"Kalau itu sudah keputusan kalian Ibu setuju saja."
Ucapan Ibu Agmi itu membuat Reno terkesiap. Dia tidak menyangka semudah ini meminta restu. Dia pikir Ibunya Agmi bakal curiga apa Agmi sudah hamil duluan. Makanya Reno diam diam bawa tespack juga si sakunya sebagai jaga-jaga kalau nanti diminta bukti. Tapi ini apa? Kok segampang ini?
"Tapi Nak Reno, Ibu punya satu permintaan."
Reno mengawasi calon ibu mertuanya yang mendadak serius.
"Tentang ayahnya Agmi. Ibu nggak tahu beliau ada di mana sekarang. Kami sudah lama putus kontak. Jadi tolong bantu untuk menjadi keberadaan ayah Agmi di mana, untuk kelancaran proses pernikahan kalian nanti."
Reno terpaku mendengar penuturan ibu Agmi. Pria itu menoleh pada Agmi yang tampak gusar. Gadis itu meremas buku jarinua kuat-kuat.
"Kenapa harus mencari dia? Aku kan bisa menikah wali hakim," protres Agmi.
"Hush! Agmi!" Sang Mama berdesis tapi kemudian kembali tersenyum saat memandangi Reno.
"Tolong ya, Nak Reno."
"Ba-baik, Bu," angguk Reno dengan tergagap. Jadi begini kondisi keluarga Agmi yang sebenarnya. Reno menoleh pada Agmi yang membuang muka dengan tidak senang. Kini sepertinya dia mengerti kenapa Agmi sangat membencinya. Apakah Agmi juga membenci ayahnya? Gadis itu bahkan tidak mau ayahnya datang ke pesta pernikahannya, walaupun mereka cuma pura-pura.
***
"Nak Reno, maaf ya, nggak ada kamar lagi di rumah ini," kata si ibu. Sembari memberikan bantal dan selimut untuk Reno. Dokter itu terpaksa tidur di ruang tamu.
Reno menerima benda itu dari tangan calon mertuanya. Dia mengangguk dan tersenyum saja. "Nggak apa kok, Bu."
"Nak Reno berapa bersaudara?" tanya wanita itu.
"Saya punya satu kakak laki-laki," sahut Reno sembari menata bantal dan selimutnya.
"Orang tuamu kerja apa?"
"Ayah saya dulu Dokter, Ibu saya dulu ibu rumah tangga biasa."
"Dulu? Sekarang bagaimana?" tanya Mama Agmi karena mendengar frase yang aneh.
"Sekarang dua-duanya sudah tidak ada. Ibu saya meninggal ketika melahirkan saya. Ayah saya meninggal tahu lalu. Tapi saya masih punya Kakek," jelas Reno.
Ibu Agmi terdiam sejenak. "Apa gara-gara ini kamu ingin cepat menikah? Kamu disuruh kakekmu?"
Reno terkesiap dan buru-buru menggeleng. "Tidak, Bu. Kakek saya masih sehat walfiat. Beliau masih bisa joged salsa."
Reno dan Ibu Agmi tertawa. Tapi dalam hatinya Ibu Agmi kepo juga, beneran bisa salsa nggak itu kakeknya Reno? Nanti dia mau coba cek di internet, ah. Kali aja ada. P-Farma kan perusahaan farmasi yang terkenal banget. Pasti ada satu dua info tentang pemiliknya.
"Saya hanya mau menikah karena saya mencinta, Agmi, Bu." Reno tersenyum dengan tatapan mata bikin yang meleleh.
"Duh, kamu manis banget Nang Reno. Sayang Ibu dua puluh tahun lebih tua," kekeh Ibu Agmi. "Ya sudah, selamat tidur ya, Nak Reno. Semoha mimpi indah."
Ibu Agmi berlalu ke dalam kamar. Di sana ada Agmi yang baru selesai mengganti bajunya dengan piyama. Ibu Agmi memandangi putri sulungnya. Dia tak menyangka bayinya itu akan segera menikah.
"Agmi," panggil sang mama.
"Ya?" tanya Agmi yang kini sibuk menyisir rambutnya.
"Kamu nggak hamil duluan, kan, Nduk?"
Agmi menoleh sambil melotot. "Nggaklah, Bu!" serunya.
Ibunya terkekeh. "Ya udah, ibu percaya. Tapi kenapa kamu tiba-tiba mau nikah begini?"
"Nikah sekarang atau nanti sama saja, kan, Bu?" senyum Agmi.
"Agmi, kamu cinta sama Reno?"
Agmi mengerutkan kening. Emang segitu kelihatan ya kalau dia nggak cinta? Aduh, Agmi emang nggak pandai berakting.
"Kenapa Ibu tiba-tiba tanya begitu? Emangnya apa lagi alasan Agmi pengen nikah kalau bukan karena cinta?" Agmi balik bertanya gitu, sok-sokan aja.
"Kamu manggil pacarmu pakai gelarnya. Orang yang saling cinta itu setara Agmi, nggak ada yang manggil pakai gelar begitu," jelas sang mama.
"Biar nggak kebiasaannya aja," dalih Agmi. "Ibu lihat sendiri, kan seganteng apa pacar Agmi? Banyak temen yang naksir dia. Agmi nggak mau narik perhatian aja. Soalnya Dokter Reno itu pembimbingnya Agmi."
Agmi takjub dengan kemampuan berbohongnya. Dia bisa berbicara dengan selancar itu.
"Ya udah, kalau gitu." Ibu Agmi mendekat dan membelai rambut putrinya.
"Kamu harus bahagia, ya Nak." Wanita itu kemudian mendekap Agmi erat.
"Ya, Bu." Agmi balas memeluk wanita yang melahirkannya itu. Ada perasaan aneh yang bergemuruh di dadanya. Dia merasa dirinya jahat karena telah menipu ibunya seperti ini. Namun semuanya ini dia lakukan demi keluarganya. Dengan uang seratus juta perbulan dia pasti bisa membuat ibu dan adiknya hidup dengan lebih layak.
***
Votes and komen ya gaes.
Aku udah update loh extra chapter terbaru Agmi dan Reno di karyakarsa. Yang penasaran langsung ke sana ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter (Republish)
Romance"Ayo kita nikah." Agmi terdiam sejenak. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Apa mungkin karena dia kelaperan banget otaknya jadi agak geser ya? "Apa, Dok?" tanya Agmi akhirnya. "Ayo kita nikah," ulang Reno lagi dengan senyuman manis ban...