12

42.9K 2K 69
                                        

Reno masuk ke dalam asrama residen. Dia membaringkan diri sejenak di atas kasur. Lelah sekali seharian ini. Setelah ketahuan sama Agmi saat lagi berduaan sama Arlin. Dia lalu harus ngurusin KLB keracunan makanan yang korbannya sampai satu RW. Reno harus berkoordinasi dengan tim laboratorium untuk mengetahui penyebab keracunan. Ternyata katering makanan yang mereka pesan mengandung spesimen jamur beracun. Itu sedikit menghebohkan karena bahkan media ikut kepo. Reno akhirnya jadi harus klarifikasi hasil temuannya ke awak media itu.

Satu notifikasi masuk ke dalam ponselnya. Rupanya ada email masuk dari Agmi yang sudah mengirimkan paper. Reno melongo. Gercep banget cewek itu. Udah selesai aja papernya.
Reno membaca paper itu sejenak. Tulisannya rapi dan terstruktur. Kelihatannya Agmi memang sudah sangat ahli menulis paper semacam ini. Sepertinya nggak terlalu kelihatan kalau dia nepotisme kalau dia memilih paper Agmi ini sebagai juara lomba publikasi ilmiah itu.

Reno mengingat kembali obrolannya dengan Agmi tadi. Kenapa sih cewek itu kelihatan nggak suka banget sama dia? Emangnya dia salah apa?

Ah, masa bodohlah, tidur aja! Reno ngantuk banget. Ini sudah jam sebelah siang padahal jam dua nanti dia harus jaga lagi. Lebih baik waktu seperti ini dia manfaatkan buat tidur saja. Baru saja dia mau menutup mata ada telepon dari manajernya. Maka Reno terpaksa mengangkatnya walaupun mager.

"Selamat pagi, Dokter Reno," sapa manajernya itu dengan ramah. Bapak itu punya kebiasaan bilang selamat pagi walaupun teleponnya sudah siang bolong begini. Katanya sih, biar dia hidupnya semangat terus seperti pagi hari.

"Ya, ada apa?" tanya Reni sembari menguap lebar.

"Saya baru selesai mengirim laporan, Dokter, silakan diperiksa." Reno bisa membayangkan manajernya itu tersenyum lebar di ujung telepon sana. Orang itu hanya butuh tanda tangan Reno saja. Dia sebenarnya sama sekali nggak butuh laporannya diperiksa.

"Oke, nanti sore ya saya tanda tangani, sekarang saya capek mau istirahat dulu," sahur Reno.

"Oh ya, tentu Dokter. Maafkan saya mengganggu waktu istirahatnya."

"Iya, nggak apa. Oh ya ngomong soal lomba publikasi karya ilmiah di kampus X, sudah diputuskan siapa juaranya?" tanya Reno.

"Oh, belum, Dokter. Masih tahap submisi dan seleksi. Kenapa, Dokter?"

Nada suara manajernya itu terdengar heran kayaknya. Nggak biasanya Reno peduli dengan kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan. Biasanya Reno tahu beres aja.

"Ini ada paper mahasiswaku yang bagus. Coba kamu baca," titah Reno.

"Oh, baik, Dokter, tolong dikirimkan melalui email."

"Oke, sudah ya. Sampai nanti." Reno menutup ponselnya kemudian memejamkan mata sejenak. Baru juga dia mimpi sebenarnya sudah ada telepon lagi. Kali ini dari sekretariat fakultas. Reno berdecak jengkel tapi dia tak punya pilihan lain selain mengangkatnya. Reno mengajar preklinik untuk mata kuliah kesehatan masyarakat, karena dulu dia sempat mengambil magister bdi bidang itu. Dekan fakultas itu Om Sarwono adalah pakdhenya. Reno nggak mau dapat omelan dari profesor berkumis itu.

"Selamat siang, Dokter Reno," sapa admin fakultas itu.

"Ya, siang," jawab Reno malas-malasan.

"Dokter belum mengumpulkan daftar nilai mahasiswa semester ini, Dokter," ucap admin itu.

"Oh ya, saya lupa. Kapan deadlinenya?"

"Hari ini ya Dokter, jam dua belas malam link cybercampus ditutup. Saya tunggu ya, Dokter."

"Oke."

Reno melemparkan ponselnya dengan kesal. Ah, orang-orang ini tidak pernah membiarkan dia istirahat barang sebentar aja. Reno urung tidur. Dia bangkit lalu menyalakan laptopnya yang ada di atas nakas. Reno berdecak melihat banyaknya paper yang harus dia periksa. Astaganaga ... Apa dia karang aja ya nilainya? Jadi A semua begitu?

Dengan malas Reno membuka file dan membacanya. Reno mengerutkan kening melihat beberapa paper gaya bahasanya agak mirip walaupun topik yang dipilih berbeda. Gaya bahasa ini mengingatkan Reno pada tulisan Agmi tadi. Reno terdiam. Dia punya feeling semua tugas ini ditulis oleh satu orang saja, dan kemungkinan besar itu adalah Agmi. Semakin lama makhluk bernama Agmi ini semakin menganggu pikirannya saja.

"Agmi Pertiwi," gumam Reno.

Reno mengambil ponselnya dan mengetikkan nama itu pada aplikasi Instagram. Akun gadis itu pun muncul di layar. Tidak ada postingan tentang fotonya sama sekali. Bahkan foto profilnya gambarnya hanya stetoskop saja. Postingannya hanya beberapa poster-poster promosi kesehatan yang sepertinya diikut sertakan lomba desain. Reno melihat ke posting milik orang lain yang menyertakan nama Agmi. Ternyata banyak sekali video tiktok. Agmi terlihat menari bersama teman-teman koasnya. Astaga ... koas jaman sekarang ababil banget.

"Bro!"

Reno hampir melompat karena tiba-tiba ada suara dibalik punggungnya. Ternyata itu Rendi, kakaknya yang tiba-tiba muncul di sana.

***
Votes and komen gaes.

***Votes and komen gaes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terpaksa Menikahi Dokter (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang