merasakan apa pun saat melihatmu?
"Maafkan aku." Suara teduhnya membelah kesunyian yang sempat menguasai suasana.
Kamu mengangkat sedikit alis. "Kenapa minta maaf?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENHYPEN AS YOUR BOYFRIEND
RastgeleKamu hanya bisa melihat mereka di dalam layar? Hmmmm ..., bagaimana kalau kamu masuk ke dalam dunia ini untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang dekat dengan member ENHYPEN??? Meskipun tidak benar-benar nyata tapi setidaknya kamu bisa be...