"Dokter Reno sama Agmi ngapain tuh di dalam tirai?" kata Dea penuh selidik. Pasalnya setelah menurunkan tirai, residen itu tak juga keluar dari bed tempat Agmi lagi tiduran.
Karena IGD nggak ada pasien. Akhirnya para koas berkumpul di konter buat ngerumpi atau ngerjain tugas. Ada juga yang nyari kesibukan dengan melipat kasa deppers.
Nara duduk persis di sebelah Dea. Cowok itu menatap bed di pojok ruangan tempat Agmi beristirahat. Dia sendiri juga kepo. Apa benar Agmi dan Dokter Reno itu punya hubungan? Apalagi wajah Dokter Reno tadi terlihat panik banget saat Agmi pingsan.
"Aku masih nggak bisa membuang kecurigaan deh, sama dua manusia itu. Aku yakin mereka ada apa-apa," kata Dea lagi.
"Please deh, De, kamu itu jangan terus-terusan menebarkan gosip nggak bener." Ini kata Nindy. Mana mungkinlah Dokter Reno itu sama Agmi.
"Kenapa nggak mungkin?" tanya Dono.
"Ya, gimana ya ... Agmi itu kan kurang cantik. Mana level sih Dokter Reno sama dia," ujar Nindy dengan nada mengejek.
"Wajah itu nggak akan bertahan selamanya." Nara yang dari tadi diam aja akhirnya berkomentar juga. Entah kenapa dia kesel juga dengan ocehan Nindy yang kerap kali merendahkan Agmi.
"Kalau aku sih, lebih suka cewek yang pinter tapi biasa aja daripada yang cantik tapi otaknya kosong."
Nindy memberengut mendengar omongan Nara itu. Soalnya kalimat itu seakan mengkritik dirinya. Nindy kan emang nggak terlalu pinter. Dia cuman modal cantik doang. Itu juga hasil polesan make up aja. Tanpa itu sebenarnya wajah dia juga biasa-biasa aja.
"Nar! Kamu tuh suka ya sama Agmi?" tuduh Nindy.
"Urusanmu apa aku mau suka sama siapa?" Nara malah balik menegur dengan dingin.
"Kamu tuh, dari dulu selalu belain Agmi," ucap Nindy.
"Aku cuman nggak suka sama omongan kamu yang selalu jelek-jelekin orang kayak gitu. Dan terutama kamu sering banget ngehujat Agmi. Emangnya dia ada salah apa sih sama kamu? Setahu aku Agmi nggak pernah bikin gara-gara sama kamu."
Nindy tidak menjawab. Dia dan Nara saling bertatapan tajam. Sementara itu Dea dan Dono juga saling pandang. Mereka sama-sama nggak suka nih sama perdebatan dua temen mereka ini.
"Udah, Guys, udah. Kenapa kalian jadi ribut sih?" lerai Dono.
Tak beberapa lama Dokter Reno akhirnya keluar juga dari sana dengan semringah. Pria itu menghampiri gerombolan koas sehingga Nara dan Nindy tak lagi bisa melanjutkan perdebatan.
"Agmi sepertinya masih sakit. Kalau dia bangun nanti suruh pulang aja. Anter kalau bisa," pesan residen itu pada para koas.
"Baik, Dok," jawab para koas itu kompak.
Dokter Reno lalu melambaikan tangan pada Catur yang sedang mencuci alat. "Mas Catur, saya mau keluar sebentar ya," pamitnya.
"Ke mana, Dok?" tegur perawat senior itu.
Reno tidak menjawab tapi dia memaju-mundurkan dua jari ke depan bibirnya. Biasalah Reno kan ahli hisab sejati. "Kalau ada apa-apa, WhatsApp aja," tambahnya.
"Oke, Dok," sahut Catur sembari mengacungkan jempol.
***
"Mi."
Agmi membuka matanya perlahan di depan dia ada Nara yang lagi duduk. Cowok itu tersenyum manis banget bikin mata seger deh.
"Kamu masih sakit?" tegur cowok itu.
"Hm, udah nggak terlalu sih," sahur Agmi. Sebenarnya dia sudah pulih sepenuhnya setelah makan nasi padang tadi, tapi dia pengen aja tiduran gitu lho. Menikmati mimpi gitulah jadi dia pura-pura sakit aja.
Ngomong-ngomong soal mimpi nih. Tadi Agmi sempet mimpi aneh. Masak Dokter Reni ngajakin dia nikah. Kan ga mungkin banget keles. Tapi ngeselin banget itu dokter sampai menyusup masuk ke dalam mimpi Agmi segala.
Agmi mengawasi sekeliling. Dia bangun lalu membuka sedikit tirai yanv menutupi bednya. IGD sudah tenang. Pasien para mahasiswa tadi kayaknya udah pada pulang. Semua bed kosong. Cuman tempat Agmi bobo aja yang ada isinya.
"Mana Dokter Reno?" tanya Agmi sambil mengawasi sekitar. Dia juga tidak melihat kehadiran residen itu di dalam IGD.
"Apa nih, begitu bangun kok yang dicari langsung Dokter Reno sih?" goda Nara.
Agmi cuman ketawa aja.
"Biasalah Dokter Reno lagi ngerokok. Katanya tadi kalau kamu sakit suruh pulang aja. Kamu mau pulang nggak? Biar aku anter," tawar Agmi.
Pulang? Ih, tawaran yang menggiurkan. Bisa santuy dong dia nanti di rumah. Tentu saja Agmi pun mengiyakan.
"Ya udah, Ini tas kamu. Kamu bawa barang lain lagi nggak?" Nara menunjuk tas ransel warna hitam milik Agmi yang sudah ada dalam pangkuannya. Duh, Nara emang temen yang perhatian banget nggak sih.
Agmi menggeleng. Kayaknya tadi dia belum mengeluarkan apa pun dari dalam tasnya. Gadis itu lantas bangkit dan merapikan selimut yang dia pakai tadi. Sebelum pergi. Setelah itu Agmi pun berpamitan pada Catur, staf IGD yang lain dan juga teman-temannya kalau dia mau pulang.
"Kamu beneran sakit? Nggak cuman laper doang?" tegur Dono. Duh, ini orang tahu banget sih kebohongan Agmi. Apa akting dia kurang menyakinkan yak?
Agmi cuman mengeluarkan suara kayak obat nyamuk semprot ajalah sambil naruh jari telunjuk dia di bibir. Biarlah hari ini Agmi ingin istirahat. Dia sangat amat merindukan kasurnya di kosan, walaupun agak keras dan banyak kutunya. Setelah dadah-dadah sama teman-temennya itu, Agmi pun mengikuti Nara menuju tempat parkir motor.
"Biar aku bawa sendiri, Nar," kata Agmi yang merasa nggak enak karena Nara bawain tas dia.
Nara senyum aja. "Udah, kamu kan pasien jadi biar aku yang bawa."
Duh! Nih cowok baik banget sih. Ya udahlah Agmi hepi-hepi aja tasnya dia bawain. Berkurang sedikit beban hidupnya dia.
Ponsel Agmi yang di dalam saku bergetar. Cewek itu mengeluarkan benda itu dari sakunya dan memeriksa pesan yang masuk. Ternyata itu pesan dari seseorang yang dia beri nama Pebinor.
Pebinor_
Jangan kelamaan mikirnya ya. Besok kita ketemuan di Kafe X. Saya tunggu jawaban kamu.Agmi melongo. Astaganaga! Jadi Dokter Reno yang tadi ngelamar dia itu beneran? Bukan mimpi?
"Kenapa, Mi?" tanya Nara karena melihat ekspresi terkejut Agmi saat membaca text.
"Hah, nggak apa-apa," kekeh Agmi sembari memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Dalam batinnya berbagai perasaan berkecamuk. Sepertinya dia memang tidak ada pilihan lain selain menerima tawaran Reno. Residen itu benar. Agmi butuh uang sementara Reno butuh istri. Walaupun nggak masuk akal tapi ini solusi yang baik buat hidup Agmi.
Duh, nikah sama cowok seganteng Dokter Reno lumayan jugalah buat dipamerin walaupun cuman sebentar. Yang paling penting lagi Agmi nggak perlu kerja rodi lagi karena semua kebutuhan dia bakal dijamin sama Dokter itu. Baiklah, Agmi terima aja tawarannya, tapi Agmi kudu bikin perjanjian pra nikah nanti yang banyak menguntungkan dia.
***
Votes dan komen ya gaes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter (Republish)
Romans"Ayo kita nikah." Agmi terdiam sejenak. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Apa mungkin karena dia kelaperan banget otaknya jadi agak geser ya? "Apa, Dok?" tanya Agmi akhirnya. "Ayo kita nikah," ulang Reno lagi dengan senyuman manis ban...