"Ini tehnya, silakan di minum dulu." Ibu Agmi menyodorkan secangkir teh pada Reno.
Residen itu tersenyum dan meminumnya demi sopan santun.
"Riko mana?" tanya Agmi sambil celingukan. Biasanya adiknya yang masih SD itu pasti berlarian kalau melihat kedatangan Agmi, tapi har ini bocah itu tidak tampak batang hidungnya.
"Tidur dia," senyum sang ibu.
"Masih sakit?" tanya Ami cemas. Pasalnya adiknya itu pecicilan banget kalau sehat.
"Sudah turun demamnya tapi katanya masih pusing dan ada batuknya sedikit. Kalian naik apa tadi ke sini? Kamu kok nggak bilang kalau mau bawa pacar kamu sih? Ibu kan bisa dandan sedikit nggak gombres begini," keluh sang mama.
"Kan surprise!" seru Agmi.
"Ibu cantik kok, saya pikir tadi kakaknya Agmi yang bukain pintu." Ini kata Reno. Duh, dasar internasional playboy. Begitulah Ibunya Agmi jadin tersipu-sipu.
"Kok sore-sore begini berangkatnya? Kalian naik apa tadi ke sini?"
"Soalnya kita baru selesak dines tadi. Kita naik mobilnya Dokter Reno, Bu, diparkir di depan," sahut Agmi.
Ibu Agmi melirik calon anak mantu yang di bawa Agmi. Nggak nyangka sang mama kalau Agmi bisa punya pacar seganteng ini. Baju dan jam tangan yang dia pakai juga branded gitu kayaknya. Agmi tadi manggil pacarnya sendiri apa? Dokter? Jadi anak mantu ini udah jadi dokter ya? Bawa mobil juga? Wah, ibu Agmi pengen salto-salto girang rasanya, dalam hati doang tapi. Anaknya emang pinter banget cari pacar. Ibu bersyukur dan berdoa semoga putrinya itu tak salah pilih pasangan seperti dirinya.
"Jadi Nak Reno ini dokter juga?" tanya Ibu Agmi.
"Ya, Bu. Saya masih kuliah spesialis belum selesai," angguk Reno.
"Jadi ini cintaku bersemi di rumah sakit ya?" kelakar sang mama.
"Cintaku bersemi di IGD, Bu. Saya spesialis emergensi medis," ralat Reno.
"Wow, jadi Nak Reno yang bimbing Agmi waktu praktik di IGD?"
"Benar, Bu."
Agmi membuang muka dengan jengah. Kenapa dua orang ini cepet sekali akrabnya? Dokter Reno SKSD banget sih baru ketemu gitu langsung manggil ibu aja.
"Sejak kapan kalian pacarannya? Agmi sama sekali nggak pernah cerita lho," ujar sang mama sambil memukul pelan bahu Agmi.
Agmi cuman melengos aja. Syukurlah mereka tadi sudah mengarang cerita ya, maka Reno pun menceritakan kisah pertemuannya dengan Agmi disertai banyak dramatisasi. Ah, dasar internasional playboy.
"Sebenarnya ini alasan saya datang ke sini, Bu," kata Reno sambil menggaruk tengkuknya.
"Kalau ibu berkenan, bolehkah jika saya meminang, Agmi."
Netra Ibu Agmi terbeliak. Apa? Nikah? Sang mama menoleh pada Agmi yang hanya menyeringai aja.
"Se-serius? Mau nikah? Kok cepet banget? Bukannya Agmi dan Nak Reno belum lulus?" tanya Ibu Agmi jadi curiga.
"Kami sudah saling suka, Bu. Saya pikir nggak ada baiknya menunda. Meskipun kami menikah lebih cepat, saya pastikan tidak akan menganggu kuliah Agmi. Agmi pasti akan lulus tepat waktu," kata Reno mantap.
Ibu Agmi masih terbengong-bengong. Nikah sama cowok yang ganteng dan masa depan terjamin kayak Reno sih sama sekali nggak masalah. Tapi kok rasanya semuanya serba mendadak begini? Ibu Agmi memandangi putrinya lagi. Agmi cuman senyum aja dan pura-pura minum tehnya. Selama ini putrinya itu bukan orang yang bisa mengambil keputusan buru-buru seperti ini.
"Maaf, Nak Reno kerja apa selain sekolah di rumah sakit?" tanya wanita paruh baya itu lagi. Bukannya matre, tapi seorang ibu wajar jika ingin tahu pekerjaan calon anak mantunya. Karena ini berkaitan erat dengan masa depan anaknya. Katanya tadi masih residen. Setahu ibu Agmi, residen di Indonesia itu nggak digaji. Agmi mau dikasih makan apa kalau suaminya nggak kerja?
"Ng ... saya menjalankan bisnis keluarga, Bu. Saya bekerja di P-Farma," terang Reno. Susah juga dia ngaku kerja di perusahaan yang cuman dia datangi sekali dalam setahun itu.
"Astaga! P-Farma?" Ibu Agmi membungkam mulutnya dia menoleh pada Agmi lagi, tapi sekarang Agmi pura-pura nggak lihat aja. Dia sibuk mengaduk-aduk tehnya.
P-Farma! Perusahaan farmasi ternama itu? Ibu Agmi juga tahu karena sering lihat iklan obat-obatannya di TV. Perusahaan itu juga memiliki banyak apotik yang tersebar di seluruh Indonesia. Di Kota kecil kayak Kediri aja ada. Dan Reno barusan bilang itu bisnis keluarga? Ibu Agmi bisa membayangkan setajir apa keluarga pacar anaknya itu.
Apakah mungkin Agmi ingin segera menikah demi biaya hidup dan uang SPP-nya? Pikiran itu terlintas dalam benak ibunda Agmi. Kenapa Agmi bisa tiba-tiba pacaran dengan orang borjuis begini dan mau menikah?
"Kapan kalian mau menikah?" tanya Ibu Agmi.
"Secepatnya, Bu ... kalau bisa mungkin bulan depan."
"Bulan depan?!"
Ibu Agmi terdiam. Dia benar-benar tak mengerti dengan apa yang sudah terjadi. Dia tak menyangka Agmi akan menikah secepat ini. Wanita itu lalu menoleh lagi pada Agmi dan menegurnya.
"Kamu kok dari tadi diam saja, Nduk?" tegur sang Mama.
Agmi meringis aja. "Udah dijawab semua sama Dokter Reno."
Mama Agmi terdiam. Satu kalimat saja dari Agmi membuatnya tersadar. Sepertinya Agmi belum merasa terlalu dekat dengan pacarnya. Dari tadi dia memanggil Reno dengan gelarnya. Apakah putrinya itu benar-benar mencintai pasangannya? Sepertinya benar ini karena biaya kuliah itu. Ibu Agmi seketika merasa terpuruk. Ini semua salahnya karena dia tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup Agmi.
"Kalau itu sudah keputusan kalian Ibu setuju saja."
***
Votes and komen ya gaes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter (Republish)
Romance"Ayo kita nikah." Agmi terdiam sejenak. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Apa mungkin karena dia kelaperan banget otaknya jadi agak geser ya? "Apa, Dok?" tanya Agmi akhirnya. "Ayo kita nikah," ulang Reno lagi dengan senyuman manis ban...