"Tutup mulutmu!" geram Reno. "Jangan bicara seolah kamu tahu segalanya."
Agmi sangat tahu bahwa kata-katanya barusan keterlaluan. Padahal Agmi melihat sendiri bahwa Reno telah berusaha untuk tidak melanjutkan perselingkuhannya dengan Arlin. Bahkan pria itu membayar Agmi untuk menjadi tamengnya. Sebenarnya dalam hatinya Agmi menyesal sudah mengatakan kata-kata sejahat itu, tapi harga diri Agmi melarangnya untuk merasa bersalah. Dia malah balas memelototi Reno dengan kejam. Duh, gimana ya? Jangan-jangan besok dia langsung jadi janda? Pikiran itu terbesit dalam benak Agmi.
Melihat Agmi yang menantangnya seperti itu Reno ciut juga. Terlebih bisa-bisanya dia Agmi kelihatan cantik walaupun sedang menyebalkan seperti ini. Reno akhirnya mengalah dan membuang muka.
"Aku nggak mau kita berantem begini di malam pertama kita. Aku capek aku mau tidur aja." Reno menarik selimut lalu berbaring memunggungi Agmi.
Agmi bersyukur karena tegangan urat syaraf antara dia dan Reno berakhir tanpa berdebatan panjang. Yah, mereka memang sama-sama capek setelah acara resepsi hari ini. Sudah nggak tersisa energi lagi buat berantem.
Agmi juga kembali rebahan. Dia menarik selimut sampai menutupi seluruh kepalanya. Tidur adalah sebuah kemewahan baginya. Sepertinya sekarang dia bisa menikmatinya karena tak perlu khawatir tentang kondisi keuangan lagi. Ada baiknya dia tidak memancing emosi Reno lagi. Kalau tidak, dia bisa diceraikan dengan segera.
***
Tubuh Reno gemetaran memandangi pria tua yang duduk di hadapannya. Lelaki itu menatapnya dengan mata yang tajam dan menusuk. Dia melihat piagam penghargaan yang disodorkan Reno padanya dengan memicingkan mata.
"Juara tiga? Kamu hanya bisa dapat juara tiga!" ucap laki-laki paruh baya itu dengan dingin.
"Ayah bener-bener nggak ngerti sama kamu. Kenapa kamu nggak bisa kayak Kakakmu? Kakakmu selalu bisa dapat juara pertama," decak pria itu.
"Jangan begitu, Ayah. Juara tiga juga sudah bagus, kan?" komentar Rendi yang duduk di samping Reno sembari melahap sarapan. Kakaknya itu tersenyum dan mengacak-acak rambut Reno.
"Apa kamu tahu siapa orang pertama yang mendarat di bulan?" tanya sang Ayah tiba-tiba.
"Neil Amstrong, kan?" jawab Rendi.
"Lalu siapa orang kedua yang mendarat di bulan?"
Rendi dan Reno terdiam mereka saling berpandangan untuk meminta bantuan.
"Kalian tidak akan tahu," tandas ayah mereka. "Bahkan juara dua tidak akan diingat, apalagi juara tiga?" decaknya.
"Jika kalian ingin menjadi orang sukses, tidak aja jalan lain selain menjadi yang pertama. Jadi jangan tunjukkan piagammu lagi pada Ayah, jika bukan juara pertama."
Netra Reno terbuka. Napasnya tersengal. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia menatap langit-langit kamarnya yang diterangi cahaya remang-remang dari lampu tidur. Mimpi ... yang baru saja dia lihat itu mimpi, kan? Tapi rasanya nyata sekali.
***
Vote dan komen ya Guys...
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter (Republish)
Romance"Ayo kita nikah." Agmi terdiam sejenak. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Apa mungkin karena dia kelaperan banget otaknya jadi agak geser ya? "Apa, Dok?" tanya Agmi akhirnya. "Ayo kita nikah," ulang Reno lagi dengan senyuman manis ban...